Pekerjaan yang ditawarkan Sharon Sykes terdengar cukup mudah, hanya membuktikan anak laki-lakinya masih normal sebagai laki-laki.
'Astaga,sungguh tak bisa dipercaya' desahku dalam hati.
Aku tidak menyangka masih ada laki-laki yang tidak memiliki hasrat terhadap wanita.
Tapi itu wajar saja sih, laki-laki seperti anaknya mungkin terlalu tengelam dalam pekerjaan, terlalu cinta dengan pekerjaan dan dirinya sendiri atau alasan lain, Ia tidak tertarik pada wanita, malah sebaliknya.
Wanita itu mengatakan sesuatu yang benar adanya, meskipun tidak melakukan apapun aku bisa saja membangunkan sesuatu pada seorang laki-laki.
Tapi, lain perkaranya jika anak tertua wanita itu penyuka sesama, Ia pasti tidak meneteskan air liur melihatku telanjang atau menari erotis sekalipun.
Kenyataan lainnya, aku tidak pernah terlibat dengan penyuka sesama, teman atau keluarga, tak satupun dari mereka yang ku kenal menyimpang.
Aku langsung menoleh keluar, memastikan bahwa jalan yang kami tempuh benar-benar menuju rumahku.
"Pikirkan baik-baik Miss Kaznov. Kau bisa mengabarkan ku seminggu kedepannya" kata wanita itu ketika mobil itu sukses berhenti di depan gedung apartemen kami yang lusuh dan kumuh.
Supir yang menyeramkan tadi telah membukakan pintu, kode bahwa aku harus secepatnya enyah dari mobil mewah dengan interior elegan itu.
Saat aku keluar dan mobil itu melesat meninggalkanku, Aku termangu, menatap kartu nama yang di berikan wanita tadi di tanganku.
Rasanya seperti keluar kandang singa masuk lubang buaya. Sama bahaya.
Menjual diri demi menghindari disetubuhi mafia, entah mana yang lebih menyakitkan.
Aku melangkah gontai menaiki satu persatu anak tangga, karena di tempat kami tinggal tidak ada lift.
Ketika aku membuka pintu saat itu juga aku dihadapkan dengan pemandangan menyedihkan.
Ibu dan kedua adikku tengah berpelukan di sudut ruangan, gemetaran dan cegukan. Seluruh isi rumah sudah porak poranda. Tak perlu penjelasan, otakku sudah tahu penyebabnya.
"Ayah di bawa mereka kak" raung James parau saat melihatku.
Lututku langsung runtuh. Ada apa dengan hari senin? Kenapa yang datang padaku bertubi-tubi di awal minggu sejumlah masalah yang memeras fisik dan batin.
Nyonya Sykes.
Aku langsung merogoh tasku dan mengambil telepon.
"Baiklah baiklah, aku setuju. Bisa kirimkan uangnya sekarang?" kataku buru-buru dan terengah-engah ketika nada sambung ketiga panggilan itu diangkat, bahkan aku lupa mengucapkan 'Halo'. .
"Kau cepat juga mengambil keputusan Miss Kaznov" Jawab si penerima di ujung sana dengan tenang. Seolah-olah dia telah menebak jawabanku.
Mempersiapkan diri untuk disetubuhi atau melacurkan diri, aku tidak tahu mana padanan kata yang cocok untuk menggambarkan diriku saat ini.
Aku sungguh tak peduli lagi.
Yang terpenting bagiku, keluargaku baik-baik saja, terutama ayahku yang harus dilepaskan para lintah darat secepatnya, yang moga-moga masih dalam keadaan tanpa lecet atau luka sedikitpun.
Sejak keluar dari keluarga besar Hime, belum sekalipun aku merasa hidupku tenang.
Ibuku, Ayane Hime, terlahir sebagai putri yang manja dari Keluarga Hime, tangannya tak pernah melakukan pekerjaan apapun. Jadi mana mungkin dia bisa hidup dalam kesusahan seperti sekarang. Meski paman Arata Hime, saudara lelaki ibuku sering membatu, tapi dia juga punya masalah sendiri.
Ayahku, seorang lelaki tanpa kemampuan ataupun latar belakang keluarga. Setelah terusir dari keluarga Hime dia tidak melakukan banyak hal untuk menghasilkan uang. Setiap hari kerjaannya hanya mabuk-mabukan bahkan berjudi, dan tentu saja bertengkar dengan ibuku hampir di setiap kesempatan.
Meski terkadang aku juga dongkol melihat keluargaku, bagaimanapun masih ada hubungan darah diantara kami. Aku tertekan dengan semua masalah keluarga.
Di sisi lain aku juga masih perlu mempersiapkan diri untuk ujian akhir beberapa hari lagi dan memutar otak bagaimana menjadi wanita penggoda putra tertua Nyonya Sharon Sykes.
Setelah melakukan penelitian kecil bermodalkan internet, Jay Sykes bukan penjual makanan di kantin kampusku, melainkan Putra sah tertua Chairman AA Enterprise, Michael Sykes (ada satu anak diluar nikah Michael Sykes bernama Alastair Sykes), seorang laki-laki berusia dua puluh enam tahun yang digadang-gadangkan bakal menjadi penerus ayahnya.
AA Enterprise sebuah perusahaan Multinasional yang memiliki banyak lini usaha, terkenal sebagai perusahaan arsitektur, teknik sipil, dan kontrak umum terkemuka, menawarkan solusi perencanaan, desain, dan pengembangan terintegrasi dan komprehensif untuk berbagai proyek kontruksi dan rekayasa di seluruh Negara Imakurga.
Dan Jay Sykes memiliki salah satu anak perusahaan AA Enterprise sejak ia dalam kandungan, dan sekarang ia menjadi pimpinan di sana.
"Kamu bisa lepaskan pakaianmu dan tidur di sana" kata seorang dokter tanpa ekspresi tambahan.
"Oh" aku merasa malu dan tak tahu harus melihat apa, jadi dengan gugup aku menggigit bibir bawahku, mengepalkan tanganku dan mengikuti semua instruksi yang diberikan.
Selain memutar otak cara menggoda, aku juga harus bertelanjang dan bahkan mengangkang dihadapan beberapa dokter, diperiksa di sini dan di sana. Disuntik di beberapa bagian tubuhku bagai ternak.
Suatu reaksi luar biasa bahwa aku menerimanya dengan pasrah, yang tak berbeda dari ternak itu.
Mungkin karena aku tak punya lagi jalan keluar dan pasrah dengan keadaan.
Dan mungkin saja karena aku sudah menandatangani satu lagi kontrak, jika aku membatalkannya, denda yang besar sudah bersiap-siap menantiku di pengadilan.
Tidak lupa pula seluruh rambut-rambut di tangan dan di kakiku dicabut. Kulitku bahkan rasanya di kelupaskan ketika berada di salon mahal dengan teknologi mutakhir.
Meski secara fisik aku sudah dipersiapkan sedemikian rupa, tapi mentalku jauh dari kata siap. Hatiku sakit dan digerogoti perasaan asing, penyesalan dan putus asa.
Aku tidak tahu cara menggoda, karena seumur-umur aku belum pernah terlibat dengan laki-laki untuk urusan ranjang.
Membuat sergapan rasa bersalah dan kegagalan akan misi yang membelenggu dan menghantuiku makin menjadi-jadi.
Jadi kutanamkan saja di otak dan di hatiku bahwa segala yang kulakukan semata-mata demi kebahagiaan keluarga.
Kuharap pengorbananku sepadan dengan apa yang didapatkan keluargaku setelahnya.
.
..Ujianku akhirku beres, dan aku punya satu lagi ujian di kehidupan nyata.
Setelah semuanya beres, Aku dikirim menuju villa mewah dan elegan keluarga mereka di tengah perkebunan teh yang luas seperti tak berujung, entah hanya perasaanku saja atau apa, seolah-olah deja vu, aku pernah melihat tempat ini sebelumnya, terasa akrab.
"Ah" aku mungkin kelewat gugup, pikirku.
Malam itu hujan lebat, bisa dibilang badai dan sial bagiku hanya mengenakan gaun tipis selutut.
Kehujanan yang tak bisa kuhindari dan aku harus berjalan masuk ke villa basah kuyup hingga berujung tertidur di dekat perapian dalam keadaan tanpa sehelai benangpun.
Esok harinya laki-laki itu menemukanku di sana dalam keadaan demam dan kenyataan pahit bahwa aku telanjang. Ia langsung berteriak marah mengusirku, tapi setidaknya ia masih manusia ketika mengetahui keadaanku.
Awalnya ia hanya melempariku selimut, cukup lama ia berdebat dengan dirinya lalu mengangkatku ke kamarnya dalam balutan selimut. Aku mungkin saja bermimpi ketika ia mengurusku dengan baik hingga aku cukup kuat untuk berbicara.
Seperti yang dijelaskan ibunya, Pangeran AA Enterprise itu sangat kaku, wajahnya selalu datar dan serius, lebih parah lagi ia tidak bisa berinteraksi dengan wanita secara normal, kecuali untuk urusan bisnis.
"Bagaimana kau bisa masuk rumahku?" tanyanya tanpa basa-basi saat aku sadar.
Bagaimana cara menggoda jika keadaannya jadi tak terduga begini?
Yang harus kulakukan hanya bermain dengan psikologinya.
Hanya itu yang terfikir olehku.
Wajar jikalau dia memang penyuka sesama, setahuku kebanyakan penyuka sesama memang lebih peka dari laki-laki biasa dan kebanyakan berparas tampan dengan badan kekar.
Bentuk tubuhnya yang menawan pasti tersembunyi di balik kaos santai yang pas di badan. Meski begitu, aku bisa melihat lengannya yang kokoh dan terlatih.
Aku tak mengerti apa yang terjadi pada diriku, entah karena pengaruh obat atau memang karena ambisius menyelesaikan misi, ketika melihatnya yang terfikir olehku hanya membiarkannya berada di atasku dan ...
Aku menggeleng keras dalam diriku. Pondasi kokoh itu menyadarkanku bahwa yang kulakukan saat ini salah.
Aku duduk dan menyandarkan punggungku ke kepala tempat tidur, lalu menutupi dadaku dengan selimut, ya, satu kenyataan bahwa aku masih telanjang di bawah selimut."Lewat pintu" kataku sambil berharap wajah datarnya menyingkir, tapi ternyata aku berharap pada kemustahilan. Wajahnya masih sama tenangnya sejak aku pertama kali melihatnya "Aku tidak mungkin menembus tembok, kan, atau tiba-tiba berada di rumahmu melewati lorong waktu, yang benar saja!" lanjutku."Aku bukan orang yang bisa kau ajak bercanda" balas Jay Sykes tajam dan dingin. Rahangnya yang sempurna bagai pahatan itu mengeras, sorot mata abu-abunya memandang penuh kesuraman."Aku juga tidak sedang ingin bercanda dengan Anda tuan wajah datar. Aku benar-benar masuk lewat pintu depan sana" Jelasku lagi.Aku tidak berbohong.Ia menatapku dengan tatapan kejam, berusaha keras menahan kemarahannya "Aku juga tahu, jejak sepatu kotormu itu mengotori lantai mahal dan sofa kesayanga
Aku ingin mengeluarkan suara, tapi menjadi "Hmmp" karena tertahan mulutnya yang agresif membabi buta sehingga yang terdengar hanya gumaman tak jelas bercampur desahan.Lidahnya memaksa untuk masuk, meski aku menolaknya, namun tubuhku terlalu hanyut di dalamnya.Permainan lidahnya yang handal, tangan kokoh yang dengan kuat menahan tekukku, membuatku tidak bisa berbuat apa-apa.Meski tanganku yang bebas terus memukul, mendorong, mencakar, atau melakukan apa saja agar ia menghentikan tindakan brutalnya, tak satupun usahaku membuahkan hasil.Bahkan malah membuatnya makin tertantang menaklukkan ku dalam belaian lidahnya di lidahku.Kakiku mulai kehilangan pijakan, aku merasa melayang dan tulang-tulang kehilangan fungsinya.Sekuat tenaga aku mencoba memposisikan diri agar tidak merosot kelantai dengan mencengkram lengannya ketika ciuman itu makin dalam dan intens, memberikan kesempatan padanya untuk meremas dua
"Bagaimana kau masuk ke rumahku?" tanya serius.Lagi-lagi pertanyaan itu.Aku tidak tahu harus menjawab apa, mana mungkin aku mengatakan bahwa ini semua pekerjaan rapi ibunya, mengantarkan aku kesini dengan segala peringatannya.Aku menelan makanan di mulutku dan menjawab "Soal itu, hmm, entahlah" aku melirik kesamping menghindari matanya.Ia menatap dengan tatapan kejam itu lagi, matanya menatap tepat ke mataku dengan kemarahan besar dan aku benar-benar gemetaran menelan ludah panik ketika bersirobok dengan tatapannya.Kucoba berpaling dari tatapannya, tapi tidak bisa.Kucoba berdiri dan melarikan diriku keluar dari sana, tapi aku tidak bisa juga.Matanya seolah menawan dan melumpuhkan dengan kilatan kejam membelenggu.Semakin aku mencoba melawan, semakin kusadari betapa sia-sia upayaku.Sendok dan garpu dengan kuat ku cengkram tanpa kusadari "Baiklah... Baiklah... Aku hanya turun di pember
Sesuai janjinya, Nyonya Sykes menepati membayar jika aku sudah selesai melakukan pekerjaan kotor itu, ia langsung mentransfer kerekeningku bahkan membayar lebih banyak dari kesepakatan beberapa jam setelah aku sampai di rumah."Terima kasih, Nyonya Sykes" kataku berat. Aku merasa di rugikan, tapi demi kesopanan aku tetap meminta terima kasih.Tapi setelahnya, aku terus merasa takut, entah mengapa. Ayahku di bebaskan setelah membayar semua hutang judinya, dan di kembalikan utuh karena aku membayar Im$ 50.000 dimuka."Ada apa denganmu Ella?" tanya Camilla McKenna ketika aku menemaninya berbelanja "Kau tampak sangat terganggu, bukankah masalahmu sudah terselesaikan""Ada beberapa masalah dengan toko kueku" jawabku tersenyum pahit dan berbohong jadi aku pura-pura melihat-lihat gaun yang tak mungkin kubeli."Oh, jika itu masalahnya, kau tanya saja Yui. Dia sudah terbiasa mengurus banyak masalah bisnis" Saran Camilla sambil memilih baju-baju yang t
Aku pulang sangat terlambat dengan mata sembab, merah dan bengkak, aku tidak ingin pulang sejujurnya dan tidak ingin menghadapinya semuanya.Aku ingin melarikan diri.Tapi pada akhirnya kakiku masih melangkah pulang, ke rumah, hanya ibuku yang berada di sana dan adik-adikku belum pulang dari bermain dengan teman-temannya.Soal ayahku, aku tahu ia tidak akan berada di rumah sebelum fajar terbit, bangka tua itu pasti sedang bersenang-senang di rumah bordil lagi atau kasino.Aku sudah membayar semua hutangnya, dan sekarang dia kembali kejalan lamanya. Aku tahu rentenir itu memang nyata dan ibuku tidak mau mengeluarkan uang untuk ayahku.Dan aku yang mesti harus berkorban. Sayang, pengorbananku sia-sia dan tidak ada harganya."Kau dari mana saja Kay?" tanya ibuku marah, kedua tangannya bersidekap di depan dada dan ia seperti sengaja menungguku.Untuk ukuran ibuku yang jarang berada di rumah di siang hari, aku tahu ada ha
Malam telah membekap kawasan Mokswa, di jantung kota Prevkaya. Jarum jam di patung naga taman kota sudah menunjuk angka 01.08, sudah lewat tengah malam dan aku masih berada di jalanan menyandang ransel berat di punggung.Aku masih belum bisa menerima kenyataan bahwa ibuku telah menjebakku dalam sebuah konspirasi terencana, membuatku tidur dengan seorang Jay Sykes.Begitu tidak berperasaan ia terhadapku. Apakah ia menghukumku? Atau penebusan akan kesalahanku dimasa lalu? Karena dia selalu menyalahkanku.Menikah dengan keluarga Sykes? Membuatku terkurung kehidupan keras keluarga kaya itu? Apakah itu yang diinginkan ibu? Aku tidak mungkin bisa hidup seperti itu.Meski pagi hampir menjelang dan aku sudah merasa letih teramat sangat berjalan tanpa henti, aku belum menentukan tempat yang kutuju. Entah dimana aku akan tidur malam ini. Ponsel dan dompet sengaja ku tinggal."Hey, apa yang kau lakukan disini tengah malam begini?" tany
Kepalaku terasa berat ketika aku mendengar semacam perdebatan antara dua suara berat, dua orang laki-laki tengah berdebat tak jauh dari posisi aku berada, tak begitu jelas apa yang mereka perdebatkan sebab pendengaran serta penglihatanku masih kabur.Aku mencoba mengerahkan semua tenaga yang ada untuk mengembalikan kesadaran.Hal pertama yang kulihat hanya warna putih, semakin lama semakin jelas bahwa aku tengah terlentang memandang plafon. Aku melirik kearah tubuhku sambil bernafas sangat lega, pakaian masih lengkap, tak kurang barang sehelai benangpun ketika aku menyingkirkan selimut dan mencoba duduk.Dua orang yang berdebat tadi menoleh padaku, mataku melebar ketika mengetahui dengan jelas siapa mereka, Kyoji Hime bersama Paman Arata Hime.Paman Arata? Kali ini nyata, bukan lagi ilusi.Bagai kilat aku langsung turun dari tempat tidur, berusaha secepat mungkin mencapainya, takut jika dia menghilang namun yang terjad
Aku manggut-manggut, tenggorokanku tiba-tiba terasa kering ketika Kyoji menampilkan data perolehan lelang yang ia sebutkan tadi, berkali-kali lipat dari harga yang di tawarkan Nyonya Sykes. Aku membebaskan tanganku yang sedari tadi berada dipangkuan Kyoji, dan meraih minuman yang telah disediakan dimeja di samping tempat duduk.Kyoji bahkan menampilkan bagaimana proses lelang itu, gadis yang akan di lelang berdiri ditengah ruangan putih berbentuk lingkaran, di dindingnya terdapat semacam sejumlah jendela, dimana peserta lelang bisa melihat untuk saling bersaing harga."Yang di tayangkan barusan adalah kasta teratas bisnis prostitusi HIME-group, Baby Kay. Sumber pemasukan terbesar untuk investasi. Di kasta dibawahnya terdapat gadis-gadis dari negara berkembang, mereka secara rela atau tidak di jadikan pemuas syahwat di negara yang bahkan mereka tak mengerti bahasanya, berlumur peluh lelaki hidung belang demi memenuhi kebutuhan keluarga yang mereka tinggalkan