Home / Romansa / Fall For Her / Bab 5. Titah Nyonya Besar

Share

Bab 5. Titah Nyonya Besar

Author: Sastra Stone
last update Last Updated: 2022-01-01 14:17:24

Adam sudah mempersiapkan diri mendengar pertanyaan sang ibu. Dengan tenang dia menjawab, "Aku terlalu sibuk, Bu. Mana ada yang mau pacaran sama orang yang nggak punya waktu buat mesra-mesraan," terang Adam lalu memamerkan senyum manisnya.

"Dam, apa kamu masih memikirkan Clarissa?" tanya Nyonya Wursita dengan nada curiga.

Pria itu menjadi salah tingkah dan menjawab, "Sedang mengusahakan, Bu."

"Ndak bisa, Dam! Ini ndak baik bagimu. Seharusnya kamu lebih dari berusaha. Sudah tiga tahun berlalu. Mantanmu itu sudah berada entah di mana dan bahagia. Lha … kamu? Masih saja menyimpan barang-barang darinya. Kapan kamu bisa melupakan dia kalau begitu caranya?" sembur perempuan itu menceramahi sang putra.

Adam teringat barang yang sang ibu maksud memang masih ada di kamar miliknya. 

"Ibu bisa membuangnya," timpal Adam.

"Oh, ndak! Harus kamu yang nyingkirin semua itu. Ibu ngajarin kamu buat jadi lelaki yang tegas, bagas, tapi ndak bringas. Kalau urusan sepele seperti membuang barang yang hanya akan mengingatkanmu pada masa lalu itu seharusnya sudah jauh-jauh hari kamu lakukan. Tapi apa buktinya? Justru kamu lari. Ndak berani hadapi kenyataan," cecar Nyonya Wursita tanpa jeda.

Tuan Adyaksa hanya menjadi penonton. Sejak awal dia memilih menyerahkan urusan jodoh dalam pantauan sang istri. Selama pilihan Adam tidak membuat sang putra lalai dengan kewajiban-kewajibannya, dia tidak keberatan sama sekali.

Setelah mendengar semua ceramah sang ibu, Adam hanya menghela napas panjang dan menyamankan posisi duduknya.

"Le, kamu mau dengerin ibumu ini, tho?" tanya Nyonya Wursita dengan tatapan tajam.

Adam sudah menganggap Nyonya Wursita sebagai ibu kandung sendiri. Selama ini pun Adam selalu menuruti kehendak sang ibu. Bila kalimat sakti itu sudah terlontar dari perempuan itu, maka artinya Adam tak bisa mengelak lagi. Sudah wajib baginya untuk mengiakan.

"Iya, Bu," jawab Adam.

"Saat pesta perayaan hari jadi perusahaan, ibu mau kamu bawa calon mantu buat ibu. Pilihanmu sendiri. Kalau ndak, ibu yang akan pilihkan buatmu. Ngerti kamu?" titah Nyonya Wursita.

"Hari jadi perusahaan?" Adam segera menghitung hari yang dimiliki sebelum tenggat waktu. "Tapi itu kurang dari sebulan lagi, Bu?" kelit pria itu.

"Terus kenapa?"

"Terlalu cepat, Bu," cicit Adam.

"Kamu sudah buang tiga tahunmu percuma. Sekarang ndak ada lagi waktu bersantai. Cepat bawa calon mantu ibu atau kamu harus terima pilihan ibu!" ancam perempuan itu.

Adam menoleh ke arah sang ayah untuk mendapat bantuan pembelaan, tetapi Tuan Adyaksa hanya mengangkat sebelah telapak tangannya sebagai tanda bahwa dia tak mau ikut campur. Lalu kembali melihat ke arah sang ibu. "Tapi dalam bulan ini aku harus banyak melakukan perjalanan bisnis, Bu," lanjut Adam berkelit.

"Ya, kalau gitu cari saat kamu bepergian. Katanya kamu ganteng, kamu bisa pilih pacar yang ibu mau. Buktikan!" tantang Nyonya Wursita.

Perkataan perempuan itu spontan membuat Adam menggaruk tengkuknya meski tak gatal. Tingkah sang putra membuat Nyonya Wursita geli. " Ya ampun, Gusti. Kamu ini kalau bahas pekerjaan bisa cepat, tangkas, dan lugas. Kalau masalah pribadi seperti ini kenapa jadi lemah? Persis ayahmu!" tuduhnya tiba-tiba.

"Lho, lho. Kok jadi bawa-bawa aku lagi?" protes Tuan Adyaksa.

"Iya, kamu itu nggak bisa tegas kalau urusan perasaan. Terlalu banyak pertimbangan!" terang sang istri. Nyonya Wursita menjelaskan dengan menatap serius ke arah Tuan Adyaksa. "Dulu kalau bukan desakan dari bapak ibu mana ada kamu keberanian buat nikahin aku," gerutu Nyonya Wursita membuat Tuan Adyaksa tersenyum malu.

"Nah, sekarang giliranmu, Dam. Kamu harus segera maju ke tahap berikutnya. Mengerti kamu?" tegas perempuan itu.

"Iya, Bu."

"Ya, sudah. Sana balik sebelum makin larut!" perintah Nyonya Wursita.

"Aku diusir, nih?" canda Adam.

"Lho, malah ngelawak! Tadi ibu suruh nginap ndak mau. Sekarang diusir malah heran. Piye tho?" tandas sang ibu.

(Gimana, sih)

Kemudian Adam pamit meninggalkan kediaman kedua orang tuanya. Pria itu mengendarai mobil Ford putih miliknya melintasi jalanan Jakarta.

Selama perjalanan, angan Adam kembali mengingat semua ucapan yang ibunya katakan. Tak satu pun kata yang bisa dibantah. Adam memang harus mulai membuka diri untuk hubungan yang baru. Sudah sangat baik sang ibu memberi peringatan sebelum akhirnya dijodohkan secara sepihak. 

Perjodohan adalah sesuatu yang tak bisa dihindari dalam keluarga bangsawan seperti keluarga Saguna. Jika harus terjadi, maka tak ada yang bisa menolak. Untuk saat ini, Nyonya Wursita masih memberikan kesempatan bagi dirinya untuk mencari jodohnya sendiri.

Namun, Adam memilih pasrah. Biar takdir yang membawanya pada garis nasibnya. Kalau pun menikahi pilihan sang ibu, Adam tidak keberatan. Selama ini belum ada keputusan Nyonya Wursita yang berdampak buruk bagi hidupnya. 

Saat mobilnya mencapai di persimpangan jalan, entah mengapa Adam tak memilih untuk membelokkannya ke kiri. Justru dia memutar setir menuju jalan ke arah kanan. Padahal apartemen yang dituju ada di arah sebaliknya. Adam memutuskan untuk midnight movie di bioskop. Ini salah satu kebiasaan Adam saat dirinya dilanda kegusaran.

Malam ini Adam keluar dengan memakai celana jin hitam dipadu hoodie kuning dan dilengkapi dengan sepatu kets putih. Meskipun sebagai anggota keluarga Saguna, wajah Adam tidak terlalu familiar di masyarakat. Adam memilih membatasi diri untuk berinteraksi dengan kalangan luas. Untuk berbagai hal yang bersifat promosi atau membutuhkan perannya sebagai eksekutif utama untuk tampil di hadapan publik, Adam lebih sering mengirim para asistennya atau diwakilkan oleh wajah brand ambassador.

Jadi saat Adam berada di fasilitas umum seperti pusat perbelanjaan yang sekarang didatangi tak membuat Adam risih karena menjadi pusat perhatian. Adam melenggang menuju bilik kecil yang akan mengantarkannya ke lantai tempat bioskop berada. Setelah tiba, ditekannya tombol untuk menuju ke atas. Butuh beberapa menit untuk menunggu lift itu turun dari lantai atas.

Ting!

Suara denting terdengar, tanda bahwa bilik kecil itu telah tiba. Adam menunggu pintu lift terbuka perlahan. Beberapa orang keluar bergiliran dan Adam memilih untuk menepi agar mereka leluasa keluar. Namun, seorang perempuan muda dengan wajah tertunduk membelah pengunjung lainnya keluar dengan tidak sabar. Saat hampir mencapai sisi luar dari lift, perempuan itu tergesa-gesa melangkahkan kaki dan tak sengaja menabrak lengan kiri Adam.

perempuan muda berambut sebahu itu merasa melakukan kesalahan dan spontan berbalik badan dan mengangkat wajahnya untuk melihat siapa korban dari ketergesaannya. Di sana berdiri Adam yang sudah memasang wajah terkejut. Segera perempuan muda itu melontarkan kalimat permintaan maaf. "Maaf, maaf. Saya tidak sengaja," ucapnya dengan menangkupkan kedua tangan di dada.

Adam tanpa berpikir panjang langsung memaafkan dengan isyarat tangan dan senyuman. Lalu dia bergerak memasuki kotak yang sudah berisi beberapa manusia. Dari dalam saat perlahan pintu lift tertutup, Adam mengamati perempuan muda tadi yang masih berdiri terpaku dengan pandangan kosong. Setelah pintu sepenuhnya tertutup, Adam mengalihkan pandangan pada poster film yang dipajang sebagai promosi. Di sana terpampang film "Single" yang dibintangi Raditya Dika.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Fall For Her   Bab 31. Kunjungan

    Ponsel Lucky berdering. Setelah melihat nama sang bos terpampang di layar, segera diangkatnya sebelum nada dering pertama berakhir."Halo, Bos," sapa Lucky.[Bunga untuk Bianca besok biar saya sendiri yang ngasih!] Lalu sambungan itu diputus."Halo, Bos? Bos?" Lucky masih mencoba memanggil, tetapi sudah tidak ada jawaban dari penelepon. Asisten Adam tersebut menatap layar ponsel dan mencari daftar nama di kontak masuk. Dia ingin memastikan bahwa dirinya tidak salah membaca nama penelepon. "Benar. Tadi memang bos yang telepon." Mata Lucky bergerak seperti sedang membantu kepalanya mengingat kembali perintah Adam.'Bunga untuk Bianca besok biar saya sendiri yang ngasih!' Kalimat pendek dan padat itu terngiang kembali di kepala Lucky. "Kenapa tiba-tiba begitu?" gumam Lucky yang bingung karena tidak ada penjelasan lebih lanjut.Lucky segera membuka ruang obrolan dengan empat rekan lainnya.Lucky: Bos barusan telpon. Ngasih perintah singkat padat dan jelas.Adi: Apaan, Mas?Hassan is typi

  • Fall For Her   Bab 30. Keputusan Tiba-Tiba

    Fahar menceritakan kehidupan pribadinya kepada Adam, seorang teman yang telah lama berpisah. Bagaimana dia kehilangan Diana, istrinya, dan meneruskan hidup bersama putra tunggalnya, Alex."Aku akui kamu memiliki segalanya, Bro. Wajah, otak, penampilan, gaya bicara, keramahan, tapi baru sekarang aku paham kenapa," tutur Fahar.Sedangkan Adam tersenyum mendengar pujian demi pujian yang kawan lamanya itu lontarkan. "Kenapa?" tanya Adam mengetes."Iya, kamu anak tunggal kerajaan bisnis AS Corp, Bro. Kalau aku jadi orang tuamu pasti juga nggak bisa biarin kamu main-main," terang Fahar.Adam bahagia karena sahabatnya itu paham tanpa harus dijelaskan."Kenapa senyum?" tanya Fahar penasaran."Iya, aku senang kamu bisa paham tanpa aku harus jelasin. Beberapa hubungan menuntut kejelasan. Bahkan kadang sudah dijelaskan, mereka tetap tidak menerima dan memilih pergi. Dan aku senang lu paham," tukas Adam dengan intonasi tenang.Pria di hadapan Adam menangkap maksud lainnya. Dia merasa ada hubungan

  • Fall For Her   Bab 29. Bernostalgia

    Sekembali Adam dari Bandung, dia langsung menuju gedung pusat AS Corp. Dia beristirahat sejenak di ruang pribadinya sebelum kembali memulai hari dengan menyibukkan diri dalam pekerjaan.Hassan melihat jam hampir menunjukkan pukul sembilan. Sesuai instruksi yang Adam berikan, dia ingin Hassan membangunkannya sebelum tepat jam sembilan. Sang asisten segera menuju ruang kerja Adam. Di sana ada pintu lain yang tersembunyi di balik rak buku. Setelah menekan tombol di balik sebuah buku tebal bersampul cokelat, rak buku itu menimbulkan sebuah bunyi yang halus lalu bergerak bergeser secara perlahan. Semua asisten Adam sudah mengetahuinya, sedangkan Vina yang baru saja dipromosikan sebagai pengganti Trias belum mengetahuinya.Saat masuk ke ruangan itu, Hassan sudah bisa melihat Adam yg duduk termenung di tepi ranjang. Pria itu terkesan aneh melihat sang bos yang berlaku di luar kebiasaan. "Sudah bangun, Bos?" tegurnya.Adam menoleh lalu mengangguk. Hassan berjalan mendekat, "Ada yang Bos pik

  • Fall For Her   Bab 28. Tertarik?

    "Selamat siang. Ada yang bisa dibantu?" tanya petugas di pintu masuk pada seorang kurir."Saya mengantarkan kiriman bunga untuk Ibu Bianca," jawabnya.Saat percakapan itu terjadi, Fahar baru saja tiba di kantor dan mendengarnya. "Langsung masuk saja, sampaikan ke meja resepsionis," instruksi si petugas.Kurir itu masuk membawa sebuah buket Krisan kuning dan melangkah menuju dua orang wanita yang sedang duduk tak jauh dari pintu utama.Fahar yang telah menerima salam dari si petugas keamanan berjalan menuju ke dalam gedung Advance Advertising. Namun, pria itu tidak langsung menuju lift untuk mengantarkan ke lantai tempatnya bekerja dan justru menyempatkan diri mendekat ke meja resepsionis. Dia penasaran dengan bunga yang dikirim untuk Bianca. Sejauh yang pria itu ingat, beberapa hari terakhir ini dia melihat Bianca selalu membawa bunga. Pertama bunga anggrek, lalu bunga matahari, dan pagi itu bunga Krisan. 'Apakah ada seseorang yang sengaja mengirimkannya kepada Bianca?' batinnya bert

  • Fall For Her   Bab 27. Tidak Terlalu Buruk

    Ibu Sun melihat Adam berdiri mematung, kemudian segera pergi menghampiri sang tamu. "Ada apa, Nak Adam?" tanyanya. "Bunganya cantik, Bu," sahut Adam saat menunjuk anggrek bulan ungu yang tersimpan di rak kayu di bawah pohon mangga. Bersisian dengan pot bunga lainnya. "Oh, bunga ini. Iya, saya juga suka lihatnya. Warnanya kalem sekaligus berani.""Ibu Sun sepertinya terampil merawat bunga, ya," puji Adam."Saya memang suka berkebun sejak muda. Tapi pengalaman merawat anggrek? Ini pertama kali. Semoga saja si cantik ini berumur panjang dengan saya," tutur wanita itu dengan menyentuh ujung kelopak bunga ungu itu.Entah mengapa tiba-tiba Adam merasa ada keterkaitan antara Ibu Sun dengan Bianca. Seingat Adam, ibu Bianca bekerja di panti asuhan, tetapi dia lupa nama lengkap panti maupun nama ibu Bianca. Namun, adanya bunga anggrek ungu itu membuatnya berpikir untuk menanyakan sesuatu yang lebih spesifik."Ini beli di mana? Saya jadi ingin punya juga.""Aduh, saya kurang tahu. Soalnya saya

  • Fall For Her   Bab 26. Kebon Tinggi

    Diawali dengan bunga anggrek, hari berikutnya mawar, kemudian bunga matahari. Semua makhluk cantik itu membuat Bianca tak henti-hentinya berpikir apa keinginan si pengirim. Sambil menatap kertas kecil yang berisi pesan singkat dan tentu saja dari seseorang yang berinisial A.~Jadi, kita sudah berteman. Teman?~AMawar kuning di meja kerjanya belum juga layu, dan kini tiga tangkai bunga matahari sudah datang. Dengan malas, Bianca melepas ikatan pita hijau pada bunga berkelopak kuning itu. Kemudian satu per satu tangkainya diselipkan di tengah kuntum mawar.Beberapa orang sudah berdatangan dan mereka mempersiapkan diri sebelum jam kantor benar-benar dimulai. Tak terkecuali Bianca, meskipun dirinya sedang diliputi rasa penasaran, tetapi pekerjaan lebih utama baginya. Terlebih lagi, kejadian pagi itu tentang dirinya yang terkurung di dalam toilet membuat energi paginya sudah cukup terkuras.'Terserah apa maumu," batin Bianca saat melihat sekali lagi isi kertas dan melemparnya asal.Amelia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status