Share

18

Ketika Adrian tiba di ruang makan, ia melihat ayahnya sedang duduk di kursinya dengan kepala menopang pada tangan dan kedua mata terpejam. “Selamat siang, ayah.” Adrian menyapa ayahnya yang dibalas dengan sebuah lambaian tangan. Adrian sudah terbiasa dengan hal itu sehingga ia langsung mengambil tempat duduknya. Seperti biasa, Aiden selalu berada di dekatnya. Selalu terlihat tenang dalam situasi apapun. Aiden melirik ke arah Adrian dan ia dapat melihat kekhawatiran yang terlihat jelas di wajahnya.

Berbagai hal terus menerus berputar di pikirannya, Adrian mengerjapkan matanya beberapa kali dan melirik dari bahunya untuk mencari keberadaan Aiden, menunggu jawaban atas apa pun yang akan dikatakannya. Adrian meringis minta maaf.  Aiden tidak mengatakan apapun, hanya menatap Pangeran muda tersebut yang masih terus menerus sibuk dengan pikirannya sendiri.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status