Share

02—Reuni

2020—Saat ini

Ting.

BUKBER AKBAR ANGKATAN 2 SD Al-Ikhlas Bogor

Clara mengernyit saat tiba-tiba ada notifikasi masuk di layar ponselnya. Ya, entah dari mana salah satu temannya mendapatkan nomornya dan ia dimasukkan ke dalam grup buka bersama tersebut yang berisikan lebih dari 50 orang. Ia mencuriga Ghifary atau Ica—sahabatnya yang kebetulan satu sekolah dengannya—andil dalam hal tersebut.

Ting.

Ting.

Ting

Getaran ponselnya semakin lama semakin mengganggu konsentrasinya dalam bekerja. Siang ini memang cukup terik walau dia berada di dalam gedung yang full AC tapi hawa panas yang menembus dari jendela kantornya yang langsung mengarah ke tempat duduknya tak bisa ia acuhkan.

"Apasih." Gerutunya sambil membuka grup tersebut. Ia mendapati beberapa temannya me-mention dirinya.

Dio: Nina ikut nggak?

Laras: Geng-an gue ikut semua! @Rista, @Kama, @Lira sama @Ola

Ola: Yok diabsen gaes abseennnnn

Ghifary: @Clara lo ikut kan? 

Dio: Dih si Clara mah pasti ga ikut jir

Pras: Wkwk dia emangnya pernah ikut? Udh bukber ke brpa ini woyy

Clara memutar matanya, sebal tapi ia tetap melanjutkan membaca chat itu sampai mention-an kedua namanya.

Ghifary: Aman sih @Clara pasti ikut. Wong ada pawangnyaa *smirk

Ditto: ????

Dio: ???????

Pras: ?????

Rista: Maksudnya gmna gip

Sontak Clara berhenti untuk scroll lebih lanjut karena ada 1 nama yang sangat-sangat anti untuk ia ucapkan.

"Joy." Lirihnya.

Ghiffary: Tenang sodara-sodara semua! @Joy a.k.a cowok bringsakan ini bakal hadir wkwkw karena dia yang jadi ketua panitia acara ini :*

***

Setelah membaca beberapa chat lainnya yang kurang lebih mengatakan betapa semuanya antusias untuk datang ke acara Buka Bersama tersebut, akhirnya Clara duduk dengan lemas. Pikirannya berkelana tanpa tujuan, pekerjaannya sudah dia tidak pedulikan lagi. Bahkan saat atasannya memanggilnya, tidak ia gubris sama sekali—karena saking fokusnya bengong sampai tidak terdengar—yang akhirnya kena teguran.

"Apasih ini astaga!" Makinya dalam hati. Debaran yang menyesakkan di dadanya datang tiba-tiba saat hatinya melafalkan satu nama terlarang—well, terlarang untuk dia ucapkan.

"Eh Ra, udah ada reader data sama grafiknya dari Tim Editor belum?" Tiba-tiba saja Yudith—teman kerjanya—sudah di depannya sambil melirik pada layar komputernya. Saat ini Clara bekerja pada salah satu Start-Up baru yang bergerak dibidang kepenulisan secara online—PENA

Clara menggeleng lemah. Yudith dan dirinya sudah berteman cukup dekat dari awal bekerja jadi semenjak dekat, mereka berdua sudah saling bertukar cerita dan tak luput, Clara pun sudah menceritakan tentang lelaki yang sudah berhasil menyita perhatian dan perasaannya selama hampir seluruh hidupnya.

Alih-alih menjawab pertanyaan Yudith, Clara menghebuskan napas sambil menatap memelas. "Gue kan mau ikut bukber SD gue ya. Udah planning emang tahun ini gue fix mau ikut. Tapi tau ga?" 

Clara kembali menghela napas berat. "Ada dia, Yudith."

Yudith yang belum memahami duduk permasalahannya, tercengang bingung. "Hah?"

"Joy." Satu nama. Satu kata dan Yudith pun langsung paham.

Yudith mengangguk pelan, dia mengambil kursi kosong yang ada di belakang Clara—satu kubikel kosong milik kak Tio yang sedang cuti—lalu duduk disamping Clara sambil mengelus pucuk kepalanya dengan gemas.

"Utututu... Clara tayang lagi bete." Bukannya terhibur, Clara malah kesal.

"Ish! Temennya lagi galau malah gitu! Sana lanjutin kerjaan!" Usirnya.

Yudith tertawa. "Lo juga, bat! Dasar, galak."

"Hei, sobat! Sadar diri ya anda." Ledeknya, Yudith dan beberapa temannya memang suka menggunakan kata "sobat" ketika sedang bercanda atau saling memanggil tanpa nama. 

Setelah Yudith kembali ke kubikelnya, Clara menghela napas yang sudah entah berapa kali sejak tadi. Hancur sudah rencananya.

Memang, selama ini bisa dihitung dengan jari berapa kali dia ikut Reuni alias Buka Bersama dengan teman satu angkatannya sewaktu Sekolah Dasar dulu, bahkan kalau diingat-ingat tidak pernah—jika Ghiffary dan Ica masuk ke dalam kata 'Reuni' maka, ya dia cukup sering melakukan hal tersebut, mungkin empat kali?

***

"Ra, sorry ya gue nggak nanya lo dulu."

Ica menyatukan kedua tangannya di depan dada sambil menatap memelas kearahnya. "Hm."

"Dih, nih orang aneh. Udah belasan tahun juga, masih aja kaku kayak kanebo baru lu." Sindir Ghifary.

Ya, setelah kemarin syoknya berakhir sampai jam pulang kerja—yang untungnya tidak kena tegur atasannya lagi—dan berakhir dengan komplenannya pada kedua sahabat yang jahilnya ini dan disinilah mereka. Bukber kali ini, mereka bertiga bertemu dengan muka Clara yang ditekuk semenjak duduk di depan keduanya.

"Ham hem ham hem aja lu." 

Clara membuang napas kesal. "Lu kan tau ya, Ghif. Gue nggak bisa kalau ada...you know." Bisiknya pelan pada dua kata terakhir—walau sebenarnya tidak ada yang bakal sadar atau tahu juga siapa yang dia bicarakan jika menyebutkan nama orang itu di restoran ini.

"Setiap ada reunian doang kek, angkatan kita doang kek, berapa angkatan kek, gue nggak pernah mau ikutan karena takut ketemu." Kesalnya.

Jeda sejenak, ia menyeruput jus mangganya. "Tapi semisalnya gue ikut ya, kalian wajib bareng gue!"

Ica mengangguk, juga Ghiffary. "Iya santai aja sih. Gue juga nggak deket-deket amat sama yang lain."

Ica kembali mengangguk, menimpali. "Iya bener tuh, Gip. Dari pada canggung banget, mendingan kita sama-sama aja."

Akhirnya Clara bisa bernapas lega. Setelah menimang-nimang semalaman suntuk kemarin dan malam ini—setelah ia pulang dari buka bersama kedua sahabatnya, ia merasa ada setitik kelegaan.

I mean, ini kan udah lebih dari 15 tahun terakhir gue ketemu dia. I think everything's gonna be okay, right?, tanyanya dalam hati.

Mengangkat tangan kanannya, ia memicingkan sebelah mata, melihat bintang-bintang yang bertaburan dilangit-langit kamar melalui sela-sela jemari.

"Joy."

Duh, menyebutkan nama lelaki itu dengan lantang saja membuat debaran pada dadanya muncul tanpa aba-aba.

"Joy."

Ia ulangi untuk yang kedua kalinya dan tetap, debaran itu masih ada, malah semakin menyesakkan.

"Joy."

Sebutnya untuk yang ketiga kalinya namun berakhir dengan sudut matanya yang memanas. Memang masih sulit untuknya tapi mau bagaimana lagi?

15 tahun berlalu dan sampai detik ini dia masih belum bisa bergerak maju meninggalkan bayang-bayang masa lalu. Clara menurunkan tangan kanannya untuk menyentuh dadanya yang sekarang terasa sedikit kebas dan nyeri. 

Ting.

Bunyi pesan masuk menghentikan isaknya yang perlahan mereda. Pelan, ia mengusap kedua mata dengan lengan bajunya lalu setelah mengatur napas, ia mengambil ponselnya dari nakas yang berada di sebelah kanan tempat tidurnya.

"Sial." Rutuknya.

Entah memang kebetulan saja atau ada hal ghaib yang terjadi saat dia menyebutkan nama terlarang tersebut sebanyak tiga kali.

Saat ini ia menatap ponselnya dengan tatapan bingung juga senang. Sudut matanya kembali memanas dan dadanya kembali disergapi oleh sesak. Selain hal menyakitkan itu, entah mengapa rasanya kupu-kupu sedang berterbangan diperutnya saat ini. Tidak mungkin ia makan kupu-kupu hanya untuk merasakan senang seperti ini kan? Ah begini rasanya diingat setelah sekian lama diabaikan.

Pesan Whatsapp

21.00 | +62-87-9999-****: Hi Clara!

21.30 |+62-87-9999-****: Masih inget aku kan? 

21.34 | +62-87-9999-****: Kalau kamu lama balas karena takut ini orang nggak jelas wkwk well, it's not. Aku Joy. Save nomorku ya! 

21.45 | +62-87-9999-****: Eh, ini bener nomor kamu kan ya? Aku dpt dari grup reuni kita

Comments (1)
goodnovel comment avatar
alanasyifa11
kayaknya bakal menarik nih,btw author bakal update tiap berapa hari yah..? author ada sosmed engga?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status