Share

|4. Be Caught

*******

"Aku akan membawamu ke hadapan raja kami," ucap salah satu orang yang berada di depannya. 

Felix mendongak, menatap orang itu dengan pandangan tak suka, "raja kalian? Kenapa harus? Aku tidak ada urusan dengannya," ujarnya. 

Orang bertelinga runcing itu terkekeh pelan, melangkah mendekat kearahnya dan berjongkok di hadapannya. 

"Jangan sombong anak muda. Kau tahu, jika setiap manusia yang masuk di dunia kami tidak akan dibiarkan hidup?" bisiknya. 

Dia membelalakkan matanya, "lepaskan!" Anak lelaki itu memberontak, berusaha melepaskan cekalan kuat kedua orang itu pada lengannya. 

Dilihat dari penampilannya, sepertinya mereka bukan orang baik. Ditambah dengan sayap mereka berwarna hitam, kita semua tentu tahu, bahwa warna hitam identik dengan kejahatan. Tapi apakah iya? Tidak semuanya seperti itu bukan? 

Kedua orang itu bersiap untuk membawanya terbang membuat dia makin panik dan memberontak agar terlepas.

"Lepass!" Sentaknya. 

"Jangan harap!" Balas orang yang mencekal tangan kirinya. 

Sudahlah, dia menundukkan kepalanya, pasrah saja terhadap nasibnya. Niat ingin menemui ibunya malah berujung sial seperti ini. Kenyataannya memang mereka lebih kuat daripada dia, apalagi mereka berdua sedang dia sendiri. Jika memang ditakdirkan mati di tempat ini, ya, sudah. 

Saat mereka sudah membawanya terbang cukup tinggi, tiba-tiba terdapat serangan batu—mungkin ketapel dari bawah yang beruntungnya batu itu mengenai kepala ketiga orang itu, tapi sialnya punggungnya juga terkena. 

Ketiga orang itu menoleh ke bawah untuk melihat siapa yang melemparkan batu kearah mereka. 

"Siapa di sana?!" Teriak pemimpinnya. 

Seperti diberikan kesempatan untuk melepaskan diri, dia memukul perut kedua orang itu dengan sikunya sekuat tenaga. 

Karena tidak fokus, orang itu oleng dan jatuh kembali di tanah. Sedangkan dia sudah melompat di semak-semak. 

"Hei, jangan kabur kau!!" Seru orang itu. 

Dia berlari dengan cepat kearah timur karena terlalu panik, sehingga dia tidak tahu bahwa jalan itu adalah—

Jalan buntu. 

Felix mengumpat dalam hati, kepalanya menoleh kearah kanan dan kiri bergantian untuk mencari jalan keluar sebelum ketiga orang tadi menemukannya. 

"Dia berlari kearah sana!" Suara itu terdengar makin mendekat. 

"Matilah kau Felix..." Gumamnya. 

Saat langkah kaki yang menginjak dedaunan sudah terdengar, tiba-tiba tangannya ditarik kuat oleh seseorang dari semak-semak. 

Hampir saja dia berteriak, namun dengan cepat anak laki-laki bertelinga runcing yang sepertinya seumuran dengannya itu membungkam mulutnya dengan cepat. 

"Tenanglah, aku akan menyelamatkanmu," ucapnya pelan membuatnya sedikit tenang. 

Dia pikir, orang yang di depannya kini adalah orang jahat. Tapi pikirannya salah, karena dia sepertinya orang baik berbeda dengan yang akan menangkapnya tadi. Lagipula sayapnya berwarna putih seperti sayap ibunya. 

Anak laki-laki itu mengayunkan tangannya dan mengarahkannya kearah depan ketiga orang jahat tadi, seperti memantrai. Dia ikut mengintip dari arah semak-semak, dan ternyata anak laki-laki di sampingnya ini membuat lubang besar dan sepertinya cukup dalam. 

Srekkk! 

Tepat sasaran! Ketiga orang itu terpleset ke dalam lubang dan terdengar berteriak. Felix mengamati kejadian itu dengan kerutan di alisnya, bukankah mereka bisa terbang? 

"Di lubang itu ada banyak lebah penyengat, jika kau bertanya-tanya kenapa mereka berteriak," jelas laki-laki berambut hitam legam itu seraya terkekeh pelan. 

Anak laki-laki tak yang masih tak ia tau identitasnya itu berdiri, "ayo, ikut denganku," ajaknya sambil mengulurkan tangan kanannya kearahnya. 

"Kau siapa?" Tanyanya. 

"Ah, itu tidak penting. Nanti kujelaskan, untuk sekarang ikut aku dahulu. Jika mereka berhasil melepaskan diri, nanti kau bisa tertangkap." Laki-laki itu mengambil tangannya tanpa persetujuan, dan membawanya terbang dengan kecepatan yang menurutnya tak biasa. 

Untung saja dia tak takut ketinggian, jadi dia biasa-biasa saja. Dia menunduk, takjub dengan pemandangan indah yang ada di negeri ini, di bawah saja sudah indahnya minta ampun, apalagi ini di atas. 

Anak laki-laki tadi membawanya ke sebuah rumah pohon, yang posisinya mengarah ke sebuah danau berwarna biru dengan beragam warna-warni ikan-ikan yang melompat-lompat keluar lalu masuk ke danau lagi. Sungguh, dia tak berhenti takjub dari mulai dia menginjakkan kaki ke dunia ini. 

"Maaf, rumahku tidak bagus," ucap anak laki-laki itu, yang entah kapan sudah duduk di sisi kayu depan rumah pohon sambil mengayun-ayunkan kedua kakinya.

Dia menghampiri anak laki-laki dengan mahkota daun-daunan itu dan ikut duduk di sampingnya. 

"Jangan bilang begitu, aku suka tempat ini," ujarnya. 

Anak laki-laki itu menengok kearahnya dan tersenyum sampai gigi-giginya terlihat.

"Namaku Frank, siapa namamu?" Tanyanya sambil mengulurkan tangannya. 

Felix membalas uluran tangan itu dengan senyuman, "aku Felix."

"Keberuntungan? Oh, pantas saja kamu tadi bisa selamat dari peri hitam," ucapnya membuat Felix bingung. 

"Maksudmu?"

"Manusia yang datang ke negeri ini selalu berakhir ditangkap oleh peri hitam dan dibunuh," jelasnya. 

"Kenapa seperti itu? Memangnya salah mereka apa?" Tanyanya. 

Frank memutar tubuhnya dan menghadap kearahnya, "kesalahan mereka adalah datang kesini."

"Ada beberapa manusia yang berhasil menembus dimensi kami, tapi raja peri hitam selalu membunuh mereka. Karena suatu konflik dengan ratu peri putih, aku tidak bisa memberitahumu tentang hal itu karena kamu termasuk orang luar, tapi itu adalah tragedi besar. Sampai akhirnya, ratu peri putih menutup jalan pintas itu karena tidak mau ada korban tak bersalah lagi, tapi tidak tahu kenapa jalan pintas itu sekarang dibuka lagi," jelas Frank membuat Felix mengangguk-angguk kepalanya sedikit faham. 

Tapi, konflik? Apakah itu berhubungan dengan ibunya dikejar lebah raksasa yang dia lihat di memori nenek?

"Jadi maksudmu tadi aku orang pertama yang berhasil lolos?" Tanyanya. 

"Iya, tapi kamu harus berhati-hati karena mereka pasti akan mencarimu," katanya. 

"Tentu saja. Ngomong-ngomong, terima kasih sudah menolongku tadi. Jika tidak ada kau mungkin aku akan bernasib sama seperti manusia-manusia sebelumnya." Felix tersenyum tulus kearah Frank. 

Frank tertawa, "ah, kau ini. Jangan seperti itu, membuatku malu saja."

"Ngomong-ngomong, kenapa kau kesini? Tersesat?" Tanya Frank, anak laki-laki itu menengadahkan tangan, lalu tak lama apel merah muncul di tangannya membuatnya langsung memakannya, membuat Felix menganga. 

Sungguh, dia tak terbiasa dengan hal-hal asing yang ada di depan matanya saat ini. 

"Kenapa bisa k-keluar?" Tanyanya sambil menunjuk apel yang berada di tangan Frank dengan jari telunjuknya. 

"Apanya yang keluar?" Tanya Frank balik, lalu perlahan mengerti apa yang dimaksud Felix. 

"Oh, hahaha, ini bukan keluar namanya tapi muncul. Pasti kamu belum terbiasa, ya, dengan yang kamu lihat di sini?" Balas Frank membuat Felix tertawa canggung. 

"Iya, ini sangat tidak masuk akal menurutku, di dunia manusia tidak ada hal seperti itu, termasuk pemandangan yang ada di sini," ucapnya menatap pemandangan danau bewarna biru di depannya dengan tatapan kagum. Bersih, itulah yang terlintas di benaknya sedari tadi. Ternyata masih ada manusia yang peduli dengan alam. Bumi itu sebenarnya sangat indah dilihat dari sudut manapun, hanya saja ada oknum-oknum tak tahu diri yang merusak dan mengotori alam tanpa rasa bersalah hingga membuatnya tak terawat lagi. 

"Aku setuju dengan yang ada di pikiranmu, tapi kamu harus tahu kalau masih ada beberapa tempat di bumi ini yang masih terawat." Felix menatap anak laki-laki bernetra hijau itu penuh selidik, sebernarnya yang ada itu negeri ini itu makhluk macam apa? Apakah selain mempunyai kemampuan sihir mereka juga bisa membaca pikiran orang?

"Apa?" Tanya Frank melihat tatapan aneh Felix. 

"Kau cenayang, ya?" Ujarnya. 

"Kau ini ingin tahu sekali, ngomong-ngomong jawab dulu pertanyaanku tadi," balas Frank sembari terkekeh. 

"Dasar tidak berkaca," sarkas Felix, tapi kemudian menjawab pertanyaan Frank tentang alasannya datang ke sini. 

"Tidak, aku sama sekali tidak tersesat, aku sengaja. Aku ingin mencari ibuku," balasnya membuat Frank terkejut. 

"Ibumu peri? Itu berarti kamu bukan manusia?" 

"Aku tidak tahu pasti, karena aku pun belum bertemu dengannya. Lagipula, jika aku sama sepertimu, mengapa aku tidak punya sayap?" Dia menatap lurus ke depan sambil mengedikkan bahunya. 

Frank mengangguk-anggukan kepalanya, "benar juga."

"Memangnya siapa nama ibumu?" tanya Frank sambil mengunyah apelnya. Felix menatap anak laki-laki itu, mengingat kembali nama yang tertulis di surat yang memberinya petunjuk tadi. 

"Freya," jawabnya. 

Uhuk! 

Frank tersedak apel yang tadi dikunyahnya akibat perkataan Felix, jangan bilang jika Felix adalah... 

"J-jadi kau... Orang yang dicari raja peri hitam selama ini?" ujar Frank membuat Felix bingung sendiri. 

"Hah?"

*********

"Kalian ini payah sekali, menangkap anak kecil seperti itu saja tidak becus!" Bentak seseorang bertanduk dan bersayap hitam itu kepada tiga orang yang sedang terduduk di depannya dengan memar benjolan yang hampir ada di seluruh tubuhnya akibat sengatan lebah penyengat. 

Iya, itu adalah penjaga perbatasan yang tadi ingin menangkap Felix. 

"Maaf yang mulia, sepertinya ada peri putih yang membantunya lolos," ucap yang berada di tengah berniat membela diri. 

Raja itu menoleh cepat kearah sumber suara, "peri putih?"

"Iya, Yang Mulia," balas mereka bertiga bersamaan. 

"Atas dasar apa peri putih membantunya? Memangnya dia siapa?" tanya Pria bertanduk hitam itu. 

"Kami tidak tahu pasti Yang Mulia, tapi kami menemukan benda ini tadi." Orang yang berada di samping kanan berdiri dan menunjukkan sebuah kotak kecil yang tak sengaja dijatuhkan oleh Felix. 

Pria itu mengambil kotak yang ditemukan penjaga perbatasan itu lalu membukanya. 

Alisnya berkerut ketika melihat isinya, namun perlahan raut mukanya terlihat marah. Pria itu berdiri lalu membanting kotak itu hingga menimbulkan suara yang cukup keras membuat ketiga orang itu terkejut bukan main. 

"Pergi dan cari anak itu!" Sentak pria itu. 

"K-kenapa Yang Mulia?" Tanya salah satu penjaga sambil terbatas karena ketakutan. 

"DIA ANAK YANG KITA CARI, DASAR BODOH!"

*******

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status