Share

Bab 4

Sepulang dari sekolah aku akan naik keatas ketika suara Mama menghentikanku. "Ella sini dulu, Mama mau ngomong."

Aku masih kesal pada Mama karena memotong uang jajanku seenaknya, "Kenapa Ma?" jawabku sedikit malas.

Mama tersenyum padaku, aku tahu Mama pasti menginginkanku untuk sesuatu lagi, "Minggu depan ada acara di kantornya papa, Ella ikut ya..." kata Mama dengan nada membujuk.

"Enggak" ujarku tanpa berpikir panjang aku langsung menolak. Ini bukan yang pertama kalinya mama menyuruhku untuk ikut, mama sering melakukannya tapi aku selalu menolak. Aku langsung berjalan keatas.

"Nanti kalau Ella mau, uang jajannya Mama tambahin deh"

Langkah kaki ku melambat

"Terus, Mama bakalan beli sepaket buku Bumi, Bulan dan Matahari kesukaan kamu. "

Aku berhenti

"Nanti sore Mama juga bakalan buat brownis coklat favorit kamu" aku bisa mendengar senyuman di balik suaranya mama.

Aku tahu, aku seharusnya tidak secepat itu untuk menyerah, tapi aku benar-benar tidak bisa menahannya lagi.

Aku menoleh dengan semangat "Deal yah!" kataku berteriak, kemudian aku langsung berlari keatas.

Aku bisa mendengar suara tawa Mama dari bawah, Mama sepertinya tahu semua kelemahanku. Lagi pula aku benar-benar tidak bisa menolak brownis coklat buatan Mama, rasanya selalu nomor satu bagiku.

•••

Selama ini aku selalu suka membawa bekal, selain lebih higenis aku juga tidak perlu mengantri di kantin sekolah, tapi Alan malah membuat aku mengantri di kantin untuk memesan makanannya.

Sambil memegang sarapan siang, aku mencari tempat tempat duduk untuk duduk. Aku tahu bahwa antrian kantin ini memang panjang, tapi aku tidak tahu akan sepanjang ini.

Inilah yang membuat aku dan teman-temanku tidak pernah datang kesini, selain harganya yang sedikit mahal antriannya juga panjang. Kami lebih baik membawa bekal dari rumah. Tapi, sekarang aku harus melakukannya untuk Alan, mengingat hal ini aku langsung kesal.

Dari kejauhan aku bisa melihatnya berjalan ke arah sini, kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana. Dia berjalan dengan santai dan anggun.

Aku mengangkat tangan dan melambai padanya. Dia melihat ku dan perlahan berjalan kesini "Apa ini?" tanyanya padaku ketika ia baru mendudukkan tubuhnya.

"Nasi goreng" jawabku apa adanya.

Alan sedikit mengerutkan kening. "Apa aku pernah mengatakan ingin nasi goreng untuk sarapan ku hari ini?"

Apa lagi maksudnya?! nasi goreng adalah menu yang netral dan banyak orang yang menyukainya, dia pasti mencoba mempersulitku sekarang!

"Aku sedang ingin makan sandwich sekarang bukan nasi goreng. Ganti!"

Apa dia menyuruhku untuk mengantri lagi!

"Tidak mungkin, setelah ini aku juga punya urusan. Lagi pula, kamu itu orang Indonesia, sarapan makanannya nasi bukan roti." ujarku sengaja supaya menghindar dari antrian panjang di depan.

"Oh, apa kamu lupa yang kamu janjikan padaku? atau aku perlu mengingatkanmu?"

Aku masih ingin berdebat dengannya ketika sebuah kotak bekal yang berisi sandwich tiba-tiba diletakkan di atas meja.

"Aku dengar kamu ingin memakan sandwich hari ini, aku kebetulan membelinya, ini untuk kamu saja" suara yang lemah lembut terdengar di telingaku. 

Ketika aku melihat asal suara itu, aku langsung terkejut.

Ternyata itu adalah Jasmine, ratu jurusan IPA. Aku mendengar banyak tentang dia, dia sering mengikuti banyak olimpiade baik itu tingkat nasional maupun internasional dan ia seringkali memenangkannya.

Jika Alan populer diantara gadis-gadis, maka Jasmine populer diantara anak laki-laki. Melihat mereka duduk bersama seperti ini aku merasa mereka adalah pasangan yang sangat cocok.

Sejujurnya, walaupun satu sekolah, aku sebenarnya tidak terlalu sering berpapasan dengannya. Dia biasanya sarapan di kantin atas, lagipula dia punya kartu makan. Setelah melihat secara langsung, aku tahu bahwa ia sangat cantik seperti yang mereka katakan.

Rambutnya terurai, alisnya melengkung dengan indah, pipinya kemerahan dan dia bahkan punya lesung pipit saat tersenyum. Jangankan laki-laki, aku perempuan saja langsung jatuh hati padanya.

Tanpa diduga Alan langsung menolak, "Tidak, terimakasih" ucapnya, dia malah mengambil nasi goreng yang aku belikan tadi dan mulai memakannya.

Raut wajah Jasmine tidak banyak berubah, tapi aku tahu ia pasti sedih.

Dia menoleh dan melihatku "Kalau begitu kamu bisa memakannya" katanya padaku dengan wajah tetap tersenyum. Kemudian dia berbalik dan pergi dengan tenang.

Karena dia memberikannya tentu saja aku tidak akan menolak, aku akan mengambilnya ketika sebuah tangan terulur dan meraih bekal itu duluan. Alan yang meraihnya, ia membawa bekal itu dan...

Bruk...

Dia membuang bekalnya di tempat sampah. 

Apa dia gila!

Aku bertanya-tanya apakah Alan dan Jasmine punya hubungan? Kenapa dia kelihatan tidak menyukainya. Lupakan saja lagi pula itu bukan urusanku.

Dia berjalan kembali dan mengeluarkan sesuatu dari kantongnya, dia menyerahkan sebuah kertas dan kartu padaku.

"Mulai hari ini kamu akan memegang kartu makanku, kamu bisa membeli sarapan dari kantin dengan ini. Dan satu lagi, jangan lupa untuk menanyakan menu apa yang aku inginkan, kamu bisa menghubungiku dengan nomor ini "

Aku masih belum bisa mencerna ini.

Aku memandang kartu makan itu, Alan ternyata mempunyai kartu makan. Perlu di ketahui tidak semua murid dari SMA Galaksi bisa memengang kartu makan untuk kantin. Aku bahkan tidak memilikinya.

Sebagai salah satu SMA Swasta yang elit di Jakarta, untuk membuat kartu makan memerlukan banyak dana. Selain itu kamu juga bisa mengakses kantin di lantai atas dengan kartu ini, yang tentunya lebih besar dan mewah, kamu bahkan tidak perlu berdesak-desakan dan mengantri.

Jika dia mempunyai kartu makan, mengapa ia harus repot-repot sarapan di kantin ini? Seharusnya dia dilantai atas saja.

Selain kartu makan ada juga kertas yang berisi nomor Alan. Aku berpikir, jika Rani dan Siska tahu, mereka pasti akan berteriak-teriak.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status