Share

5: ISTRI SAH

Auteur: Yantie Wahazz
last update Dernière mise à jour: 2024-01-26 21:10:29

Suasana terasa sangat hening ketika Nesia membuka matanya. Orientasinya masih belum pulih sepenuhnya karena rasa pening yang masih dirasakan di kepalanya. Gadis itu mengedarkan matanya dan mendapati suasana kamar yang serba hijau muda. Nesia mengumpulkan kesadaran dan ingatannya dengan susah payah dan menyadari bahwa ini bukan kamar kontrakannya yang minimalis dengan car putihnya yang mulai kelabu itu.

Nesia kembali melihat-lihat. Sebuah tiang infus berikut botolnya kini menjadi fokusnya. Matanya terus menelusuri arah selang infusnya yang ternyata berujung di tangannya. Nesia terkejut.

‘Selang infus? Apa yang terjadi?’ pikir Nesia masih bingung.

Kemudian deheman terdengar di ruangan itu, membuat Nesia spontan mengalihkan tatapan matanya pada sumber suara. Dan di ujung ruangan ini, di sofa yang ada di sudut ruangan, Nesia melihat ada dua orang laki-laki dengan ketampanan yang sempurna saling duduk dalam jarak terukur, dan sama-sama terdiam.

Nesia terkejut karena kedua laki-laki rupawan itu sama-sama memusatkan perhatian padanya yang bahkan terbaring dengan cukup mengenaskan seperti ini. Dalam diam, Nesia menggali ingatannya yang tadi hilang entah kemana.

Matanya terbelalak kaget ketika ingat bahwa dia tadi pingsan di aula utama Martha Hall setelah prosesi pernikahannya selesai, dan lelaki itu mencium bibirnya.

“Astaga!” Nesia berseru namun kemudian meringis setelah merasakan kepalanya pusing.

Dua orang laki-laki rupawan itu bergerak serentak untuk mendekati.

“Apa yang Anda rasakan, Nona? Apakah ada sesuatu yang Anda keluhkan?” tanya salah seorang dari mereka, namun jelas bukan Remy. Sementara Remy meskipun bergerak mendekat namun memilih untuk diam, tidak bertanya apapun.

Nesia menggeleng.

“Tidak. Ah, ya. Hanya sedikit pusing. Apakah ini di rumah sakit?” tanya Nesia kembali memastikan bahwa dia memang sedang berada di rumah sakit.

“Ya. Anda sedang di rumah sakit karena Anda jatuh pingsan setelah …” lelaki rupawan itu tak melanjutkan kalimatnya, dan malah menoleh ke arah Remy yang berwajah datar.

Remy mengangkat alis matanya.

“Mengapa tidak kamu teruskan saja? Kurasa tidak terlalu tabu jika kita membicarakan sebuah ciuman, bukan?” tanya Remy menatap Lukas, lelaki rupawan yang berada di ruangan ini selain Remy.

Lukas mengangguk.

“Ya, Anda pingsan setelah prosesi pernikahan selesai dan … dan tuan Remy mencium Anda, Nona,” tutur Lukas dengan muka memerah.

Nesia membelalakkan matanya lebar-lebar.

“Mengapa harus terkejut? Bukannya kamu sudah dewasa? Dicium oleh laki-laki bukan hal yang aneh, kan? Mungkin harus aku tegaskan bahwa kamu pingsan bukan karena ciuman yang kulakukan karena bibirku tidak mengandung racun. Dokter menyimpulkan kamu pingsan karena perut kamu dalam keadaan kosong,” ujar Remy dengan acuh tak acuh.

Seketika Nesia merasa malu karena ketahuan bagaimana miskinnya dia sehingga untuk makan cukup saja dia harus menghemat. Tapi bukankah kali ini dia kelaparan bukan karena tak punya makanan, melainkan karena tidak diberi kesempatan untuk makan?

“Apakah Anda tahu bahwa saya kelaparan karena dua orang suruhan Anda merampas waktu makan siang saya, sehingga saya tidak sempat makan siang.” Nesia menjawab dengan ketus.

“Jangan menyalahkan saya karena situasi laparmu. Kalau kamu makan cukup, tidak mungkin kamu pingsan di tengah aula, kan? Memalukan!” omel Remy dengan wajah kesal.

“Memangnya semua hal konyol ini salah siapa kalau bukan salah Anda, Tuan Remy?” tanya Nesia dengan santai.

Tentu saja dia menyebut nama Remy dengan ringan karena dia sudah membaca bahwa mempelai hari ini bernama Remy dan mempelai perempuannya bernama Dona, Namun entah kesialan macam mana yang membuatnya berada di posisi Dona seperti saat ini.

“Anggap saja kamu sedang sial karena terseret ke dalam masalahku,” ujar Remy dengan sinis, sementara Lukas sama sekali tidak berani menengahi karena dia tahu siapa dan bagaimana sifat Remy.

Nesia menghela napas panjang.

‘Ya, tentu saja ini kesialan yang tak pernah saya lupakan, Tuan Remy!’ batin Nesia dengan tatapan mata penuh aura permusuhan.

“Baiklah-baiklah, saya memang sedang sial karena harus berurusan dengan laki-laki seperti Anda. Dan karena saya sudah merasa lebih baik, bisakah Anda mengantar saya kembali ke Martha Hall?” tanya Nesia menatap ke arah remy dan Lukas, bergantian.

“Kembali ke sana? Untuk apa?” tanya Lukas mengerutkan keningnya.

“Mengapa Anda bertanya untuk apa? Saya harus melanjutkan hidup saya. Untuk itu saya harus menyelesaikan pekerjaan saya dan melapor pada bu Nita serta mengatakan yang sebenarnya bahwa ketidakhadiran saya bukan karena keinginan saya mangkir, melainkan karena saya sedang sial. Saya berjanji bahwa ini adalah pertemuan terakhir saya dengan Anda karena setelah prosesi tadi berakhir, maka drama yang harus saya perankan juga telah berakhir,” kata Nesia panjang lebar sembari berusaha bangkit.

“Eh, tunggu dulu, Nona. Dokter belum mengizinkan Anda untuk pulang. Jadi sebaiknya kita menunggu hasil pemeriksaan dokter,” ujar Lukas.

“Tapi, Tuan, saya harus ke gedung Martha. Saya harus melapor apa yang sudah terjadi, agar saya tidak dipecat karena mangkir dari pekerjaan,” jawab Nesia dengan wajah panik karena dia jelas sangat membutuhkan pekerjaan itu untuk melanjutkan hidupnya yang bagai angka satu itu.

“Sayangnya kamu memang sudah tak bisa lagi bekerja di sana,” Remy tiba-tiba memotong kalimat Nesia, membuat gadis itu terbelalak kaget.

“Tidak bisa? Memangnya mengapa? Apa maksud ucapan Anda” tanya Nesia dengan jantung berdegup kencang karena membayangkan apa yang akan dilakukannya untuk menyambung hidupnya kalau sampai dia benar-benar dipecat.

“Karena anak buahku sudah mengajukan surat pengunduran diri untukmu dari pekerjaan rendahan yang selama ini kamu tekuni itu,” jawab Remy dengan tegas.

“Apa?!” tanya Nesia dengan mata melebar karena terkejut sekaligus marah.

“Kamu sudah tidak bisa lagi bekerja di sana karena kamu sudah dicoret dari daftar karyawan. Jelas?” tanya Remy dengan gamblang, membuat Nesia benar-benar meradang kali ini. Rasanya kesabarannya sudah cukup sampai batasnya.

“Dan Anda pelakunya?” tanya Nesia sengit.

“Tentu saja. Kamu pikir aku tidak malu memiliki istri seorang karyawan gedung serbaguna? Apa kata orang jika mereka tahu yang sebenarnya?” tanya Remy menghardik sengit.

“Eh, Tuan Remy yang terhormat. Semoga Anda tidak lupa bahwa pernikahan tadi hanya sebuah sandiwara. Saya juga tidak ingin menjadi istri cadangan seperti tadi. Hanya saja orang-orang Anda sudah kehilangan hati, sehingga memaksa saya dengan ancaman akan membunuh.” Nesia berkata tegas.

Lukas terkesiap mendengar cacian Nesia bahwa orang-orang Remy tidak memiliki hati. Bukankah itu artinya Lukas?

“Apa kamu pikir kamu akan menerima hal tadi dengan baik kalau anak buahku tidak mengancam dengan senjata api?” tanya Remy semakin sengit.

“Setelah anak buah Anda mengancam saya, kemudian saya menggantikan calon istri Anda untuk menikah, dan kini harus merasakan kesialan berikutnya karena saya harus kehilangan pekerjaan saya. Saya tidak tahu kesalahan fatal apa yang sudah saya lakukan di masa lalu sehingga harus begini sial karena bertemu dengan Anda, Tuan Remy,” ujar Nesia sadis.

Bukannya marah, Remy hanya tersenyum sinis.

“Ehem, maaf, Tuan. Saya rasa Anda harus memberi ruang pada nona ini untuk sedikit lebih tenang karena dia sedang dalam pemulihan,” kata Lukas mencoba menengahi.

“Kamu benar, Lukas. Aku akan mencari udara segar di luar, karena suasana di ruangan ini membuatku merasa gerah. Mungkin kamu yang harus mengambil alih tugasku memberikan penjelasan pada gadis tengil ini,” ujar Remy pada Lukas, yang dijawab anggukan oleh laki-laki itu dengan kepatuhan yang nyata.

“Eh, Tuan Remy! Tidakkah Anda memberi penjelasan atas nasib konyol yang Anda suguhkan pada saya hari ini?” tukas Nesia dengan galak.

Tapi Remy tak menghiraukan apapun ucapan Nesia. Laki-laki itu pergi dengan gagah dan elegan, membuat nesia benar-benar ingin melemparnya ke neraka.

“Tenang, Nona. Saya yang akan memberikan penjelasan kepada Anda mengenai kejadian hari ini. Namun, terlebih dahulu perkenalkan, nama saya Lukas. Saya asisten pribadi tuan Remy.” Lukas memperkenalkan diri.

Nesia yang awalnya kesal, melihat Lukas begitu sopan, akhirnya mengangguk.

“Saya Nesia, Tuan Lukas,” kata Nesia singkat dan ketus, ikut memperkenalkan diri.

Lukas mengangguk dengan senyum tipis, memaklumi apa yang Nesia lakukan.

“Ya, saya tahu nama Anda adalah Nesia. Jadi, di sini saya ingin sedikit menjelaskan bahwa memang benar bahwa tuan Remy sudah memutuskan hubungan kerja Anda dengan Martha Hall. Karena setelah dokter mengizinkan Anda untuk keluar dari sini, kami akan membawa Anda ke rumah tuan Remy karena mulai hari ini Anda adalah istri sah beliau,” ujar Lukas dengan santun, namun cukup membuat Nesia terkejut bukan main.

“Pulang ke rumah dia? Istri sah laki-laki bermulut pedas itu? Apa maksudnya, Tuan Lukas?” tanya Nesia dengan amarah yang siap meledak.

***

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • FROM THE WEDDING HALL   117: LUKAS KASMARAN

    Nesia memang sudah pulang dari rumah sakit dan sepertinya keadaan baik-baik saja. Lukas yang melihatnya kini berubah ikut senang meski untuk hal ini dia harus menjadi sasaran pukulan Remy yang salah memahami dirinya. Sejujurnya Lukas maklum jika Remy marah padanya. Kalau saja Remy tahu bahwa dia juga menyukai Nesia, mungkin laki-laki itu akan menghajarnya dengan lebih gila lagi.Karenanya, demi menghindari kegilaan Remy, Lukas memilih menghindar. Setelah jam kantor usai, Lukas tak segera pulang melainkan mengekor Edo kemana pun dia pergi. Edo yang bujang kadaluwarsaitu merasa aneh dengan kelakuan Lukas yang tak biasa.“Hei? Ada apa rupanya kamu mengekor kemanapun aku pergi? Jangan sampai karyawan mengira kamu kasmaran sama aku, Luke.”“Cuih!!! Kasmaran sama kamu? Aku masih cukup normal untuk tidak jatuh cinta sama lelaki tak mutu sepertimu!” Lukas membalas tak kalah pedas.“Jadi mengapa kamu mengekor terus?”Lukas menghela napas berat.“Aku enggan pulang.” Akhirnya Lukas bicara jujur.

  • FROM THE WEDDING HALL   116: REMY MEMUTUSKAN

    Pintu kamar tertutup dan Remy meletakkan Nesia ke atas ranjang dengan gerakan yang lembut dan sebisa mungkin membuat Nesia nyaman di ranjang mereka. Sejujurnya Remy sangat merindukan perempuan muda yang sudah membuat hidup dan hatinya porak poranda dan kehilangan jati diri itu. Dia ingin memeluknya seerat mungkin dan memastikan bahwa perempuan itu tak akan kemana-mana, tak akan jauh darinya dan tak akan meninggalkannya meski perjanjian mereka jelas mengatakan bahwa mereka memiliki keterbatasan waktu bersama.Lelaki yang kini berubah jauh lebih ramah itu sibuk membetulkan letak selimut untuk menutupi tubuh Nesia yang sebenarnya tak lagi kedinginan karena efek obat pagi ini membuatnya sedikit gerah.Nesia menatapnya dengan senyum keheranan.“Mengapa menatapku seperti itu? Apakah aku aneh?” tanya Remy yang berhenti sejenak untuk menatap Nesia yang semenjak hamil terlihat jauh lebih cantik dari biasanya. Meskipun jelas biasanya juga dia selalu cantik di mata Remy.Nesia menggeleng. Tangan

  • FROM THE WEDDING HALL   115: TATAPAN PENUH DENDAM

    Wajah Remy dan Nesia seketika bersemu merah ketika mereka melihat siapa yang sudah membuka pintu dan menampakkan wajahnya. Tak lain dan tak bukan adalah dokter Ilham bersama seorang suster yang menjadi asisten dokter Ilham pagi ini. Apalagi ketika mereka melihat bahwa dokter dan suster itu tersenyum karena memergoki ulah Remy. “Ehem!” Remy berdehem menghadap ke arah dokter Ilham untuk menetralkan suasana yang mendadak canggung. Tak sedikit pun Remy merasa ingin memperbaiki keadaan. Dia bahkan tak menjauh dari Nesia. “Sebaiknya kamu mulai belajar menahan diri terhadap keinginan apapun pada istrimu, Remy. Kehamilannya masih sangat muda. Aku khawatir akan membahayakan kondisi janinnya.” Dokter Ilham memberikan nasehat seolah mengerti apa yang Remy rasakan. “Berapa lama, Dok?” tanya Remy yang tahu kemana arah pembicaraan dokter Ilham. Pertanyaan sigap yang diajukan Remy membuat dokter Ilham tertawa kecil. Sambil memeriksa tekanan darah Nesia, dokter Ilham tersenyum. Suster yang berada d

  • FROM THE WEDDING HALL   114: AROMA CEMBURU

    Suasana di sebuah ruang rawat di klinik ini terasa begitu heboh dan penuh kegugupan serta kekhawatiran yang berlebihan. Remy terlihat begitu sibuk mengemas semua barang yang kemarin terbawa ke klinik ini meskipun barang itu tak begitu diperlukan karena fasilitas di klinik sudah sangat memadai. Setelah semua barang terkemas rapi, terlihat Remy yang tersenyum lega seolah baru saja menyelesaikan sebuah proyek besar dan bernilai milyaran.Nesia yang sudah siap pulang, kini duduk di sisi ranjang rumah sakit, mengawasi Remy yang sibuk sendirian. Namun, kali ini Nesia memilih diam tanpa banyak tanya karena sejauh ini dia masih belum yakin dengan sikap penerimaan yang dilakukan Remy atas kehadiran bayi di dalam perutnya itu.Awalnya, Nesia mengira bahwa Remy akan marah besar dan menceraikan dirinya kemudian mengusirnya dari rumah itu. Dan untuk semua praduga buruk itu, Nesia bahkan sudah menyiapkan banyak rencana jika memang dia harus terusir dari rumah Remy karena kehamilannya.Tapi siapa sa

  • FROM THE WEDDING HALL   113: SI MANIS

    Mendengar pertanyaan Lukas, Edo sedikit gelagapan. Namun bukan Edo namanya kalau dia tak bisa mengelak dari cercaan Lukas. “Hei, apakah aku mengatakan bahwa kehidupan seks Remy tidak normal?” tanya Edo merasa tak bersalah. Lukas yang sudah hafal dengan kelakuan Edo hanya tersenyum masam. “Tak perlu berpura-pura lupa dengan ucapanmu sendiri Edo. Jelas-jelas kamu mengatakan bahwa kehidupan seks Remy sekarang berjalan normal. Bukankah itu artinya dia tidak normal sebelumnya?” Edo tergelak. “Aku hanya menduga, Luke. Bagaimana mungkin Remy mengumbar kehidupan seksnya pada orang lain? Sudahlah, habiskan kopimu dan pulanglah. Rumahku tak cukup cocok dengan bujang sepertimu!” ujar Edo kemudian berdiri, mengambil jas kerjanya yang ada di sampiran kursi makan dan mengenakannya dengan santai. “Aku tak mau pulang hanya untuk melihat mereka kasmaran,” jawab Lukas dengan santai, mengabaikan pengusiran yang diucapkan Edo dengan terus terang tadi. Edo tersenyum miris melihat Lukas yang kelihatan s

  • FROM THE WEDDING HALL   112: TERSISIH

    Sudah dua hari ini Lukas menginap di rumah Edo. Selain sebagai sesama pegawai di perusahaan yang ditangani Remy dengan tangan dinginnya, Lukas, Remy dan Edo adalah juga teman dekat. Nyaris tak ada rahasia di antara mereka, kecuali Remy yang memang sangat tertutup terutama soal perempuan.Remy sangat berbanding terbalik dengan Edo. Kalau Remy memilih tertutup mengenai perempuan, termasuk hubungannya dengan Nesia yang tak mudah ditebak, maka Edo memilih jalan vulgar untuk menunjukkan eksistensinya sebagai lelaki tampan dan mapan.“Kamu tak kerja lagi pagi ini, Luke?” tanya Edo ketika pagi ini dia masih melihat Lukas yang malas-malasan menikmati secangkir kopi yang dibuatnya sendiri tadi. Tentu saja Lukas harus membuatnya sendiri karena Edo seorang lajang yang tak memiliki seorang pembantu.Lukas hanya tersenyum kecil dan hambar, membuat Edo semakin penasaran dengan kelakuan Lukas yang tiba-tiba saja minggat ke rumahnya itu.“Memangnya kamu tak takut Remy akan menendangmu dari pekerjaan

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status