Share

69. Kenyataan Pahit Bag. 2

Sejak malam, Pramono belum sekali pun menyapa Nadya. Bahkan setelah menyeruput kopi yang disajikan sang istri, laki-laki itu hanya diam dan bicara saat ada orang tuanya—demi menutupi apa yang terjadi di antara mereka. Tak ada orang tua yang ingin melihat pertengkaran putra-putrinya, bukan? Apalagi ancaman hancurnya rumah tangga karena adanya orang ke tiga. Pramono masih cukup waras untuk sekedar menjaga perasaan mereka.

“Ayah sudah tahu?” tanya Pram setelah sekali lagi menyesap kopi pekat pada cangkir di atas meja. Meja yang sama yang digunakan Nadya untuk meracik sarapan mereka.

Ikhsan mengernyit. “Tahu apa?”

Pramono melirik sang istri yang tengah menyimak sambil memotong wortel. Jika tak salah melihat, dia sempat menangkap raut kecemasan di wajah itu.

“Ibu Roro, ibunda Ali, meninggal malam tadi.” Lalu berpaling setelah menangkap ekspresi Nadya yang terkejut hingga nyaris memotong ujung jarinya.

****

Hening meliputi sepanjang perjalanan ke rumah Ali. Bukan benar-benar hening tan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status