Share

Bab 2

Dua hari sebelumnya

Semuanya bermula, ketika aku dalam perjalanan kembali kerumah. Saat itu aku secara tidak sengaja melihat Alan, most wanted sekolah kami sedang bersama seorang laki-laki. Mereka berdiri berdekatan, laki-laki itu menunjuk pada Alan, mereka seperti sedang mempertengkarkan sesuatu.

Tiba-tiba saja lelaki itu memeluk Alan dengan ekspresi wajah yang sangat sedih.

Mendadak aku teringat novel BL yang aku baca semalam, sebuat plot muncul di kepalaku 'Alan bintang sekolah ternyata seorang gay!' aku langsung mengenyahkan pikiran itu dalam kepalaku, aku tidak bisa mengklaim bahwa mereka adalah gay hanya karena mereka berpelukan.

Jadi aku putuskan untuk terus melihat dan mencoba mendengarkan apa yang mereka katakan supaya pikiranku bisa tenang, sayang saja jika laki-laki setampan Alan adalah gay, pikirku.

Tiba-tiba aku melihat laki-laki lawan bicaranya mencoba untuk mencium Alan!

Jantungku hampir copot melihatnya! 

Untungnya Alan berhasil menghindar dengan gesit. Wajahnya tampak dingin, aku bahkan bisa merasakan bahwa dia marah. Alan mendorong laki-laki itu dengan kejam dan ia mengucapkan beberapa kata sebelum akhirnya berbalik pergi dengan dingin. 

Pastinya apapun yang dia katakan bukanlah hal baik, bisa kulihat dari ekspresi laki-laki tersebut yang sangat sedih dan putus asa.

Mungkin mereka putus? 

Jadi hari ini aku secara tidak sengaja memergoki pasangan gay sedang bertengkar. Benar-benar luar biasa! Ini berita eksklusif. Meski begitu aku tidak berencana untuk menyebarkan rumor mengenai keburukan orang lain, itu bukan gayaku.

***

Keesokan harinya aku bertemu dengan teman-temanku. Rani bilang dia ingin mengatakan sesuatu pada kami.

Sesampainya di cafe, aku langsung masuk. Aku melihat mereka telah tiba duluan, mereka telah memesan minuman. Rani melambai padaku, Aku menghampiri mereka dan duduk di kursi sebelah Rani.

Cafe ini dekat dengan sekolah kami, tempat ini menjadi salah satu langganan kami karna harganya yang cukup terjangkau dibanding dengan cefe lain, walau tidak terlalu besar tempatnya terasa nyaman. 

Cafenya cukup ramai hari ini bahkan meja di samping meja kami sudah diisi beberapa orang. Pencahayaan cafenya lembut dan agak remang-remang, jadi aku tidak bisa melihat siapa yang sedang duduk disana. Melihat kami semua sudah berkumpul, Rani mulai berbicara  "Aku ingin bertanya sesuatu yang serius pada kalian" ucapnya dengan mimik wajah yang serius "menurut kalian Alan itu bagaimana?" lanjutnya.A

Aku bertanya-tanya, itu pastinya bukan Alan Pratama, laki-laki gay kemarin kan?!

"Alan? Alan Pratama, yang most wanted itu?" tanya Siska ratu gosip.

"Iya" balas Rani.

Aku sudah bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Dia tampan, pintar, dan kaya lagi. Oke banget menurutku." balas Siska seperti sedang menimbang keuntungan dan kerugian.

Aku yang sudah lama terdiampun akhirnya angkat bicara "Kamu gak berniat ngejar Alan kan? ingat, kamu dalam sebulan ini sudah dua kali ganti pacar." kataku mewanti-wanti.

Rani menunjukkan smirk nya "Iya, aku rencananya mau ngejar Alan, gimana dong?"

Sudah kuduga!

Rani memang sering berganti pacar, wajahnya adalah yang paling cantik di antara kami semua. "Kamu berani sekali Ran. Tahukan kalau Alan selalu menolak perempuan yang mengejar dia, mungkin kamu bakalan menjadi yang kesekian" Siska meledek.

Tak surut niatnya sedikitpun Rani membalas "Aku malah merasa tertantang" masih dengan senyuman jaimnya. "Kalau berhasil aku nunggu traktirannya saja. Tapi kalo gagal aku bakalan siapin tisu buat kamu gratis, tidak perlu bayar" ucap siska sambil terkekeh.

"Sebaiknya jangan" kataku pada mereka. 

"Kenapa?" tanya mereka serempak.

"Jangan terkejut oke, siapin diri kalian." mereka memandangku dengan semakin penasaran. "Aku tidak bermaksud menjelek-jelekan siapapun, tapi Alan itu gay!"

Mata mereka membulat sepenuhnya.

"Sembarang kamu!" jelas Siska tidak percaya.

"Kemarin aku liat Alan lagi pelukan sama laki-laki" kataku memberikan informasi setengah-tengah.

"Pelukan sama sesama laki-laki belum tentu gay, walaupun memang agak aneh" suara Rani mengecil di akhir perkataannya.

Aku akhirnya mengatakan hal yang aku tahan dari tadi. "Tapi laki-laki itu mau mencium Alan! mereka bertengkar seperti pasangan." Rani, dan Siska tahu betul kalo aku tidak akan berbohong dan menyebarkan rumor palsu mengenai orang lain. Jadi perlahan mereka akhirnya percaya dan menanyakan detailnya padaku.

Dengan itu, gugurlah niat Rani untuk mengejar Alan. 

Baru saja aku akan menghiburnya, sebelum sebuah suara dingin mengintrupeksiku.

"Setidaknya, jika kamu memang berencana menyebarkan rumor mengenai orang lain, usahakan supaya orang itu tidak menyaksikanmu melakukannya."

Aku menoleh, jantungku berdebar kencang menebak siapa orang itu.

Wajah Alan si bintang sekolah berada tepat di belakangku. Rupanya merekalah yang berada di samping meja kami, yang artinya dari awal sampai akhir pembicaraan, mereka mendengarnya.

Teman-teman satu mejanya juga menunjukkan beragam eskpresi padaku.

Aku terkejut melihatnya ada di sana, aku menjadi takut dan ingin meminta maaf padanya. Walaupun aku benar-benar menyaksikan kejadian itu kemarin, tetap saja aku tidak seharusnya membicarakan hal tersebut di tempat terbuka.

Aku bahkan tidak sempat mengucap sepatah kata pun karena ia tidak memberiku kesempatan

Sambil mandangku dengan jengkel, ia berkata "Aku tidak akan bertengkar dengan perempuan, jadi lain kali jangan sampai aku melihatmu melakukannya lagi" katanya dengan nada mengancam. Ia mengambil ranselnya dan berjalan keluar dari cafe. Teman-temannya juga melihatku sebentar kemudian menyusul pergi tanpa berkata apa-apa.

Dibanding dengan Rani aku rasa aku yang lebih membutuhkan kata-kata penghiburan.

•••

Malam itu aku tidak bisa tidur, aku merasa bersalah. Keesokkan harinya, ketika aku bangun aku bisa melihat kantong hitam di bawah mataku.

Aku berencana meminta maaf pada Alan nanti, mungkin dengan begitu hati nuraniku bisa lebih tenang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status