Beranda / Fantasi / Fight For Love / Chapter 7 - Lost Him

Share

Chapter 7 - Lost Him

Penulis: Chocollacious
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-01 11:39:03

Mengingat momen indah waktu itu, kini tangisan Charlotte semakin pecah hingga buliran air mata membanjiri pipinya. Secara spontan Violet mengambilkan sapu tangan, lalu menyeka air mata pelan sambil menepuk pundak Charlotte berirama untuk menenangkannya.

“Maaf, gara-gara aku, kau jadi menangis seperti ini,” sesal Violet menunduk bersalah.

“Aku merindukan…kehangatan tubuhnya, sikapnya waktu itu walaupun dia baru saja menyatakan perasaannya padaku, aku sangat mencintainya.”

“Maka dari itu, kau harus tetap kuat supaya bisa bertemu dengannya lagi.”

“Iya, aku mengerti.”

“Aduh, makanannya jadi dingin begini akibat aku memintamu untuk bercerita panjang lebar. Kalau begitu akan aku menyuruh pelayan membuatkan makanan yang hangat untukmu.”

Ketika Violet ingin beranjak dari sofa, tangan kanan Charlotte menyentuh lengan Violet, mencegahnya pergi.

“Jangan tinggalkan aku! Aku tidak mempermasalahkan makanannya menjadi dingin.” Charlotte merengek manja dengan wajah memelas.

“Baiklah, kalau seandainya kau mengeluh tiba-tiba, jangan salahkan aku, ya.” Violet kembali menduduki sofa menaruh nampannya di atas meja.

Baru saja Violet mengambil sesendok lauk, Charlotte langsung merebut sendoknya, memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Lalu, ia terus menikmati makanannya seperti tidak makan selama sebulan. Melihat sikap sahabatnya, Violet hanya bisa menggelengkan kepala.

“Memang sandiwaramu itu sangat buruk, Charlotte.”

“Aku sandiwara apa?” Dahi Charlotte mengernyit.

“Tadi kau bilang tidak selera makan, sekarang kau makan seperti singa kelaparan.”

“Kalau itu sih, sebenarnya memang perutku sedikit lapar sekarang.” Charlotte tertawa kecil sambil menggarukkan kepala.

“Ya sudah, apapun alasanmu itu, yang terpenting aku sedikit lega melihat selera makanmu kembali seperti orang normal.”

Beberapa saat kemudian, setelah menghabiskan makanannya sampai tidak tersisa akibat seharian penuh tidak mengisi perutnya, pada akhirnya Charlotte keluar dari kamarnya setelah mengurungkan diri seperti seekor burung yang terkurung dalam sangkarnya. Langkah kakinya pelan menuju ruang tamu didampingi Violet di sebelahnya, sorot matanya tertuju pada foto-foto kenangan bersama calon suami tercintanya selama ini. Ia mengambil salah satu bingkai fotonya, memandangi senyuman bahagia terpampang pada wajah Gabriel, sehingga membuat dirinya ingin menangis lagi sambil mengelus fotonya pelan.

“Charlotte…” panggil Violet lemas.

“Kau sendiri bisa lihat, kan, senyumannya terlihat sangat indah dalam foto ini. Walaupun hampir setiap hari ia selalu tersenyum, tapi dia selalu menunjukkan rasa cinta lebih padaku.”

“Pokoknya di dalam foto ini, kalian berdua memang tampak sangat serasi, sudah seperti pasangan suami istri yang baru saja menikah.”

“Padahal foto ini diambil sudah cukup lama.”

“Seandainya saja, ada pria yang memiliki karakter seperti Pangeran Gabriel, sudah pasti aku langsung jatuh cinta padanya,” tutur Violet tersenyum mengambang yang pikirannya sudah melayang entah ke mana.

“Jadinya bisa disimpulkan, walaupun kau baru pertama kali bertemu dengannya, langsung jatuh cinta begitu saja?” lontar Charlotte sedikit meledeknya.

“Bukan berarti begitu juga, Charlotte. Aku tidak mungkin dibutakan cinta sampai begitu.” Violet memutar kedua bolanya bermalasan sambil menepuk.

“Syukurlah, berarti temanku yang satu ini masih waras.” Tanpa disadari, senyuman yang sudah lama tenggelam pada lembah putus asa, akhirnya kembali bersinar lagi.

“Barusan kau tersenyum, Charlotte.”

“Benarkah? Apa mungkin karena kau bergurau denganku barusan?” Charlotte menautkan kedua alisnya sambil bertopang dagu.

“Yang penting akhirnya kau bisa tersenyum sekarang!” seru Violet girang seperti anak kecil memeluk Charlotte erat.

“Sekarang tinggal menunggu kabar, aku sepenuhnya tidak bahagia kalau Gabriel dan Lucas masih belum ditemukan sampai sekarang.”

Sementara di sisi lain, Perdana Menteri Agnes juga sebenarnya memiliki kondisi yang sama seperti Charlotte, karena kabar buruk yang menggemparkan seluruh negeri. Namun ia tidak seperti Charlotte mengurungkan diri dalam kamarnya, melainkan ia mengurungkan dirinya dalam ruang kerjanya sambil berjalan mondar-mandir, hingga membuat sekretarisnya sangat mencemaskannya di luar ruangan.

“Perdana Menteri Agnes, apakah Anda baik-baik saja?” pekik sekretaris dari luar ruangan.

“Anda jangan ganggu saya dan cepat pergi dari sini!”

“Tapi selama seharian ini, Anda terus di dalam ruang kerja tanpa mengisi perut.”

“PERGI DARI SINI SEBELUM SAYA PECAT!” teriak Agnes mulai menggila sambil menggarukkan kepalanya kesal.

Drrt…drrt…

Ponsel Perdana Menteri Agnes bergetar tiba-tiba di atas meja kerjanya. Helaan napas kasar dihembuskan dari mulutnya, lalu mengangkat panggilan telepon dari sekretarisnya dari luar.

“Kenapa Anda malahan menelepon saya!”

“Barusan saya dihubungi pihak Badan Intelijen Nasional, katanya kamera dasbor pesawat, dan pakaian Pangeran Gabriel ditemukan.”

Dengan sigap, Perdana Menteri Agnes memakai mantel kerja, lalu berlari keluar ruangan menghampiri sekretarisnya yang berdiri sampai pegal.

“Maksud Anda apa? Kenapa pakaiannya saja yang ditemukan?”

“Entahlah, kita harus pergi ke TKP untuk menanyakannya lebih lanjut.”

“Siapkan mobil sekarang!” pinta Agnes tegas.

Pada saat yang bersamaan, mendengar kabar dari pihak Badan Intelijen Nasional, Charlotte bergegas mengunjungi TKP yang ditemani sahabatnya tepat di sebelahnya. Di tengah perjalanan, napas Charlotte sedikit sesak sambil terus memegangi dadanya, air mata mulai berlinang dari kelopak matanya.

“Charlotte, sebaiknya kau jangan menangis dulu. Siapa tahu ini menandakan Pangeran Gabriel ditemukan masih hidup,” bujuk Violet lembut sambil mendekapnya hangat.

“Sejak awal sebelum dia pergi, memang aku sudah memiliki firasat buruk tentang ini.”

“Kau cukup berdoa saja. Semuanya pasti akan baik-baik saja.”

Tidak membutuhkan waktu yang lama, Charlotte tiba di TKP dulu, lalu ia berlari cepat menghampiri segerombolan petugas Badan Intelijen Nasional yang sedang mengumpulkan beberapa barang ditemukan di dasar laut.

“Di mana Pangeran Gabriel?”

“Maaf, Nona Charlotte, saat ini kami—”

“DI MANA TUBUHNYA??” Charlotte mengulangi lontarannya sambil menangis pasrah.

“Kami sudah menelusuri seluruh area dasar laut, namun tubuh Yang Mulia dan sekretaris Lucas tetap tidak ditemukan di manapun,” jawab ketua tim Badan Intelijen Nasional.

“Yang kami temukan hanyalah sepotong pakaiannya saja,” lontar anggota lainnya sambil menyerahkan potongan pakaian Gabriel dan Lucas kepada Charlotte.

Pandangan Charlotte mulai kabur memandangi sepotong kecil lengan pakaian saja. Pikirannya semakin aneh, membuat napasnya semakin tersengal-sengal. Tubuhnya ambruk ke tanah dengan tangisan pecah tanpa memedulikan orang di sekitar memandanginya. Tak lama kemudian, Perdana Menteri Agnes baru saja tiba di TKP langsung berlari menghampiri Charlotte yang sudah tidak berdaya.

“Kenapa kau menangis seperti itu? Apa yang terjadi sebenarnya?”

Charlotte tidak meresponnya sama sekali sehingga Perdana Menteri Agnes mulai geram sambil menggoyangkan tubuh Charlotte kasar.

“KENAPA KAU TIDAK MENJAWABKU?”

Melihat sahabatnya diperlakukan kasar, dengan sigap Violet menepis tangan Perdana Menteri Agnes kasar.

“JANGAN MEMPERLAKUKANNYA KASAR SEPERTI ITU!”

“Beraninya kau berbuat lancang padaku!” bentak Agnes mencengkeram baju Violet kasar.

“Hentikan kalian berdua!!” pekik Charlotte emosinya pecah.

Mereka berdua langsung hening sejenak, Perdana Menteri Agnes melepas cengkeramannya lemas.

“Seharusnya aku tidak membiarkan kau menikah dengan Pangeran Gabriel! Aku yang pantas melindunginya sepanjang hidupku!” ujar Agnes lantang menaikkan alisnya.

“Beraninya kau berkata seperti itu di hadapan tunangan Pangeran!” ketus Violet menajamkan tatapannya.

“Tidak usah memarahinya.”

“Tapi—”

“Aku ingin melihat rekaman dasbornya langsung. Aku ingin memastikan apakah Gabriel sungguh masih hidup melalui rekamannya,” ujar Charlotte lemas.

Lalu Violet menghampiri ketua tim Badan Intelijen Nasional.

“Nona Charlotte ingin menyaksikan rekamannya langsung. Apakah Anda mengizinkannya menyaksikannya langsung sekarang?”

“Baiklah, harap ikuti saya.”

Di kantor Badan Intelijen Nasional, ketiga wanita tersebut bersama staff lainnya menyaksikan rekamannya saksama. Saat pemutaran terjadinya sebuah ledakan cukup dahsyat pada pesawat di laut, kepala Charlotte terasa seperti terkena bom waktu yang meledak, hingga membuat tubuhnya hampir ambruk lagi. Sedangkan reaksi Perdana Menteri Agnes terlihat pasrah memandanginya, ingin menangis pecah namun mengingat keadaan di sekitarnya, ia mengurungkan niat melakukan aksinya.

“Jadinya…mesin pesawat meledak…ditambah cuaca buruk membuat pesawatnya jatuh?” Charlotte melontarkan pertanyaannya lemas pada petugas.

“Jika dilihat seperti ini, kemungkinan besar—”

“Kemungkinan besar apa? Apa yang terjadi dengan Pangeran Gabriel?”

“Melihat situasi rekamannya seperti ini, dengan berat hati saya menyatakan bahwa kemungkinan kecil peluang Yang Mulia dan sekretarisnya ditemukan dalam keadaan selamat.”

Mendengar pernyataan barusan seperti sambaran petir yang sangat dahsyat, Charlotte memejamkan matanya, terjatuh pingsan di tempat.

“Nona Charlotte! Nona Charlotte, bertahanlah!” pekik Violet panik sambil menepuk pipinya.

“Dia harus dibawa ke rumah sakit kerajaan!” usul Agnes panik.

Sementara di sisi lain, seorang pria misterius yang terlihat tampak tua dari belakang dengan rambut sedikit putih, sambil memutar sebuah musik klasik dalam ruang kerjanya, di tengah bencana menggemparkan negeri, dirinya hanya bisa duduk bersantai menikmati alunan musiknya.

Drrt…drrt…

Ponselnya bergetar tiba-tiba di atas meja.

“Ada apa?”

“Kabar dari pihak Badan Intelijen Nasional, menyatakan bahwa tubuh Pangeran Gabriel dan sekretaris Lucas tidak ditemukan di manapun.”

“Ini baru namanya berita bagus, bersiaplah semuanya.” Pria misterius tersebut tersenyum licik sambil mematikan panggilan telepon.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Fight For Love   Special Chapter 3 - Everlasting Love

    Kejutan yang dimaksud sang Pangeran sebelumnya adalah sebuah video romantis mengenai perjalanan hubungan cintanya sejak berteman hingga memiliki seorang anak. Masih di puncak menara luas, Pangeran dan istrinya menyaksikan video editannya sambil menimang putranya yang terlihat mulai mengantuk. Sambil menikmati wine juga sebagai pelengkap merayakannya. Berdurasi selama beberapa menit, tidak hanya tampilan foto kemesraan mereka saja dan video-video berkaitan aktivitas romantis, tapi diselipkan juga ungkapan isi hati Pangeran setiap kali video itu bergilir dan disertai backsound kumpulan lagu romantis favorit mereka. Yang lebih mengharukan lagi, video kejutan itu ditutupi dengan video acara pernikahan mereka yang berlangsung dari pemberkatan di gereja hingga pesta dansa, dengan backsound lagu ciptaannya sendiri untuk istri tercinta berjudul “Love Charlotte”. Manik mata Charlotte semakin berkaca-kaca, tidak bisa menahan rasa bahagianya l

  • Fight For Love   Special Chapter 2 - Lovely Gift

    Seketika pertandingan berakhir, mengamati sang pemenang yang berhak membawa pulang medali emas, dengan cepat Charlotte membangkitkan tubuhnya bertepuk tangan meriah menyorakki suaminya yang menjadi pemenang dalam perlombaan ini. Sedangkan sang Ratu juga turut bahagia mengetahui putranya memenangkan perlombaan, langsung mendekap tubuh menantunya hangat. “Ibu…Gabriel berhasil!” sorak Charlotte girang. “Sudah ibu duga sejak awal, suamimu pasti berjuang demi dirimu, Charlotte. Ibu sangat bangga pada kalian berdua.” Sedangkan yang berhasil meraih medali perak dan perunggu adalah Alfred dan Harvey. Meski Alfred tidak berhasil meraih posisi pertama, tetap saja Violet sudah sangat bersyukur bahkan masih sempat memberi selamat kepada Charlotte. Begitu juga Agnes yang awalnya percaya diri suaminya akan menang, ia tetap menerima pencapaian yang berhasil diraih suaminya dengan lapang dada. Ketiga sahabat Charlotte menghampiri Charlotte untuk memberi selamat sambil saling

  • Fight For Love   Special Chapter 1 - Horse Racing

    Seiring waktunya berjalan, keluarga kecil sang Pangeran terus terlihat harmonis, bahkan saat dilanda kesibukan mengurus urusan kerajaan, tetap saja hubungan antara orang tua dan anak semakin dekat. Setiap kali Pangeran dan istrinya bepergian mengadakan pertemuan, pangeran kecil dirawat ibunya Charlotte, karena tidak ingin mengandalkan pengasuh. Apalagi takut terjadi sesuatu pada anak mereka jika dirawat orang lain. Seperti biasa sang Pangeran mengajak istrinya pergi berkuda di tempat pacuan kuda khusus keluarga kerajaan. Tapi, kali ini mereka melakukannya saat hari biasa, karena besok Pangeran harus berpartisipasi dalam turnamen berkuda. Sebelum mengajak kuda putihnya yang suka cemburu, Gabriel memberinya makan wortel berkualitas tinggi supaya tidak mengambek di tengah jalan. “Ngomong-ngomong Sayang, apakah White bisa diajak kerjasama besok?” tanya Charlotte sedikit ragu, mengingat White terkadang memberontak. “Tenang saja, sejak dulu dia bisa diandal

  • Fight For Love   Chapter 97 - Happy For All

    Waktu terus berjalan tanpa hentinya, semua orang dalam negeri ini masih hidup dengan damai tanpa adanya gangguan apapun. Terutama semua kerabat dekat Gabriel dan Charlotte, kini mereka menjalani kehidupan bahagia mereka masing-masing. Seperti halnya Harvey dan Agnes kini hidup mereka semakin terasa bahagia seiring waktu berjalan, karena mereka sekarang adalah sepasang suami istri sama seperti halnya dengan dua pasangan lainnya yang sudah menikah lebih awal. Karena hari ini adalah hari libur, seperti biasa Harvey mengajak istrinya menuju sebuah pusat perbelanjaan elit untuk keluarga bangsawan membelikan banyak masker wajah untuk mereka berdua. Apalagi melihat Harvey yang memborong banyak masker wajah dengan merk mahal, hingga Agnes menganga berdiri mematung. “Harvey, bukankah ini kebanyakan?” Mata Agnes terbelalak sempurna. “Wajahmu harus terlihat berkilauan saat kau sekarang menjadi istriku. Maka dari itu, aku sengaja membelikan semua masker mahal unt

  • Fight For Love   Chapter 96 - Meaningful Design

    Detik demi detik terus berjalan. Tidak terasa sang Pangeran dan istrinya menjalin kehidupan rumah tangganya beberapa bulan. Tidak hanya mereka yang selalu menjalani kehidupan mereka dengan bahagia, semua kerabatnya yang telah memiliki pasangan masing-masing juga tidak kalah bahagia. Apalagi agen rahasia kerajaan juga telah menikah dengan wanita paling dicintainya. Saat ini, usia kandungan memasuki masa dua bulan. Bisa dikatakan berat badan Charlotte semakin bertambah, namun perutnya belum terlihat terlalu buncit. Segala aktivitas yang ia lakukan mulai berkurang, mengingat peringatan dokter kandungan demi kesehatan bayi mungil dalam kandungan. Yang bisa dilakukannya selama mengandung bayinya adalah bersantai di sofa menonton TV sambil mengemil cookies favoritnya sendirian. Sebenarnya kegiatan Pangeran juga tidak terlalu banyak belakangan ini, namun terkadang ia harus meninggalkannya sendirian untuk melaksanakan kewajibannya demi kerajaan Godnation. Mengadakan

  • Fight For Love   Chapter 95 - Power Of Love

    Di sisi lain, sepasang kekasih lainnya juga saling bermesraan. Namun, bedanya kali ini mereka tidak berkencan di manapun. Penampilan Alfred sudah terlihat sempurna, bersiap ingin bertemu dengan calon mertuanya langsung. Sejak hari lamaran, Alfred dan Violet sudah merencanakan pertemuannya serta melakukan reservasi restoran bintang lima terlebih dahulu. Penampilan ibunya Violet kini tidak kalah cantik dengan putrinya, dengan balutan gaun elegan walaupun terlihat sederhana. Sebenarnya dirinya sedikit bingung dengan rencana putrinya tiba-tiba mengajak makan malam tiba-tiba. Sambil menunggu kedatangan Alfred, ibunya Violet terus bermondar-mandir di ruang tamu seperti sedang menyetrika baju. Melihat tingkah ibunya sangat memusingkan, Violet beranjak dari sofa sejenak menghentikan aksinya. “Ibu sebaiknya menunggu sabar saja,” usulnya pelan. “Sebenarnya ibu sangat penasaran dengan kalian, kenapa kalian tiba-tiba ingin mengadakan makan malam bersama? Padahal

  • Fight For Love   Chapter 94 - Storytelling

    Lucas memperlihatkan agenda hariannya pada sang Pangeran melalui layar tab. Reaksi Pangeran langsung memutar bola matanya bermalasan, karena dirinya sebenarnya malas menjalani tugasnya kembali menjadi Pangeran negeri ini. “Aku malas melakukannya, lebih baik aku di istana selama seharian bersama istriku.” “Sayang,” panggil Charlotte manis. Secara spontan Gabriel merangkul pundaknya mesra, sorot matanya terfokus padanya. “Semakin manis kau memanggilku, aku juga akan memperlakukanmu semakin manis juga.” “Sayang, sebaiknya kau pergi bertugas saja. Jangan menetap di sini terus,” saran Charlotte lembut. “Tidak mau, nanti siapa yang akan menemanimu di sini. Kalau terjadi sesuatu padamu, gimana nantinya. Lagipula kunjungan ini juga tidak terlalu penting.” “Memangnya hari ini kau ada kunjungan ke mana?” “Ke panti asuhan untuk membaca dongeng.” “Oh, kalau hanya ke panti asuhan, sudah pasti aku ingin ikut denganmu

  • Fight For Love   Chapter 93 - Cravings

    Tidak terasa kini hari sudah gelap. Usai menyantap makan malam, sepasang pengantin baru melanjutkan aktivitasnya lagi di dalam kamar mereka. Sejak memasuki masa hamil, sikap Charlotte sedikit kekanak-kanakan suka merengek pada suaminya. Apalagi sekarang ia duduk sendirian di ranjang luas, menunggu sang Pangeran selesai membersihkan dirinya sampai sedikit bosan. Baru saja lima menit berlalu, entah kenapa rasanya ia sudah merindukannya dan ingin melihat wajahnya dalam durasi lama. Kedua kakinya merapat di ranjang, lututnya digunakan untuk menopang kepalanya sambil merenungkannya dengan wajah cemberut. “Aku merindukanmu, Sayang. Jangan mandinya terlalu lama,” gumamnya lesuh. Tak lama kemudian, terdengar suara pintu kamar mandi terbuka lebar. Dengan cepat kepalanya terangkat ringan sambil memandangi suaminya terlihat sangat menyegarkan dalam kondisi rambutnya basah dan dada bidangnya yang kekar. Sorot matanya terpaku padanya saat ini, tanpa disadari senyuman ceri

  • Fight For Love   Chapter 92 - Two News

    Jantung Violet kini berdebar kencang hingga tidak bisa mengendalikan air matanya terus membasahi pipinya. Pada akhirnya setelah menunggu lama, dirinya dilamar langsung oleh pria dicintainya walaupun hubungan asmara mereka baru berjalan hampir dua bulan. Tanpa perlu berpikir lama, Violet mengangguk pelan, mengukir senyuman bahagia pada wajahnya sambil menggenggam buket bunga erat. “Tentu saja aku bersedia menikah denganmu. Aku tidak sabar menjadi pendamping hidupmu nanti. Aku sangat mencintaimu, Alfred.” Violet mengungkapnya lantang dengan penuh percaya diri. Alfred memakaikan cincin lamaran pada jari manis kekasihnya sambil membangkitkan tubuhnya perlahan. “Aku juga mencintaimu, Violet. Mulai sekarang statusmu adalah tunanganku dan menjadi milikku.” “Terima kasih sudah bersedia menerimaku sebagai tunanganmu.” Secara spontan mereka saling menautkan bibir mereka bersamaan, melakukan ciuman manisnya untuk merayakan momen terindah dalam hidup mere

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status