Praang!!
"Apa kamu ga bisa cuci piring yang bener Alea!! Piringnya masih licin semua!!" kata Megan ibu tiri Alea.
"Maaf bu, semalam Alea pulang larut. Alea capek. Nanti Alea akan bereskan lagi," jawab Alea sambil membersihkan rumah.
"Bersihkan sekarang!! Ibu ga mau tau, pokoknya sebelum kamu berangkat sekolah, semua piring sudah bersih!!"
"Iya bu, nanti Alea bersihkan."
"Sabar Alea ... sabar. Ini udah kejadian tiap hari kan. Jangan sedih, jangan nangis, jangab ngeluh. Kamu pasti bisa Alea," gumam Alea memberikan sugerti pada dirinya sendiri.
Kegiatan pagi Alea setiap hari adalah membersihkan rumah dan memasak makanan. Tapi pagi ini harus di tambah dengan mencuci piring ulang. Hasil dari protes sang ibu yang selalu saja sibuk mencari alasan dengannya.
"Alea, lu di sekolah jangan suka cari muka ke kakak kelas ya. Jangan sok menderita lu!!" kata Cleo saudara tiri Alea.
"Aku ga pernah cari muka. Aku biasa aja. Aku hanya belajar disekolah," jawab Alea sambil terus membersihkan rumah.
"Alah jangan sok suci lu. Lu sering lewat depan kakak kelas yang nongkrong di lapangan kan? Lu minta diperhatiin ya? Jangan lewat situ lagi!!"
Alea tidak menjawab, dia memilih diam daripada semua akan lebih panjang lagi nantinya.
Alea Letticia Raharjo tinggal bersama ibu tiri dan saudara tirinya. Ayah Alea telah meninggal 2 tahun yang lalu.
Ayah hanya seorang karyawan biasa yang meninggalkan sebuah rumah dan beberapa tabungan saja. Tapi rumah dan tabungan di kuasai oleh ibu tirinya semua. Alea hanya menyimpan sedikit tabungan yang selalu di berikan ayahnya dulu secara diam-diam, untuk persiapan kuliahnya. Alea bahkan harus membiayai sekolahnya sendiri.
Ibu kandung Alea sudah lama meninggal. Sejak dia masih kecil dia sudah biasa bekerja dengan membantu toko tetangga.
Saat ini Alea sedang sarapan di dapur. Dia sudah menyiapkan sarapan untuk ibu dan saudara tirinya -Cleo- yang selalu hidup dengan bergaya sok kaya. Alea yang sudah terbiasa susah, mencoba tidak mengeluh dengan semua kehidupannya.
"Ibu, Alea berangkat dulu. Nanti Alea mungkin pulang malam lagi. Alea ada kerja lembur," Alea pamit ke ibunya.
"Terserah kamu. Yang pasti jangan sampai kami lupa dengan pekerjaan rumah," jawab Megan.
"Alea, jangan lupa kerjakan tugas ku nanti," pesan Cleo.
"Maaf Cleo, kalo soal mengerjakan tugas, aku ga bisa. Aku takut kena skors. Kamu kerjakan sendiri aja ya,"
Alea segera memakai sepatunya dan pergi dari rumah."Alea!!!"
Kehidupan Alea memang jauh dari kata sempurna apalagi bahagia. Alea gadis yang sudah ditempa dengan derita dari kecil. Alea bahkan tiap hari harus bekerja di dua tempat sekaligus setelah dia pulang sekolah. Dia melakukannya dengan gembira. Dia lebih menyukai bekerja dari pada dia harus pulang ke rumahnya. Rumahnya bagaikan neraka baginya.
Tiap pagi Alea selalu menunggu bis di depan komplek rumahnya untuk pergi ke sekolahnya. Pagi ini Alea duduk di halte bis seperti biasanya.
Tin tin
Tersengar suara klakson yang membuat kepala Alea menoleh ke sumber suara.
"Alea, bareng yuk?" sapa seorang pemuda yang memakai seragam yang sama dengannya.
"Makasih, aku naik bis aja," jawab Alea.
"Ga papa kali, sekali-kali, ayo," bujuk Radit teman satu kelas Alea.
"Ga usah, Dit. Itu bisnya juga udah dateng," jawab Alea sambil berdiri karena dia sudah melihat bis yang di tunggunya sudah datang.
Karena mendapat penolakan lagi pagi ini, Radit pun segera melajukan motornya lebih dulu menuju sekolah. Alea memang selalu menolak kebaikan Radit.
Alea duduk di kursi bis sendirian. Dia memasang earphone di telinganya. Pandangannya menembus kaca bis melihat ke arah luar. Alea menikmati kegiatan ini tiap pagi.
***
DUUG
"Aduh!!" keluh Alea saat merasa sesuatu menghantam kepalanya. Alea melihat kesekitar.
Ternyata ada bola basket yang menghantam kepalanya. Dia melihat bola itu menggelinding di lantai begitu saja tanpa peduli kepalanya yang masih sakit karena hantaman.
"Kamu ga papa?" tanya seseorang yang menghampiri Alea sambil mengambil bola basketnya.
"Aku ga papa. Lain kali hati-hati kalo main basket," ucap Alea sambil menoleh sekilas ke pemuda tadi.
"Sorry ya, ga sengaja." Pemuda itu segera berlari lagi ke dalam lapangan basket.
Alea melihat sekilas ke arah lapangan. Barisan cwo super keren dan tajir ada di sana. Genk Superboy sedang asik main basket. Genk yang membuat para kaum hawa berteriak di setiap gerakan tubuh mereka.
Dan benar saja di tepi lapangan sudah banyak para gadis centil yang berjejer berusaha menarik perhatian 5 pemuda super keren itu.
Yang baru saja mengambil bola di dekat Alea adalah Marcho Louis Pramudya, anak pengusaha tambang di Kalimantan. Anggota genk lainnya ada Raka Adhiyaksa Bintang, anak pemilik beberapa mall besar di Indonesia, Keanu Satya Pambudi anak seorang pengacara ternama, Stevan Arga Hendrawan anak pebisnis jam tangan mewah dan yang paling di gilai oleh para gadis adalah Nathaniel Adriano Hutama anak seorang pengusaha properti terbesar di Indonesia dan Asia tenggara.
Nathan adalah pemimpin mereka, pimpinan karena paling tampan dan paling kaya. Alea ngeri melihat para barisan pemuda yang super bening dan berkilau itu. Dia benar-benar tidak berkeinginan untuk mendekat apa lagi terlibat dengan mereka seperti yang dituduhkan Cleo padanya.
Alea membenarkan tas dan bukunya sebelum melanjutkan langkahnya menuju kelas, dia ingin segera merapikan buku-buku di lokernya.
Alea memang sering membawa lebih banyak buku untuk bahan belajar dia di belajaran besok, karena kalau mengharapkan belajar di rumah, itu sangat tidak mungkin. Dia baru pulang kerja part timenya sekitar jam 11 malam.
Badannya yang sudah lelah harus di suguhi dengan cucian piring yang menggunung di dapur rumahnya. Pagi-pagi dia sudah harus membersihkan rumah dan memasak sarapan. Kegiatan yang sangat membosankan bagi remaja berusia 17 tahun.
"Alea! Di cari pak Regan kamu di ruangannya," sapa Kamila sahabat Alea.
"Pak Regan? Mau ngapain lagi?" jawab Alea sedikit malas.
"Ga tau, paling perlombaan lagi."
"Aduuh... aku lagi capek neeh. Bisa ga sih lombanya di tunda taun depan," keluh Alea yang menjatuhkan kepalanya di meja.
"Udah buruan sana. Entar dimarahi loh."
Dengan berat hati Alea bangkit dari duduknya dan memasukkan bukunya ke loker. Dia segera melangkahkan kakinya menuju ruang guru di lantai dasar. Ruang kelas Alea ada di lantai dua, karena Alea sekarang duduk di kelas 2 SMA Don Josua.
BUUUG
"Aduh," keluh Alea yang menabrak sesuatu di depannya saat dia hendak berbelok di tangga.
"Kamu ga papa?" suara hangat menyapa Alea.
Alea mengangkat kepalanya, dia melihat pemuda tinggi berkulit putih dan berambut tebal dengan tatapan menenangkan berdiri di depannya.
"Yaah... tumpah, maaf aku ga sengaja." Ucap Alea saat melihat orange jus di tangan Keanu tumpah membasahi sebagian kaos basketnya.
"Eh ga papa. Bajuku udah kotor, seragammu tuh yang jadi kotor kena jus," kata Keanu sambil melihat seragam Alea.
Alea juga melihat seragamnya yang terkena sedikit noda jus, "Ga papa nanti bisa di cuci di kamar mandi, maafin aku. Beneran kamu ga papa?"
"Ga papa. Kamu mau ke mana kok buru-buru?"
"Mau ke pak Regan. Maaf aku duluan ya,"
Alea segera meninggalkan Keanu yang mengajaknya ngobrol. Dia takut dengan pandangan gadis-gadis di belakang Keanu yang menatapnya dengan tatapan setajam pisau. Mereka penggemar Keanu yang flower boy. Siapa yang tidak terpikat dengan Keanu yang ramah dan tajir itu.
Tok tok tok"Selamat siang pak," sapa Alea saat dia memasuki ruangan Pak Regan."Masuk Alea. Duduk dulu di situ ya," jawab Pak Regan yang menyuruh Alea duduk di sofa ruang guru.Beberapa guru melihat ke arah Alea dengan pandangan tidak suka. Karena memang para guru di sini menginginkan muridnya anak orang kaya semua.Tunjangan mereka sedikit dipotong untuk anak berbeasiswa seperti Alea ini. Padahal di sekolah megah ini, anak yang bernasib seperti Alea hanya 10 orang, tapi mereka sudah mengeluh saat tunjangan mereka sedikit di potong."Alea, ini ada bonus dari lomba sains 2 bulan lalu. Kamu terima ya?" kata Pak Regan sambil memberikan amplop di tangannya."Bonus pak? Bukannya yang terima harusnya Radit ya?" tanya Alea."Radit bilang, hadiahnya dibagi dua aja. Soalnya kan di lomba kemaren katanya kamu ikut bantu Radit di penelitiannya. Radit sudah ambil bagiannya kok tadi. Ambillah.""Tapi pak..." ucapan Alea menggantung.
Alea mencoba merebut mini figurenya dari tangan Raka. Namun sayangnya, Alea malah jadi bahan permainan Raka dan teman-temannya.Badan Alea yang kurus dan mungil tentu saja kalah tinggi dibandingkan Raka yang pemain basket dengan tinggi 175cm. Dengan Alea berdiri saja, itu hanya sampai sedada Raka."Raka, balikin ga?" kata Alea sedikit kesal."Ga mau. Ini punya gw," jawab Raka."Raka balikin donk. Itu punya gw!" ucap Alea yang makin kesal.Alea masih berusaha merebutnya lagi. Dia terus mengangkat tangannya berusaha merebut barang yang ada fi tangan Raka yang terlihat tinggi menjulang di depannya.Mini figure yang di tangan Raka itu malah dilempar-lemparkan Raka ke teman-temannya yang lain. Alea makin kesal dengan tingkah kekanakan Raka. Alea diam saja tak bergerak hanya melihat tajam ke arah Raka."Kenapa? Lu mau mini figure ini? Sini cium gw dulu," kata Raka sambil menyentuh pipi kanannya dengan jari telunjuknya."H
Alea duduk di sebuah bukit di kebun belakang sekolah. Sebuah bukit dengan pohon tinggi di tengahnya. Ini adalah tempat favorit Alea di sekolah ini. Bukit yang berada di belakang gedung ekskul sekolah, menyimpan segala kesenangan dan kesedihan Alea."Nih buat mu," kata Kamila yang memberikan sepotong roti dan susu pada Alea."Makasih, Mil," ucap Alea sambil menerima pemberian Kamila.Kamila adalah seorang sahabat baik buat Alea. Dia banyak membantu Alea meski mereka berada dalam strata yang berbeda.Kamila anak seorang manager sebuah bank swasta. Dia termasuk orang mampu di sekolah ini. Tapi dia tidak malu berteman dengan Alea.Kamila sering membelikan Alea kue dari kantin untuk sekedar mengganjal perutnya. Alea sering menolaknya karena takut dianggap memanfaatkan kebaikan Kamila, tapi Kamila tetap senang melakukannya.Kamila tau bagaimana kehidupan Alea yang makin susah saat ditinggal ayahnya meninggal. Alea membalas kebaikan sahabatnya deng
"Selamat sore pak Adi," sapa Alea saat dia masuk kedalam mini market."Sore Alea. Masih kurang 15 menit, tumben cepet," tanya Pak Adi sang manager mini market."Kebetulan ga ada yang menghambat di jalan pak. Alea ganti baju dulu ya?" pamit Alea."Ya udah buruan ganti, habis itu kamu beresin lemari pendingin ya?""Siaap bos."Alea segera berjalan ke gudang yang ada di belakang toko. Dia menyapa beberapa pegawai di sana yang kebetulan dia lewati.Setelah Alea selesai berganti baju, dia segera menuju ke lemari pendingin. Dia melihat barang apa saja yang stoknya berkurang dari sana.Alea segera mengambil keranjang barang dan mengambil barang yang dia perlukan di gudang."Sini gw bantu," kata Bang Ical teman kerja Alea."Makasih Bang Ical," kata Alea dengan senyum manisnya."Kamu udah makan siang?" tanya Bang Ical sambil mengantar Alea ke lemari pendingin."Udah, kan disekolah dapet makan siang sebelum pul
Gadis kecil itu sedikit merintih saat luka bakarnya terkena air dingin. Pengunjung juga melihat aksi heroik Alea di kamar mandi."Tahan sedikit ya dek, biar luka mu ga melepuh." kata Alea sambil terus menyemprotkan air ke seluruh tubuh gadis itu sampai hampir seluruh bajunya basah.Karena bukan hanya perutnya, tapi pahanya juga terkena."Kamu pikir anak saya kucing kamu siram begitu?" kata ibunya dengan nada sedikit tinggi."Itu pertolongan pertama yang benar Bu, dengan disiram air mengalir, panas yang terasa di tubuh akan perlahan menghilang. Ibu lebih memilih anaknya basah atau kulitnya melepuh?" kata seseorang di belakang sang ibu."Kamu siapa lagi?""Saya dokter specialis kulit yang kebetulan juga makan di sini. Saya sudah menyuruh orang membeli salep untuk luka anak ibu," jawab pria itu."Oh begitu kah?""Mama, badan Joanna basah semua," kata gadis itu sambil menangis."Habis ini kita beli baju ya? Makasih ya
Alea dan Kamila antri untuk mengambil makanan. Para super boys sudah duduk di kursi kebesaran mereka. Kursi yang tidak boleh di pake oleh siapapun.Para gadis pengiring dari genk super seksi ada di bangku sebelah mereka. Raka dan Marcho sedang duduk di bangku eksekusi. Mereka sedang merundung seorang anak murid baru."Apa mereka ini ga ada kerjaan ya, kerjaannya begitu mulu," gerutu Alea pelan."Hust jangan kenceng-kenceng," bisik Kamila.Alea kaget saat tiba-tiba ada Nathan di sampingnya. Pemuda tinggi yang membuat leher Alea sakit jika harus memandangnya. Nathan melihatnya sebentar lalu duduk kembali di kursinya."Eh, duduk sini lu," kata Nathan saat Alea melewati tempat duduknya."Aku?" tanya Alea bingung."Iya, lu. Duduk depan gw buruan."Semua yang ada di kantin terdiam dan melihat ke arah Alea.Alea takut kalo dia akan di rundung Nathan, cwo paling cool sekaligus tampan di sekolah ini.Alea meletakkan namp
"Ngapain lu nangis di situ?" ada suara yang membuyarkan lamunan kenangan Alea.Dia menoleh ke arah sumber suara. Pemuda angkuh dan sok kuasa itu ada di depannya saat ini. Nathan yang tadi merundungnya di kantin ada di depannya.Berdiri dengan angkuhnya dan kedua tangannya dimasukkan dalam saku celananya, Nathaniel.Nathaniel pemuda pimpinan super boys dan mungkin juga pimpinan cwo tampan di sekolah ini."Ga papa kok. Maaf kalo mengganggu," Alea segera pergi dari tempat itu.Dia ingin segera pergi ke ruang belajar menemui Kamila.Nathan membuka pintu ruang super boy's, ada Keanu di dalam sana sedang memainkan sebuah piano yang tadi didengarkan oleh Alea. Dia menoleh lagi ke arah pintu seolah menebak apa yang membuat Alea tadi menangis.Ruangan super boy's memang berbeda, segala fasilitas mewah ada di dalamnya. Mulai dari piano, alat golf mini, ruang fotografi dan berbagai alat permainan yang mahal serta furniture yang mahal
"Lea, bisa anterin minuman dingin ke lapangan basket ga? Ada yang pesen neeh," kata Bang Ical ke Alea."Boleh bang, emang berapa banyak?" tanya Alea balik."10 botol. Kamu bawa sekalian pembuka botol ama pipetnya ya. Sorry loh susahin kamu. Aku lagi urus barang dateng neeh.""Ga papa Bang, santai aja. Abang jaga meja kasir bentar ya?"Alea segera menghitung pesanan konsumen yang akan diantarnya. Dia sudah membawa struk belanjaannya. Dia senang bisa masuk ke dalam kampus. Dia bisa melihat aktifitas anak kampus yang akan ingin segera dia wujudkannya.Alea sudah sedikit hafal dengan struktur bangunan kampus ini. Dia memang beberapa kali mengantarkan pesanan ke dalam kampus. Dia akan mengendarai motor matic Bang Ical saat mengantar pesanan.Alea membelokkan motornya ke arah lapangan basket yang ada di tengah kampus. Dia memarkir motornya dan membawa keranjangnya menuju lapangan."Minuman dingin," kata Alea setengah berteriak mencari pemes