Share

03—Hi!

Berkat empat chat dari lelaki itu, ia telat bangun dan setengah jam telat ke kantornya. Untung saja dengan alasan klasik sejuta umat. Sakit.

"Saya agak kurang enak badan, Pak. Tadi pagi saya diare. Makanya telat sampai. Maaf ya Pak, saya telat."

Atasannya mengangguk mengerti. Kebetulan juga saking buru-burunya, ia lupa memoles lipstick, jadinya ia pucat alami. Dalam hati ia tertawa sedikit, agak terhibur dengan kejadian ini. 2 tahun bekerja disini, baru 2 kali ia telat selama ini. Pertama karena ada gangguan di kereta yang ia tumpangi saat itu dan yang kedua, well, karena orang itu. 

Setelah menaruh tas di meja kerjanya, ia segera pergi ke toilet untuk memoles bibirnya.

***

Pukul setengah tujuh malam dan Clara baru keluar dari kantornya. Untungnya tadi ada beberapa teman kerjanya yang masih berada di dalam kantor dan memang memesan makanan cepat saji untuk berbuka cukup banyak, jadinya dengan baiknya temannya itu berbagi makanan tersebut untuk Clara dan dua teman lainnya.

Ting.

Clara mengambil ponselnya dari dalam saku blazzer dan langkahnya berhenti saat hendak menyebrangi jalan, kebetulan juga sudah lampu hijau.

+62-87-9999-**** is Calling

Ini siapa ya?, tanyanya dalam hati. Rasanya pernah ia lihat nomor ini tapi karena belum ia save dan ia pun ragu untuk menjawab, akhirnya ia diamkan saja.

Bukannya apa-apa, jaman sekarang banyak scammer yang handal dan bisa menghipnotis hanya lewat suara saja, makanya ia jadi mudah curiga dan hati-hati.

+62-87-9999-**** is Calling

"Halo?"

Walau ragu akhirnya ia angkat juga. Terdengar dari seberang sana tawa kecil. "Akhirnya kamu angkat juga."

"Hah? Ini siapa ya?"

"Wah parah ya, nomor aku belum kamu simpan juga."

Kini kebingungannya semakin menjadi-jadi. Siapa ini?

Setelah hening beberapa detik, akhirnya lelaki itu berdeham kecil. "Oke, baiklah. Halo, Clara. Ini aku, Joy."

Napasku tercekat. Holly sh*t!, makinya dalam hati. Setelah sekian belasan tahun berlalu dan akhirnya ia bisa mendengarkan suara yang hanya bisa dia dengarkan di dalam mimpi, akhirnya ia tahu juga suara bariton milik lelaki itu.

"Halo?"

Clara berdeham. "Oh ya. Hi."

What the hell, Clara? Hi? 

"Kamu lagi dimana deh? Kok agak berisik?"

Clara sampai lupa saat ini masih berada di depan zebra cross yang sepertinya sudah dua kali berganti dari hijau ke merah sampai ke hijau lagi.

"Kamu baru pulang dari kantor ya?"

"Iya."

"Kantor kamu di daerah mana?"

"Kuningan."

"Kamu udah buka puasa kan?"

Demi kebaikan untuk jantungnya yang semakin lama telponan ini semakin ingin lompat dari rongganya, Clara mohon agar kejadian yang selama ini ada di dalam mimpinya itu tidak terjadi. Please... pleasee.. jangan ajak ketemu gue, pleaseee.... pintanya, tangan kiri yang bebas membelit tali tasnya kuat.

"Hm, udah?"

Lelaki itu tertawa. "Kok kayak nggak yakin gitu? Yaudah, temenin aku aja ya. Aku baru minum aja buat batalin puasa soalnya."

Clara yang sejak beberapa menit lalu sudah menyingkir dari zebra cross dan duduk di bangku yang tak jauh dari sana, hanya bisa memandang jalanan yang makin malam, semakin padat.

"Hmm..."

"For old time's sake, Ra! Yuk."

Setelah Clara menyebutkan lokasinya saat ini, sambungan tersebut berakhir. Juga hidupnya sepertinya.

Ah, lebay lo! sindirnya pada dirinya sendiri.

"Kenapa semakin lama, semakin hidup lo kayak nggak jelas gini sih, Ra?" Racaunya sendiri.

"Udah gila emang lo!"

"Astaga! Ilangin perasaan ini, ya Allah." Jeritnya lagi sambil memukul dadanya pelan. Beberapa pejalan kaki meliriknya aneh. Biarlah, pikirnya. Toh mereka tidak kenal dirinya juga tidak ikut membayar tagihannya, peduli amat.

Bunyi klakson menyadarkannya akan kegilaannya. Belum sempat touch up, belum sempat apa-apa dan lelaki ini sudah sampai di depannya dengan Range Rover Sport 3.0 HSE yang membuat Clara insecure

Jendela dari kursi penumpang menurun dan menampilkan makhluk paling indah yang pernah Clara lihat—oke, Clara akui ini bias karena... ah sudahlah.

"Hi, Ra! Kalau kamu nggak bisa ngenalin suara dan muka aku, aku kasih tau lagi nih. Aku Joy, temen SD kamu. Bukan penculik atau tukang hipnotis ya."

Clara tersenyum sembari tertawa kecil dan mendekati mobil tersebut. "Iya iya, sorry."

Joy membukakan pintunya dari dalam. D*mn, tinggi banget nih mobil. Untungnya saat ini ia memakai celana jeans favoritnya jadi ia tidak kesulitan saat menaiki mobil ini.

Joy tersenyum manis ke arahnya beberapa saat setelah mobil sudah berjalan dan berhenti di pertigaan karena terkena lampu merah. Lelaki itu kembali meliriknya yang membuat Clara jengah.

"Kenapa sih? Ada yang salah sama muka aku?"

Clara meraba-raba wajahnya. Joy tertawa. "Bukan, aku masih pangling aja sama kamu."

"Hah?"

"Iya beneran. Dulu kan kamu chubby gitu." 

Sontak, semburat merah menjalari pipinya. "Sial."

"Tapi masih tetep gampang merah ya muka kamu." Tambah Joy yang membuat Clara mendelik sebal walau kedua tangannya sedang menutupi pipinya.

"Gemes."

Tolong ya anda! Jangan banyak ngomong pakai gulaa, teriaknya yang lagi, hanya bisa ia jeritkan dari dalam hati.

Clara baru ingat. "Oh ya, kamu mau makan di mana?"

"Di daerah depok aja, mau?"

"Hm boleh. Tapi kamu masih kuat ngga? Kamu kan katanya baru minum aja tadi."

"Tadi aku udah ngemil dikit sih."

"Beneran nih? Nggak mau cari yang deket sini aja?"

Joy menggeleng sambil melirik jam Victorinox Swiss Army-nya. "Nggak apa-apa kok. Sekarang aja udah hampir setengah delapan, nanti kalau kejauhan dan makin malam, kamu jadi kemaleman pulangnya. Masih kena jam malem kan ya sama papa kamu."

Clara mengangguk. Benar juga. Diusianya yang terbilang sudah cukup umur untuk tinggal sendiri, nyatanya ia masih tinggal bersama kedua orangtua dan kedua adiknya. Oleh karena itu, jam malampun masih harus ia patuhi.

Sate Taichan Bang Gondrong di Margonda menjadi pilihan lelaki itu. Ia sendiri agak heran, kenapa Joy pilih di Margonda? Secara disini juga pusat kemacetan di daerah Depok.

Clara melirik jam yang sudah menunjuk pukul depalan lewat lima. "Ra."

"Hm."

"Kamu ikut kan bukber angkatan?"

Gerakan tangan Clara berhenti saat sedang mencolek sambal di depannya. "Sepertinya begitu."

"Kok gitu? Ada kemungkinan kamu nggak ikut emangnya?"

"Ya kita kan nggak boleh menjanjikan hal yang kita nggak bisa prediksi." Jawabnya sok sambil melihat apa saja selain lelaki yang ada di depannya.

Bukannya Clara tidak sadar, tapi sedari tadi Joy beberapa kali memperhatikannya. Ia bisa merasakan jika seseorang tengah melihat atau menatapnya. Ia sangat jengah dan tidak nyaman tapi ada sedikit rasa 'senang' juga.

Dari sekian puluhan tahun hidup dari dalam mimpi bahwa kejadian ini akan terjadi dan pada sampai di titik, ia 'sadar' bahwa semua mimpinya tidak akan pernah terjadi dan hanya akan ada di dalam mimpi. Tiba-tiba saja semesta seakan menguji kewarasannya. 

"Dih, kamu kenapa tiba-tiba merenggut gitu? Nggak enak ya Taichannya?"

Menggeleng, Clara menggambil jus mangganya. "Bukan, lagi kepikiran sesuatu aja."

"Care to share?"

"Nothing important."

Joy sanksi. "Biasanya kalau ada cewek bilang 'nggak apa-apa', pasti apa-apa."

"Ih seriusan, nggak penting banget." Clara tertawa canggung. Bisa habis dirinya kalau Joy sampai tahu apa yang ada dipikirannya.

Malam itu, ketika mereka sudah selesai makan dan ngobrol ringan tentang pekerjaannya yang Clara baru tahu bahwa setelah Ayah lelaki itu meninggal, Joy harus melanjutkan perusahaan ayahnya yang bergerak di bidang Properti dan Real Estate. Pantas saja dari apa yang lelaki itu kenakan dan pakai, semuanya menjerit kata mewah.

"Ra." Panggil Joy ketika sudah sampai di depan pos satpam dekat rumahnya. Ia sengaja melarang lelaki itu untuk mengantar sampai di depan rumahnya. Biarin Joy nggak usah tau rumah gue persisnya di mana, pikirnya.

"Ke acara bukber angkatannya." Joy menjeda, kemudian memalingkan wajah ke arahnya—yang jujur saja, membuat detaknya semakin menggila. "Ke acaranya bareng sama aku ya."

Pernah denger suara jantung yang mau meletus nggak? Nih sebentar lagi jantung gue mau meletus!

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Mayang Purnama
lol kalo aku jadi Clara, ogah aku temuin si cowok itu
goodnovel comment avatar
Vita Destia
wkwk entak kenapa ngakak xD
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status