แชร์

BAB 5

ผู้เขียน: NawankWulan
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2023-04-01 11:49:22

Pov : Bian

"Mas, apa yang kamu sembunyikan dariku selama empat tahun pernikahan kita? Bisa-bisanya kamu sematkan nama mantan kekasihmu pada anakku?" pertanyaan Dania benar-benar di luar nalarku. Aku tak paham kenapa dia tiba-tiba mempertanyakan hal itu.

Selama empat tahun pernikahan, dia memang tak banyak tanya tentang masa laluku, setelah aku berikan jawaban menohok untuk pertanyaan tak masuk akalnya itu di awal-awal pernikahan kami.

Masih jelas kuingat dulu saat dia tanya hal-hal sepele yang membuatku jengah. Dia protes hanya karena aku tak pernah memuji kecantikannya, tak pernah memujinya di depan keluarga besar dan tak pernah memperkenalkannya pada teman-teman kuliahku dulu dan hal remeh lainnya.

"Mas, aku cantik nggak? Kenapa sih kamu nggak pernah memujiku cantik, Mas? Padahal kata teman-temanku, aku cantik," ucap Dania saat itu dengan wajah bersemu merah sembari memilin roknya.

"Apa perlu mempertanyakan hal-hal seperti itu, Nia?" jawabku saat itu sembari menoleh sekilas ke arahnya.

"Kenapa kamu nggak pernah sekalipun bilang cinta padaku, Mas? Padahal tiap hari aku bilang cinta, tapi kamu hanya balas dengan senyum dan anggukan kepala. Kadang aku merasa tak berguna," ucapnya dengan isak kecil yang mulai terdengar telinga.

"Jangan terlalu dibawa ke hati, Nia. Tak semua laki-laki bisa menjelaskan apapun yang dia rasa."

"Tapi, Mas ...."

"Aku memang begini, Dania. Terlalu dingin dan kaku. Meski terasa aneh tapi apakah dengan pengorbanan dan perjuanganku selama ini belum bisa menjawab pertanyaanmu? Apakah kamu pernah melihatku mengatakan cinta dan cantik pada perempuan lain? Atau sekadar dekat dengan perempuan selain kamu? Kurasa tidak. Jadi kumohon, terimalah kekuranganku, Nia. Seperti aku yang selalu menerima kekurangan dan semua masa kelammu."

Setelah kuucapkan kalimat panjang itu Dania terdiam. Doa tak bertanya apapun juga tentang hal remeh temeh seperti itu. Dia pun tak pernah mencecarku untuk menceritakan semua masa laluku lagi. Salah satu hal yang sangat kusyukuri hingga detik ini.

Aku masih ingat betul, saat itu dia memang masih mengandung dua bulan. Mungkin karena itulah sedikit lebih manja dibandingkan sebelumnya. Sayangnya aku tak suka jika memiliki istri manja. Lebih tepatnya aku tak suka memiliki istri dia.

Saat itu, aku hanya ingin menjadi suami terbaik untuknya dalam hal kewajiban dan tanggungjawab. Namun aku tak pernah menuntutnya untuk menjadi istri yang terbaik pula. Terserah apa maunya. Kadang, aku jauh lebih senang jika sendiri daripada harus bersamanya. Meski tetap tinggal di atap yang sama.

Aku hanya belum mampu melupakan masa laluku bersama Irena. Aku mencintainya dan dia pun mencintaiku pula. Hanya saja, keadaan dan takdir belum menyatukanku dengannya. Namun aku masih tetap berharap kelak dia datang untuk minta maaf dan berniat kembali padaku.

Aku menikahi Dania bukan karena cinta. Hanya saja aku tak ingin menjadi anak durhaka yang menentang perintah ibunya. Alasanku yang lain tentu karena permintaan terakhir Irena sebelum dia menghilang dari hidupku.

Irena yang berharap aku menuruti kemauan mama, karena restu orang tua adalah segalanya. Entah mengapa dia menyerah untuk memperjuangkan cinta yang pernah kami agungkan bersama.

Dia memilih pergi dan meninggalkanku tanpa kata. Padahal aku dan dia pernah mengikat janji untuk berjuang bersama mencuri restu orang tua yang memang saat itu belum kudapatkan.

Irena pergi tak berkabar dan tanpa pesan khusus yang bisa kuterima. Aku tak tahu apa salahku sebenarnya. Kenapa mendadak dia pergi dan membiarkanku meratapi kebodohanku sendiri. Bodoh karena aku telat memperjuangkannya.

Padahal malam sebelum dia menghilang selamanya dari duniaku, dia masih mengangkat telponku. Dia bilang demam dan mual-mual. Dia juga bilang agar aku menjaga diary kesayangannya dengan baik karena mungkin akan mengambilnya sewaktu-waktu.

Iya, Diary itu kusimpan rapat di rak buku paling ujung agar tak ada yang tahu terlebih mama. Sebab jika mama tahu aku menyimpannya di sana, pasti akan dibakar saat itu juga.

Mama hanya tahu aku masih menyimpan banyak kenangan bersama Irena di gudang itu, gudang yang dulu bekas kamarku saat remaja dan beranjak dewasa. Tanpa tahu di mana tepatnya.

"Kamu harus janji sama mama, Bian. Setelah menikah dengan Dania, simpan baik-baik atau mama akan bakar semua barang-barang yang berhubungan dengan Irena. Mama nggak mau tahu, pokoknya simpan yang rapat dan aman, jangan sampai istrimu tahu siapa Irena. Saran mama lebih baik bakar saja."

Pesan mama empat tahun silam kembali terngiang di benak. Lalu lalang seperti rol film yang terbuka.

"Aku sudah berusaha menekan cinta dan rinduku pada Irena, Ma. Aku juga sudah mengikuti perintah mama untuk menikah dengan Dania. Tolong kali ini jangan paksa aku untuk membakar barang-barang Irena. Sebab dia bilang kapan-kapan akan mengambilnya kembali. Bukankah itu sebuah amanah yang harus kusimpan bukan kubakar?"

Mama menghela napas panjang lalu meninggalkanku begitu saja. Syukurlah, mama tak memaksaku membakar semua kenangan itu. Kenangan yang tak mungkin kulupakan sepanjang hidupku.

Saat awal menikah dulu, aku masih sering curi-curi waktu mendekam di gudang beberapa lama untuk membaca tulisan-tulisan Irena di sana.

Membayangkan kebersamaanku dengannya. Cinta yang pernah mekar dan berbunga dipaksa layu dan kering begitu saja.

Aku tahu dan aku sadar jika hubunganku dengan Irena sudah di luar batas. Kami khilaf, melakukan hal-hal yang tak sepantasnya dilakukan sebagai hamba Tuhan yang masih menggenggam Iman.

Namun tak butuh waktu lama kami sadar jika kamu sudah melakukan dosa besar. Aku dan Irena pun sudah melakukan shalat taubat untuk mengurangi dosa yang sedemikian besarnya.

Ketidaksetujuan mama dan orang tuanya membuat kami memutuskan sesuatu yang salah. Pacaran saja sudah berdosa, tapi kami berhubungan lebih dari itu. Aku merasa sangat bersalah, karena itu pula berniat menikahinya.

Namun saat kuceritakan semua pada orang tuanya, justru maki dan usiran yang kudapatkan. Mereka tak terima, bahkan akan melaporkanku ke penjara. Namun akhirnya kudengar kabar dari Irena bahwa orang tuanya tak jadi melaporkanku ke penjara, entah sebab apa. Alasan yang tak kutemukan jawabannya hingga detik ini.

"Maafkan aku, Irena. Harusnya kita tak perlu melakukan itu hanya demi mendapat restu orang tua. Nyatanya sekarang kita semakin tersudut. Mamaku tetap tak merestui, sementara kedua orang tuamu justru semakin membenciku. Menganggapku laki-laki tak bertanggungjawab yang hanya menginginkan kesucianmu."

Detik ini, air mataku kembali menitik. Aku mengingat dia lagi. Dia yang terus mengisi relung hatiku hingga kini.

Kubiarkan Dania kembali seperti biasanya setelah kujelaskan singkat tentang Irena. Aku tahu Dania tak berani mencecarku banyak hal, sebab dia juga memiliki masa lalu yang kelam.

Dia masih ingat kalimat menohokku empat tahun silam, hingga tak ada nyali untuk mencecarku lebih dalam.

Sebab aku pun menerima dia dengan masa lalunya, tanpa pernah bertanya bagaimana dia dan laki-laki yang pernah dekat dengannya. Meski kutahu dia tak sampai melepaskan kesuciannya pada laki-laki itu.

Dania terlalu penurut dan mempercayaiku, hingga mudah sekali bagiku untuk meyakinkannya bahwa aku mencintainya dengan cara yang berbeda.

Seperti janjiku pada Irena dulu. Untuk memperlakukan istriku selayaknya ratu. Meski ternyata ratuku bukanlah Irena yang kucinta melainkan perempuan lain yang kini telah mengikatku dengan seorang putri cantik.

Sengaja kuberi nama yang sama. Sebagai penghargaanku untuknya. Perempuan yang selalu kusebut dalam doa.

💕💕💕

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   EXP 5 : BIAN [TAMAT]

    Pov : BIANLima kali bertemu dengan gadis itu, membuatku semakin yakin jika dia memang bidadari yang Allah kirimkan untuk melengkapi hidupku. Dia yang sederhana, tapi terlihat nyaris sempurna. Tak ingin seperti laki-laki lain yang mengajaknya pacaran demi embel-embel saling mengenal, aku lebih nyaman mengikuti pesan mama untuk langsung melamarnya. Selain umur tak pantas lagi mengobral cinta, status duda juga membuatku sadar diri bahwa aku tak muda lagi. Urusan ditolak atau diterima urusan nanti. Yang penting aku sudah berusaha mengutarakan isi hati. Setelah aku memberinya waktu untuk istikharah selama seminggu. Akhirnya waktu yang ditunggu pun tiba. Waktu di mana Maura akan mengatakan pilihannya untuk mengiyakan atau menolak niat baikku. Tak mengapa kalaupun dia menolak. Aku cukup sadar diri, terlalu banyak perbedaan antara kami. Lagipula, aku juga tak ingin dia menerima lamaran ini karena terpaksa. Aku tak ingin dia seperti Dania beberapa tahun silam yang terpaksa mengiyakan per

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   EXP 4 : BIAN

    Pov : BIANSeperti itulah awal perjalan cintaku dengan Maura. Aku yang tak berani mengungkapkan cinta karena merasa bukan pria idamannya dan dia yang memilih diam menunggu pria baik melamarnya. Setidaknya seperti itulah yang dikatakan sang mama. Hingga aku memberanikan diri untuk melamarnya detik ini. Tak ingin kembali menyesal, andai ada laki-laki lain yang lebih dulu melamar bahkan ingin segera mengikatnya dalam kehalalan. Iya, aku tak ingin menyesal ke sekian kalinya. Disaksikan mama dan anak kesayanganku Rizqi, aku kembali ke rumah ini. Rumah dengan dua lantai berwarna hijau pupus. Ada seorang laki-laki lain yang memang sudah lebih dulu datang. Laki-laki tampan, sepertinya juga mapan dan berpendidikan. Dia terlihat begitu akrab dengan mama dan papa Maura. Sementara aku duduk dengan gelisah dan tak tenang. Rasanya ingin mengajak mama untuk pulang, tapi sayangnya mama masih cukup sibuk ngobrol dengan Tante Lydia. "Pa, jangan khawatir. Tante Maura pasti lebih memilih papa," bisik

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   EXP 3 : BIAN

    Pov : BIAN "Maura maunya laki-laki yang lebih dewasa, lebih ngemong dan setia, yang pasti bisa bimbing dia ke jalanNya." "Maura nggak suka pacaran sebelum nikah. Dia ingin pacaran setelah halal karena semua jadi berpahala dan InsyaAllah berkah." "Maura memang masih ingin sendiri, tapi jika ada laki-laki baik melamarnya, kenapa enggak? Tak ada salahnya menikah muda asalkan sudah siap segala konsekwensinya." Cerita-cerita mama barusan membuatku bertanya-tanya. Mungkinkah aku ada di salah satu pria idamannya? Bibirku kembali tersenyum saat membayangkan pertemuanku dengannya kemarin sore secara tak disengaja. Aku yang tengah memperhatikan Rizqi dan Rena di alun-alun tak jauh dari rumah mama, mendadak bertemu dengannya yang juga tengah mengantar keponakan-keponakannya bermain di sana.Tiap kali weekend, tempat itu memang ramai pengunjung. Pedagang kaki lima pun banyak berjejeran, menjajakan aneka kuliner murah meriah yang unik dan enak di lidah. Tak hanya golongan menengah ke bawah

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   EXP 2 : BIAN

    Langit gelap. Mendung menggantung di sana. Sepertinya sebentar lagi hujan akan tiba. Angin berhembus menampar wajah yang gelisah. Beberapa minggu belakangan, jam tidurku mulai berantakan. Makan pun rasanya hambar. Berulang kali mama menyindirku soal jatuh cinta, tapi aku selalu menegelaknya. Di usia nyaris 35 tahun ini, mungkinkah aku merasakan jatuh cinta kembali? Aku yang sudah dua kali gagal berumah tangga, masihkah ada perempuan yang percaya jika aku tipe laki-laki setia?Entahlah. Namun kehadiran gadis itu beberapa waktu lalu di restoran ini benar-benar membuatku kesulitan tidur. Namanya Maura. Gadis manis dengan hijab dan gamis panjangnya itu adalah anak Tante Lydia yang tak lain teman arisan mama. Mama tak sengaja lewat di depan restoran yang kubangun dua tahun belakangan pasca resign dari kantor dulu, karena itulah sekalian mampir dan memperkenalkanku dengan perempuan itu. Tak banyak hal yang mama bicarakan. Hanya sekadar perkenalan biasa. Mama pun tak ada rencana menjodoh

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   EXP 1 : BIAN

    Pov : BIAN Tahun berlalu. Kepergian Irena membuat perubahan besar dalam hidupku. Aku memang memilih berpisah dengannya, tapi tak menyangka jika perpisahanku itu tak hanya perpisahan dunia. Namun dia benar-benar pergi meninggalkan semua menuju alam keabadian yang nyata.Air mata tak terasa lolos begitu saja dari porosnya tiap kali mengingat bagaimana perjuanganku dulu untuk mendapatkannya. Hingga dia menghancurkan semua kepercayaan yang kupunya. Memilih laki-laki lain yang nyatanya tak pernah tulus mencintainya. Laki-laki yang kini disesaki perasaan bersalahnya dan pamit pergi bersama teman hidupnya yang baru. Dia yang memberikan sekepal tanggungjawab untukku dan dia yang puluhan kali minta maaf karena telah menusukku. Zaky."Gue mau minta maaf sama Lo, Bian. Selama ini gue udah hancurin keluarga Lo. Gue nikam Lo dari belakang. Semua salah gue. Gue ancam Iren hingga dia menuruti semua kemauan gue. Rizqi sebagai tamengnya sebab Iren tahu jika dia adalah darah daging gue. Iren selalu b

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   BAB 76 [END]

    Pov : DANIAPapa dan Mas Reza tampak begitu khawatir saat kubilang ada bercak coklat di celana dalam. Mereka saling pandang lalu buru-buru mengajakku ke klinik yang tak jauh dari rumah. Klinik Medika.Setelah mengantri di urutan ke empat, akhirnya aku diizinkan untuk masuk ke dalam ruangan. Seorang dokter mempersilakanku duduk dan menceritakan keluhan yang terjadi. Dengan serius sang dokter mendengarkan ceritaku. Mas Reza bertanya ini itu, terlihat cukup khawatir dengan kesehatanku dan calon buah hatinya. Selama di mobil, papa memang menceritakan bagaimana aku sampai terjengkang dari kursi. Mas Reza beberapa mengucapkan istighfar saat papa menceritakan ulah menantu pertamanya. Papa juga menceritakan bagaimana wajah asli Mas Aris dan istrinya itu. Aku sendiri tak menyangka jika firasatku tentang ketidakberesan mereka ada benarnya. Beruntung papa sudah tahu sebelumnya. Aku hanya khawatir papa shock saat mendengar rekaman percakapan Mas Aris dan Mbak Shila yang rencananya akan kuberi

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status