Share

3. SPG

Nara segera berlari menuju lantai dua mall setelah memarkir motornya di basemen. Tapi baru saja menginjakkan kaki di lantai satu, Nara kembali berbalik arah karena baru ingat ID card nya tertinggal di jog motor.

"Aaah, sial ..." gumam Nara kesal.

Nara memeriksa jam di pergelangan tangannya, waktu menunjukkan angka 08.15 itu artinya Nara sudah telat selama lima belas menit sekaligus kehilangan uang makannya hari ini. Berlarian seperti itu juga sangat menguras tenaganya, bajunya sampai basah oleh keringat, padahal siraman air Bu Yuyun baru saja kering tertiup angin di jalan. Dita benar-benar membuat harinya kacau.

Nara mengambil nafas sejenak setelah sampai di parkiran. Motornya terparkir lumayan jauh dari pintu masuk sehingga memerlukan tenaga ekstra untuk sampai di sana. Setelah mengambil ID card nya, Nara segera berlari lagi untuk mengejar waktu. Untungnya ia pernah juara lomba lari tingkat RT saat tujuh belasan, jadi kakinya lumayan bisa diajak kerjasama. Jika dipikir-pikir lagi, sudah telat untuk apa sih masih repot-repot berlari. Toh sudah kehilangan uang makan dan bonus kehadiran hari ini.

Inilah penyebabnya,

"Naraaa ..." teriak Bu Susan menghentikan langkah Nara. Bu Susan adalah manager di sana. Boneka susan memanglah manis dan menggemaskan tapi kalau Bu Susan justru kebalikannya.

"Telat lagi, telat terus," bentaknya lagi.

"Ma, maaf, Bu," jawab Nara mengeluarkan kata-kata pamungkasnya. Memang tak ada cara yang lebih ampuh selain meminta maaf untuk menghadapi Bu Susan ini. Semakin banyak alasan maka akan semakin banyak pula cacian dari bibir tipisnya.

"Apa ini ??" Bu Susan menjimpit lengan baju Nara dengan ekspresi jijik. Memang pagi ini penampilan Nara benar-benar kacau. Rambutnya berantakan, bajunya pun basah oleh keringat, wajar Bu Susan memarahinya. Apalagi Nara seorang SPG yang harus selalu terlihat rapi di depan customer.

"Sana sana, benerin penampilan kamu. Jangan keluar kalau belum rapi."

"I iya, Bu."

"Ini peringatan terakhir buat kamu, Nara."

"Baik, Bu."

Nara buru-buru berlari ke kamar mandi untuk memperbaiki penampilannya. Di sana sudah ada Monik teman kerjanya sesama SPG sedang melentikkan bulu matanya dengan mascara di depan cermin.

"Pantesan penjualan nihil. Kucel kayak gitu," sindir Monik sambil masih menatap cermin. Nara melihat semua sudut toilet tapi tak ada seorang pun kecuali mereka berdua saja.

"Lo ngomong sama gue ?" kata Nara menghampiri Monik.

"Enggak, tuh," jawab Monik lalu pergi begitu saja sambil mengibaskan rambut panjangnya. Pinggulnya juga berlenggak-lenggok membuat Nara ingin sekali menendangnya dari belakang.

"Huu ... sok cantik," gumam Nara kesal.

Ini adalah hari paling menyebalkan untuk Nara. Pertama Bu Yuyun, kedua Bu Susan, lalu Monik malah sengaja menyiram bensin untuk memanaskan suasana sehingga membuat Nara semakin kesal. Dan itu semua karena ...

"DITAAAAA ..." teriak Nara.

Malam harinya di rumah Bu Minah yang tenang dan damai, 

Nara memarkir motornya di garasi kecil samping rumahnya. Wajah lelah terlihat jelas setelah seharian bergulat dengan aktifitas belajar dan bekerja yang harus ia jalani. Nara berjalan lesu, ia hanya ingin segera menumpahkan kerinduannya pada kasur, tapi saat masuk rumah ia malah dihadapkan dengan omelan ibunya yang sedang memarahi Dita. Ini adalah momen yang tak boleh dilewatkan. Kasur bisa nanti dulu, melihat Dita diomeli ibunya itu yang lebih menarik. 

"Haah, botol air doang dua ratus ribu ??" timpal Nara setelah mendengar omelan ibunya.

"Iya, ibuk gak tau lagi ini adik kamu astagaaa ..." Bu Minah sampai kehabisan kata untuk mengomeli Dita, tapi sepertinya Dita sudah kebal.

"Ini tuh edisi terbatas ada tanda tangan Jason, Juno, Bima sama Ken."

"Emang kalo minum dari botol ini airnya bisa berubah jadi susu gitu ?" kata Nara ikut ambil bagian mengomeli Dita.

"Enggak, lah."

"Terus apa bedanya sama botol biasa ?"

"Ada mereka berempat, Kakaaaak ..."

"Makin aneh aja nih anak. Sini botolnya !!" Nara merampas botol air minum itu dari tangan Dita. Dita ingin menghalaunya tapi tangan Nara terlalu cepat menyambar botol itu.

"Kakaaaak. Aku ngumpulin uang jajan aku biar bisa beli botol ini." Dita berusaha merebut botol air di tangan Nara.

"Kakak jual tiga ratus ribu kan lumayan, dapat untung seratus ribu buat nambahin uang jajan kamu."

"Kakaaaak balikin ..." Dita terus merengek agar botol itu dikembalikan padanya, tapi Nara tak mau tahu. Nara malah berlari ke kamarnya dan mengunci pintu untuk membuat Dita kesal. Nara tersenyum puas dari balik pintu kamarnya.

"Botol ini kakak sita pokoknya."

"Punya kakak satu aja jahat banget, sih ..."

Dengan berat hati Dita kembali ke kamarnya, ia menangis meratapi kepergian botol air yang telah ia dapatkan dengan penuh perjuangan. Mengantri berjam-jam bermandikan keringat, belum lagi harus menukar uang recehnya ke bank, lalu kakaknya dengan mudah mengambil botol air penuh perjuangan itu. Dan yang paling menyakitkan, botol itu akan dijual tiga ratus ribu oleh Nara, padahal harga aslinya lima ratus ribu. Dita sengaja bilang harganya dua ratus ribu agar omelan ibunya sedikit berkurang, tapi malah jadi begini. Apes.

"Huaaaaaaa ..." Dita menagis sekeras-kerasnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status