Share

Bab 3

Nilai kuis matematikaku sangat buruk akhir-akhir ini, Mama yang mengetahui hal tersebut akhirnya memotong uang sakuku yang tidak seberapa.

Ngomong-ngomong, sudah seminggu sejak insiden itu, tapi Alan tidak pernah mendatangiku lagi ataupun menyuruhku untuk melakukan sesuatu.

Jika bukan karena seseorang akan sesekali datang dan menanyaiku mengenai kebenaran rumor tersebut, aku akan berpikir bahwa kejadian hari itu hanya mimpi. Aku telah memberi tahu pada Rani, dan Siska apa yang dikatakan Alan padaku Minggu lalu. Berbeda dari reksiku, mereka malah senang mendengarnya. Mereka bilang ini adalah kesempatan yang bagus untukku.

Kesempatan apa coba? Kesempatan merasakan jadi babu gitu?

Rani adalah yang paling senang diantara semuanya. Walaupun dia telah gugur sebelum bertempur, dia tetap senang karena Alan bukan gay. Lagi pula dia sekarang sedang berpacaran dengan kapten basket SMA lain sekarang. Ini adalah pacar ke tiganya bulan ini.

Meski begitu, masih banyak orang yang berpikir bahwa Alan memang gay. Jika tidak, bagaimana dia bisa menolak para wanita cantik yang suka padanya.

Sudahlah, aku tidak akan peduli lagi. 

Saat ini kami sedang di perpustakaan sekolah. Jika kalian berpikir bahwa kami disini sedang belajar atau membaca, maka jawabannya adalah tidak. Cuacanya panas hari ini, dan kelas akan terasa pengap. Tetapi berbeda dengan kelas, perpustakaan dan UKS sekolah dilengkapi dengan AC, jadi kami sesekali datang kesini ketika jam istirahat sekolah.

"Menurut kamu, kenapa Alan tidak datang dan menagih janjimu?" tanya Rani dengan nada menggosip. Seminggu terakhir ini pula, Rani selalu menanyakan pertanyaan yang sama. Aku sampai bosan mendengarnya.

"Diakan bukan hantu" jawab Siska dengan nada becanda.

"Ih, serius!"

"Aku juga serius! Bukannya yang suka menagih janji itu hantu ya..."

Aku menyela pembicaraan mereka "Bagus kalau begitu, setidaknya aku tidak akan jadi babu dadakan" ujarku dengan nada sumringah.

"Kamu masih gak paham, ya La?" tanya Rani dengan nada tidak percaya. "Ini itu kesempatan buat kamu! siapa tahu kalian bisa saling dekat dan jadi-"

"Stop stop stop." ucapku menghentikan perkataannya "Alan itu bukan tipe cowo aku, oke! Dia terlalu lembut. Aku ingin cowo yang atletis dan maskulin!"

Aku dan Alan? 

Tidak-tidak, kami benar-benar tidak mungkin. Walaupun dia tampan, tapi aku tidak tertarik untuk menjadi pacarnya.

"Jadi maksud kamu Alan gak atletik dan maskulin gitu?" tanya Rani padaku "jangan bilang kamu gak pernah lihat foto Alan yang diforum sekolah!" sambungnya.

Foto di forum sekolah? Menurut ku tempat itu lebih mirip 'forum gosip sekolah'

"Oh, foto yang diambil diam-diam itu?! Saat Alan lagi di kolam renang dan ABS nya kelihatan itu, kan!" balas Siska sambil cengar-cengir.

Aku kembali memotong mereka lagi, "Bukannya aku bermaksud merendahkan, tapi tetap saja, dia itu terlihat terlalu lembut dan polos untuk tipe cowo idealku" bukannya apa-apa, tapi untuk ukuran laki-laki, kulitnya benar-benar kelihatan halus dan bersih, lebih baik dariku. Pake skincare apa sih dia?

"Uhuk uhuk uhuk..." 

"Kamu kenapa?" tanyaku pada Siska yang mendadak batuk, tanpa memerhatikan keanehan suasana. "Kamu tidak tersedak air liurmu sendiri kan?"

Aku meperhatikan mata Rani yang juga mulai berkedip terus-menerus, "Kalian kenapa sih? Mata kamu kenapa berkedip terus?!" tanyaku agak bingung.

Sampai aku merasakan sesosok bayangan menimpaku. Firasat ku jadi tidak enak. Sama seperti firasat yang aku rasakan di cafe waktu itu. Aku menoleh, wajah tanpa ekspresi Alan terpampang di depanku.

Lagi!

"Ak-aku bisa jelaskan" ucapku terbata-bata padanya. Bagaimana bisa setiap kali aku mengatakan hal buruk tentangnya, dia selalu muncul. Apa mungkin dia keturunan cenayang?

Aku bahkan tidak tahu kapan dia datang dan sudah berapa lama dia disini. "Ini tidak seperti yang kamu pikirkan, kami baru saja berdiskusi untuk mengajak kamu makan dan meminta maaf secara resmi padamu." aku masih mencoba menjelaskan.

Alan tidak mengubah ekspresi wajahnya. "Aku rasa, orang sepertimu tidak bisa berubah" ucapnya dingin.  "Sekarang aku tahu apa yang bisa kamu lakukan untukku" ujarnya dengan senyuman licik, firasatku jadi tidak enak, "mulai besok, kamu akan datang dan mengantri makanan untukku selama tiga bulan!" sambungnya dengan nada memerintahkan.

Mataku membulat mendengarnya, "Ti-tiga bulan?! Tap-tapi aku tidak punya uang, ak—"

Alan langsung memotong ku, "Tenang saja, aku tidak akan memerasmu, kamu bisa mendapatkan uangnya dariku, dan jangan lupa janjimu, kamu akan melakukan apapun untukku, apapun." ucapnya menekankan kata apapun.

"Kamu bisa melakukannya sendiri" aku masih ingin berkompromi.

"Aku ini laki-laki yang lembut, aku tidak mungkin berdiri dan mengantri di kantin. Kakiku yang lembut ini tidak akan kuat." jawabnya dengan nada mengejek yang biasa dilakukannya.

Setelah mengatakan itu, Alan berbalik dan pergi tak menghiraukan teriakan ku padanya.

Dia pasti melakukannya dengan sengaja! Dia pasti dendam padaku! 

Aku tidak hanya harus mengantri untuk membeli makan siangnya, tapi aku juga harus mengantarkannya!

Siska tertawa, suasana yang tegang akhirnya sedikit mencair. "Aku rasa mulai hari ini kamu pasti akan berhenti membicarakan Alan. Setiap kali kamu berbicara buruk tentangnya, dia pasti selalu muncul."

Apa yang Siska katakan memang benar, aku mungkin akan berhenti berbicara buruk tentangnya mulai sekarang. Aku tidak ingin berada dalam masalah lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status