Share

Godaan Sebuah Hadiah

Tok tok tok

"Selamat siang pak," sapa Alea saat dia memasuki ruangan Pak Regan.

"Masuk Alea. Duduk dulu di situ ya," jawab Pak Regan yang menyuruh Alea duduk di sofa ruang guru.

Beberapa guru melihat ke arah Alea dengan pandangan tidak suka. Karena memang para guru di sini menginginkan muridnya anak orang kaya semua.

Tunjangan mereka sedikit dipotong untuk anak berbeasiswa seperti Alea ini. Padahal di sekolah megah ini, anak yang bernasib seperti Alea hanya 10 orang, tapi mereka sudah mengeluh saat tunjangan mereka sedikit di potong.

"Alea, ini ada bonus dari lomba sains 2 bulan lalu. Kamu terima ya?" kata Pak Regan sambil memberikan amplop di tangannya.

"Bonus pak? Bukannya yang terima harusnya Radit ya?" tanya Alea.

"Radit bilang, hadiahnya dibagi dua aja. Soalnya kan di lomba kemaren katanya kamu ikut bantu Radit di penelitiannya. Radit sudah ambil bagiannya kok tadi. Ambillah."

"Tapi pak..." ucapan Alea menggantung.

"Ga ada tapi. Ambil aja. Ato bapak transfer aja langsung ke tabungan kamu?"

"Hmm sepertinya itu lebih baik pak."

"Ya sudah tunggu sini bentar ya, bapak tranfer dulu ke kamu."

Pak Regan segera menggambil ponselnya dan mengirim sejumlah uang untuk Alea. Pak Regan tahu polemik yang terjadi di rumah Alea. Beliau salut pada Alea yang tidak melupakan belajarnya meskipun harus bekerja keras setiap hari.

"Nah, sudah terkirim ya. Ini buktinya. Kamu cek sendiri nanti."

Cliing...

Sebuah pesan masuk ke ponsel Alea. Dan itu pesan yang menyatakan kiriman uang dari Pak Regan sudah masuk.

"Makasih pak, tapi kenapa jumlahnya banyak ya?"

"Kamu tanya Radit aja. Itu udah bagian kamu katanya.

"Oh ya Alea, kamu masih mau ikut olimpiade sains ga taun depan?" sambung Pak Regan.

"Pengen sih pak, emang masih boleh?"

"Kalo bapak sih boleh aja, tapi anak-anak di club Sains minta diutamakan. Kamu ikut masuk aja di club itu."

"Alea ga punya waktu sebanyak mereka pak, Alea tidak punya waktu belajar bersama mereka."

"Tapi kamu siswa andalan bapak sebenernya. Nanti bapak diskusikan dengan anak club dulu ya."

Setelah pembicaraan dengan Pak Regan selesai, Alea segera permisi kembali ke kelas karena bel pelajaran sudah di mulai.

Alea pun naik ke kelasnya. Kelas Alea sudah mulai ricuh karena guru belum masuk. Alea masuk ke dalam kelas lewat pintu belakang. Dia melihat seorang siswa sedang dirundung di belakang kelas. Siswa dari kelas bantuan sosial seperti dia. 

"Alea, udah terima bagian mu?" tanya Radit yang satu kelas dengannya.

"Udah, tapi kenapa lebih banyak?" tanya Alea meminta penjelasan.

"Kan yang punya ide kamu. Kamu juga yang mensetting segalanya. Aku cuma pekerja di penelitian kemarin. Kamu hebat Alea." kata Radit sambil tersenyum.

"Tapi harusnya ga gitu juga kali, Dit. Tapi kalo emang itu pantes buat aku, makasaih ya," ucap Alea sambil duduk di kursinya.

Selain sekelas dengan Radit, Alea juga sekelas dengan Keanu dan Raka, dua dari anggota super boys. Dua dari makhluk keren yang hidup di sekolah ini.

Perundungan di belakang kelas itu tampak masih berlangsung. Alea tidak ingin mendengarkan rundungan yang tampak mengerikan di telinganya. Dia takut kalau saja dia bernasib sama dengan orang itu, dia memilih menyibukkan diri dengan membuka buku pelajarannya.

"Heeehh apa itu di belakang kok rame ya!! Ayo cepetan duduk. Buka buku Kimianya halaman 36. Baca dan kerjakan soal latihannya. Nanti baru saya jelaskan," kata bu Utari saat memasuki kelas.

"Huuuuuu...." sorakan menggeluh terdengar dari setiap penjuru kelas.

Kebiasaan Bu Utari, murid disuruh belajar sendiri dan jarang menerangkan. Dia hanya membuka ponsel atau laptopnya entah apa yang dikerjakannya.

"Keanu, kok kamu ga ngerjain?" kata Bu Utari saat melihat Keanu sedang berdiam diri duduk di kursinya.

"Lagi males bu, tadi habis main basket masih capek."

"Oh, capek ya. Ya udah kamu istirahat ya. Nanti badan kamu lemes."

Lagi-lagi Bu Utari mencoba menarik perhatian Keanu dengan senyum genitnya.Padahal usianya 8 tahun di atas Keanu tapi nampaknya dia masih berselera dengan Keanu yang bening itu.

Suasana kelas menjadi tenang saat mereka sibuk mengerjakan tugas. Tapi tidak untuk kursi barisan belakang. Mereka sibuk bermain tidak ingin mengerjakan tugas. Untung saja Alea duduk di depan. Dia tidak terganggu sama sekali kalo sedang belajar. Gedung runtuh pun sepertinya Alea tetap akan berkonsentrasi.

"Alea, no 5 apaan jawabannya?" tanya Martha yang ada di belakang Alea.

"Cari tau sendiri. Baca bukunya, ada kok," jawab Alea sambil tetap mengerjakan.

"Iissh awal lu ya!!" kata Martha geram.

Alea cuek saja, dia tidak mau terlibat dengan orang-orang seperti itu.

"Bu, yang sudah selesai boleh dikumpul?" tanya Radit.

"Eeh Radit. Silahkan Dit, kamu emang murid ibu yang paling pintar," puji Bu Utari.

Radit maju ke depan dan menyerahkan bukunya. Dia berhenti sejenak di meja Alea.

"Belum selesai?" tanya Radit.

"Masih bingung no 12. Ada dua jawaban mirip soalnya," jawab Alea.

"Eeh Alea!! Jangan minta jawaban ke Radit, pikir sendiri!!" kata Bu Utari tegas.

"Ga kok bu. Ga minta jawaban," jawab Alea membela diri.

"Iya bu, saya cuma tanya udah selesai apa belum?" jawab Radit membela Alea.

"Ya udah bawa sini, jangan banyak diskusi. Minggu depan kita ulangan bab 2 ya. Siapkan semuanya," kata Bu Utari memberi pengumuman.

"Huuuuu...," sorakan kembali terdengar.

"Belum jelas bu, udah main ulangan aja."

"Iya neeh, mau belajar apa coba?"

"Ga asik ah, udah main ulangan aja."

"Sudah diam, jangan banyak protes!!"

Alea maju dan mengumpulkan tugasnya. Dia berjalan menuju ke belakang kelas menuju lokernya. Dia ingin mengambil buku untuk pelajaran selanjutnya.

Saat dia membuka pintu lokernya, lagi-lagi ada sebuah mainan mini berbentuk kero keropi di atas tumpukan bukunya. Alea selalu menemukan mini figure itu di sana sejak 2 bulan ini. Entah dari siapa dia tidak pernah tahu. Padahal dia selalu mengunci lokernya, namun boneka kodok hijau bermata lebar itu selalu nangkring disana.

Kero keropi memang figur boneka kesukaan Alea. Mama Alea dulu suka sekali menceritakan tentang dongeng pangeran yang disulap menjadi seekor kodok dan akan berubah menjadi pangeran tampan lagi saat menemukan cinta sejatinya. Alea sangat suka dengan cerita itu meski harus diceritakan berulang-ulang oleh mamanya.

Alea mengambil mainan itu dan juga buku pelajarannya. Alea memainkan keropinya di tangannya. Keropi sungguh bisa membuatnya tertawa dan menghilangkan kejenuhannya.

Jam pelajaran berakhir, kelas menjadi ricuh kembali sambil menunggu pergantian kelas. Mereka mulai bermain dan mengobrol lagi dengan teman lainnya.

Alea membuka ponselnya. Dia membrowsing tempat kerja partime mana lagi yang harus dia masuki. Bulan depan kontraknya di sebuah restoran cepat saji akan berakhir, dia membutuhkan pekerjaan baru untuk bulan depan. 

"Alea, lu makan apa sih kok pinter amat?" tanya Raka yang tiba-tiba ada di sebelah Alea.

Alea sedikit kaget dengan kehadiran sosok play boy sekolah di sebelahnya, "Ya makan nasi lah. Emang ada makanan lain ya?"

"Kok lu pinter? Apa otak gw beda ya ama lu?"

"Hmmm ga tau. Kan kamu yang lebih tau," jawab Alea sambil melihat bukunya.

"Otak lu isinya cwe mulu, otak Alea isiny buku itu bedanya," kata seorang teman Alea di kelas yang membuat beberapa murid pria tertawa.

"Ini bagus, buat gw ya?" kata Raka sambil mengambil mini figure milik Alea.

"Jangan," kata Alea sambil mencoba mengambil miliknya.

"Punya gw sekarang. Soalnya udah di tangan gw," Raka berjalan menuju belakang kelas meninggalkan Alea.

"Raka jangan ... Itu punya aku," kata Alea sambil mengejar Raka ke belakang kelas.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status