Share

Fall In Love With You
Fall In Love With You
Penulis: Tiamone

Bab 1

Rasa bersalah akibat insiden kemarin masih saja membebani pikiranku, aku berencana untuk meminta maaf kepada lelaki itu nanti.

Setibanya di depan gerbang sekolah, aku tiba-tiba merasa agak cemas. Aku menarik napas perlahan dan berjalan masuk ke dalam.

Di kelas, aku baru saja meletakkan tas dan duduk, ketika beberapa siswi perempuan di kelas kami datang ke mejaku.

Laras dan beberapa teman-temannya mulai menanyaiku seperti seorang reporter yang mewawancarai seorang saksi TKP. Laras menarik kursi di sampingku. "Kamu gak bohongkan La?" tanyanya membuatku bingung.

Firasatku jadi tidak enak. Aku melirik kebelakang pada Siska dan Rani yang sedang menundukkan kepala mereka. "Bohong mengenai apa ya?" tanyaku agak gugup.

"Itu loh, mengenai Alan itu gay! Kamu melihatnya dengan mata kepala kamu sendirikan?" Laras berusaha memastikan.

Aku terkejut mendengarnya, "Kamu dengar dari mana?" tanyaku gugup, pasalnya kemarin hanya ada aku, Rani, dan Siska saat kejadian itu. Mungkin ada Alan dan teman-temannya, tapi itu tidak mungkin mereka.

Aku mengikuti tatapan Laras pada Siska yang sedang menundukkan kepalanya. Siska yang merasa di tatapun mendonggak dan berusaha menjelaskan "Aku cuma kasih tahu ke Laras La, aku bersumpah" katanya sambil mengancungkan jari tengah dan telunjuknya berbentuk v "aku gak tahu kalau dia bakalan ember begini" sambungnya sambil mendelik kearah Laras.

Laras langsung membantah, "Kenapa, lagi pula inikan fakta, iya kan La?" ucapnya seraya menoleh padaku tanpa merasa bersalah sama sekali.

Setahuku, Laras adalah salah satu dari banyak perempuan yang pernah di tolak Alan, dia selalu dendam atas penolakan itu, masuk akal jika dia tidak akan melewatkan kesempatan ini. Aku benar-benar tidak ingin membuat masalah semakin runyam, dan aku tidak berencana menjelaskan apapun.

Lagi pula, kemungkinan besar mereka telah putus semalam. Selagi Alan masih waras, dia tidak akan mungkin mengaku punya pasangan gay.

Aku akan mengusir mereka dari mejaku ketika tiba-tiba seseorang memanggil nama lengkapku.

"Ella Midiana, bisa keluar sebentar"

Aku menoleh kearah suara yang terdengar lebih seperti perintah dari pada pertanyaan.

Dia lagi!

Alan berdiri didepan pintu kelasku, aku tidak bisa melihat ekspresi apapun di wajahnya, wajahnya benar-benar dingin. Tapi satu hal yang pasti, aku dalam masalah sekarang.

                                   ***

"Aku rasa, aku sudah memperingatkanmu semalam. Apakah kamu berpikir karna aku tidak memukul perempuan, aku akan membiarkanmu begitu saja?" itu adalah kalimat yang terpanjang yang aku dengar darinya. 

Meskipun aku belum pernah berbicara secara langsung dengannya sebelumnya, tapi aku sering melihat dia berbicara dengan teman-temannya. Dia adalah bintang sekolah, tentu saja banyak orang yang akan memperhatikannya, tidak terkecuali aku. Dia biasanya berbicara sangat sedikit, tipikal orang yang arongan menurutku.

"Apakah kamu sudah kehilangan suaramu sekarang?" katanya dengan nada suara mengejek "tapi kamu baru saja kelihatan asik 'mengobrol' dengan teman-temanmu" lanjutnya dengan gigi terkatup.

Walaupun gugup, aku tetap berusaha menjelaskan padanya, "Aku tidak membicarakanmu tadi, kamu salah paham."

Wajahnya mengeras karena marah "Jadi maksudmu, rumor kalau aku itu gay bukan kamu dan teman-temanmu yang melakukannya?"

"Iya!" balasku cepat "Maksudku, Siska temanku, memang suka menggosip tapi dia tidak berniat untuk menjelekkan siapapun. Itu Laras, kamu pernah menolak dia sebelumnya, mungkin dia dendam sama kamu!"

"Hahaha... Aku tidak tahu kalau semua perempuan itu penyebab masalah. Kalian benar-benar merepotkan" katanya dengan senyuman meledek.

Aku sedikit tidak terima atas perkataannya, "Aku akui aku memang salah, tapi kamu tidak berhak ngomong begitu!"

"Kenapa, tersinggung? Lalu bagaimana denganku? Satu sekolah menunjukku sebagai gay, tapi kamu bahkan tidak minta maaf."

Aku memikirkannya, aku memang belum minta maaf padanya "Maafkan aku..." kataku dengan nada setulus mungkin.

"Kamu pikir semudah itu? Aku bisa tuntut kamu atas pencemaran nama baik!"

Aku tercengang atas perkataannya, aku tidak tahu akan seserius itu! "Tapi aku memang melihatmu semalam! Laki-laki itu mencoba mencium mu bukan?!" ucapku mencoba membela diri.

"Pertama, dia bukan laki-laki. Kedua, bahkan jika dia memang laki-laki itu bukan berarti aku berpacaran dengannya dan itu benar-benar bukan urusamu!"

Aku tersentak atas perkataannya, bagaimana jika aku salah paham? Bagaimana jika mereka bukan pasangan? Bahkan jika laki-laki itu mencoba menciumnya, bukan berarti Alan adalah gay. Bagaimana jika orang tersebut yang mencoba melecehkan Alan. Aku sedikit takut sekarang, aku mendongak padanya."Ma-maafkan aku, aku benar-benar tidak tahu" kataku dengan suara sekecil nyamuk.

"Sudah kubilang ini tidak akan mudah, walaupun aku tidak menuntutmu aku masih akan melaporkanmu pada pihak sekolah."

Melaporkanku?! Pada pihak sekolah?!

Sepertinya aku benar-benar dalam masalah sekarang.

Dia berbalik dan akan pergi ketika aku tiba-tiba menangkap tangannya. "Maafkan aku, aku benar-benar minta maaf. Jangan adukan aku, ak-aku akan menjelaskan bahwa ini adalah kesalahpahaman! Aku akan lakukan apapun untuk menebus kesalahanku."

"Apa yang bisa kau lakukan untuk ku?" tanyanya sambil menatapku dari atas sampai bawah.

Aku refleks menutup dadaku.

"Ck, kamu pikir aku tertarik padamu?" ucapnya. "Begini saja, kamu sehatkan?" Tanyanya dengan wajah serius.

Dia tidak akan menjual ginjalku kan?!

Dia sepertinya bisa melihat pikiranku. Karena dia tiba-tiba menjawab pertanyaan dalam kepalaku.

"Tenang, Aku tidak akan menjual ginjalmu. Tapi kamu harus ada setiap kali aku butuh sesuatu!"

Jadi secara tidak langsung dia menyuruhku menjadi babunya kan?!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status