Share

Bab 5

Author: RENA ARIANA
last update Last Updated: 2021-04-29 13:31:29

POV Vira



Aneh sekali hari ini kelakuan Mas Duta. Membuatku muak. Sepertinya sikap Mba Nita yang mendiamkannya, mampu mempengaruhi isi otaknya. Menjadi yang kedua sungguh tidak enak. Itu yang kurasa. menyebalkan! Aku harus berpura-pura baik pada mba Nita. Aku harus bersembunyi di balik topeng kebencianku padanya. 


Jujur saja, aku sendiri ingin memiliki Mas Duta seutuhnya. 

Namun, apalah daya, aku juga tidak mampu berbuat jahat. Walaupun aku mampu menjadi wanita kedua di hati Mas Duta, aku tidak ingin menjadi wanita pelakor yang jahat seperti diacara TV. Begini saja, namanya juga manusia, wajar memiliki rasa tidak suka. 


Mba Nita sangat cuek, pendiam dan hampir tidak pernah berbicara. 

Kebiasaannya hanya mengurung diri di kamar. Asik bermain handphone bersama Adnan. Melihat mereka sangat kompak, memiliki anak dari Mas Duta.


Adnan anak yang baik, dan mengerti akan kesibukkan Mamanya. Umurnya baru sembilan tahun. Namun, nalarnya mampu berpikir mandiri, memang didikan Mba Nita luar biasa, mampu menumbuhkan buah hati yang jauh dari kata manja. 


Kemesraan yang ia tunjukkan pada ibunya membuatku ingin dipanggil mama. Pernah aku mencoba memintanya dengan sopan, tetapi dia menolakku.


 "Maaf, Tante, Adnan gak bisa gantiin posisi Mama di hati Adnan." Begitu ucapannya. Rasanya aku sungguh ingin memiliki seorang anak. Aku harus cepat memiliki anak dari Mas Duta.


🖤🖤


 "Vira kenapa kamu merenung?" 

Suara Mba Nita mengagetkanku.Tumben Mba Nita menyapaku. 


   "Em ... enggak apa-apa Mbak, tumben Mbak Nita pulang masih sore?" ucapku bertanya. Mbak Nita hanya menyunggingkan senyum. Tidak bisa kupungkiri, senyumnya sungguh manis, memiliki dua lesung Pipit yang begitu dalam. Manis ... sekali. 'Ternyata begini senyum manisnya' 


"Vira ... sini duduk di sebelah saya," Aku menghampirinya "Iya, Mbak," jawabku.


"Boleh aku bertanya padamu?" tanya Mbak Nita.


"Boleh Mbak silahkan."

Kulihat wajahnya begitu tenang.


"Kamu kenapa mau menjadi istri kedua?" tanya Mbak Nita.


"Apakah saya harus jujur, Mbak?" ucapku.


"Iya ... katakan yang sejujurnya!" pintanya


"Pertama, jelas karena Mas Duta tampan. Kedua, Mas Duta juga mapan. Ketiga, pesonanya mampu membuat wanita manapun jatuh hati. Keempat, saya mencintainya. Saya tau Mbak, saya salah, tapi saya cinta dengan Mas Duta.

"Jika saya tidak mampu memilikinya, hati saya terasa sakit. Lagi pula dia menikahi saya Mbak, saya tidak diam-diam menjalin hubungan dengannya, menjadi yang kedua memang memalukan untuk saya, tetapi saya ingin membahagiakan hati saya. Tidak peduli cemohan orang di luar sana, nanti juga mulut-mulut berbusa mereka akan berhenti dengan sendirinya."


Mbak Nita masih terdiam dengan jawabanku, aku lihat dia masih tenang dan hanya mengangguk. Setabah itukah hatinya? tidak seperti wanita di film-film yang suka kulihat, hanya menangis dan menangis, meratapi nasib di tinggal suami nikah lagi.


"Dimana kamu mengenal Duta, Vir? tanya Mbak Nita lagi. 


"Di kantin kantor Mbak, saat itu Mas Duta mencuri pandang pada saya. Menghampiri saya dan meminta nomor ponsel saya. Saya yang terpana akan ketampanannya, tergoda untuk memberikan nomor ponsel saya, akhirnya kami mulai berkirim pesan, lama-lama semakin dekat, dan semakin mesra, Mas Duta bercerita, dia telah memiliki seorang istri, karena saya sudah menaruh hati, 

maka kuterima pinangannya.

"Lagi pula, Mas Duta sangat tampan dan kaya, Jadi saya tidak dapat menolaknya," jawabku.


'Tapi sebelum itu aku menjalin hubungan tanpa menikah terlebih dahulu, aku tida tahu dia telah beristri' ucapku dalam hati.


Sekali lagi Mbak Nita hanya tersenyum. Benar-benar membuatku bergidik.

Terbuat dari apa wanita satu ini.


"Saya masuk kamar dulu, Vir," ucapnya. Sebelum aku menjawab, Mbak Nita sudah berlalu dari pandanganku.


🖤🖤🖤



Mas Duta masih uring-uringan.

Aku coba menghampiri dan menenangkannya. Dia terlihat begitu marah.


"Nita udah pulang, Vir?" tanyanya.


   "Sudah, Mas, sedang beristirahat di kamarnya."

 Mas Duta bergagas keluar dan membanting pintu kamarku, sepertinya dia menuju kamar Mbak Nita. Sempat kulihat sesaat sebelum berlalu wajahnya merah penuh emosi. Aku pun mengikuti langkahnya keluar. Hanya ingin memastikan dia baik-baik saja. Entah masalah apa yang sedang dipikirannya.


Terlihat Mas Duta mengetuk pintu kamar Mbak Nita. Namun, tak kunjung dibuka.


"Nita ... buka!" triak Mas Duta.

Mbak Nita masih belum membukanya.


"Nita ... buka pintu!" triak Mas Duta lagi sambil terus menggedor.

Mas Duta terlihat semakin marah, akhirnya mencoba mendobrak pintu kamar mbak Nita.


"Papa!" triak Adnan mengagetkanku. Namun, tidak dihiraukan oleh Mas Duta.


"Pap-," Belum sempat Adnan melanjutkan ucapannya, Mbak Nita membuka pintu kamarnya. Adnan pun berlari menghampiri Mamanya dan  memeluknya erat.


"Mama … don't sad." Adnan bergelayut manja pada Mbak Nita.


"Mama tidak sedih sayang … lihat ini, Mama tersenyum," ucap mbak Nita sambil tersenyum di depan wajah putranya. Adanan memeluk Mamanya dan berucap, "I love you, Mama." Aku yang melihatnya sedikit terharu. Mas Duta sudah terlihat agak tenang. Namun, Mbak Nita masih mengabaikannya.


"Nita …! aku mau ngomong sama kamu!" ucap Mas Duta.


"Nanti … setelah anak saya beristirahat," tolak Mbak Nita.



Mereka keluar meninggalkan aku dan mas Duta. Terlihat Adnan juga mengabaikan papanya. Kulihat mereka bergagas keluar dengan penuh keceriaan sambil bergandengan tangan. Melihat Pemandangan itu membuat hatiku merasa terharu dan tersentuh. Sepertinya aku bisa merasakan kepedihan mereka.


'Ya Allah ….'

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tety Juniarwati Saragih
Manusia-manusia gak punya rasa syukur ya gini,. Perempuan baik tak akan pernah mau jadi kedua dan merusak rumah tangga wanita lain.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • First wife's revenge (PEMBALASAN ISTRI PERTAMA))   Bab 33

    Beberapa tahun kemudian.Allhamdullillah aku kini sedang mengandung anak keduaku dengan suamiku tercinta, Brata Atmaja. Kini aku sudah menjadi Ibu dari tiga orang anak walaupun yang satu masih dalam kandungan. Kehidupanku sangat bahagia.Bang Adnan sekarang sedang kuliah di luar negeri, tepatnya di Amerika. Semakin dewasa Adnan semakin tampan dan sangat mirip dengan Papanya dan berlesung Pipit seperti Ibunya. Sebentar lagi dia akan kembali ke Indonesia untuk berlibur. Hati ini rasanya sangat rindu dan tidak sabar menyambut kedatangannya. Putraku kini sudah besar dan berhasil menyelesaikan pendidikannya.Gama dan Nanda kini mereka sudah menikah. Nanda sendiri sedang mengandung anak pertamanya. Nanda ikut Gama tinggal di Bali mengurus hotelku di sana. Hotel itu

  • First wife's revenge (PEMBALASAN ISTRI PERTAMA))   BAB 32

    POV NitaAkhirnya aku bisa menikah dengan orang yang benar-benar luar biasa. Baik dan penyayang. Semoga Allah menjaga pernikahan ini, dihindari dari yang namanya godaan wanita. Walau bagaimanapun aku pernah gagal, aku tidak mau gagal untuk kedua kalinya. Rasa trauma bekas penghianatan kemaren jujur masih terngiang dan menjadi ketakutan tersendiri. Memang tidak semua laki-laki sama. Namun, tetap saja masih ada rasa trauma. Terauma jika suamiku akan diambil perempuan lain."Ma … kasian, Papa," ucap anakku."Kenapa, Sayang?" Brata melirik kearahku."Papa sekarang tinggal di tempat Nenek. Tadi Adnan nelpon Papa, terus Papa bilang kalau

  • First wife's revenge (PEMBALASAN ISTRI PERTAMA))   Bab 31

    POV Vira"Mas kamu bener-bener Kelewatan," ucapku pada Mas Damar tapi dengan tawa jahat.Aku dan dia berjalan- jalan menggunakan mobil baru. Masih belum terfikir kami mau kabur ke mana, sebab kalau bandara pasti di jaga polisi. Secara Mas Duta pasti sudah melapor polisi."Biar si bodoh itu tau rasa!" Beraninya dia menyia-nyiakan kamu!" ucapnya."Tadinya aku kira kamu tidak akan mengajaku pergi. Kamu tidak pernah datang ke rumah Duta, semenjak dia menikah denganku," lirihku."Iya aku gak bisa dong liat kamu dengan orang lain! Jika kamu bahagia dengan mereka mungkin aku akan mengikhlaskan kamu. Nyatanya mereka seenaknya sendiri memperlakukan kamu." Entah ben

  • First wife's revenge (PEMBALASAN ISTRI PERTAMA))   Bab 30

    Dita kembali menelponku dia bilang ada kekacauan di kantor. Aku langsung bergagas ke sana. Kunyalakan mesin mobil dan kupacu secepat mungkin. Kalau untuk mengebut aku memang ahlinya bahkan aku mampu menempuh perjalanan dari rumah ke kantor hanya dalam waktu 15 menit.Aku melihat terjadi kericuhan di sana. Para karyawan berdemo meminta gajih bulanan mereka yang belum dibayarkan. Padahal masalah gajih sudah kuserahkan semua pada Damar. Dengan kesal aku mencari keberadaan Damar. Namun, tak kusangka Dita bilang Damar telah pergi."Brengsek Damar!""Dita kamu tenangkan dulu karyawan yang lain. Bilang saya akan membayar gajih mereka.""Siap, Pak"Aku bergegas ke ruangan Damar mencari apa pun yang dapat kutemukan. Namun, nihil, tidak ada yang kudapatkan. Akan tetapi ada sepucuk surat yang diletakan di meja. Dengan cepat aku membuka amp

  • First wife's revenge (PEMBALASAN ISTRI PERTAMA))   Bab 29

    "Sudah rapi?" tanyaku pada Vira. Dia terus memegangi perutnya."Serius ini mau di bawa pulang?" tanya Damar."Dokter bilang bisa dirawat di rumah, Mar. Lo tau sendiri keuangan gue lagi gimana sekarang."Makanya cari istri jangan yang malah nyusahin, sial kan kamu nikah sama pelakor ini," cetus Ibu. Entah kapan Ibu datang tidak ada kabar berita kedatangannya tiba-tiba saja Ibu muncul sepagi ini."Sudah, Bu Nengsih, ini rumah sakit tidak enak ribut-ribut," ucap Damar."Halah ini kan ruang VIP, tidak ada yang dengar," sanggah Ibu. "Udah si, cerain aja istri begini bikin sial aja."Damar hanya menggeleng kepala. Pusing juga dengar Ibu ngomong cerai tiap hari."Bagus lah, Bu. Kalau Mas Duta mau cerain saya, suatu keberuntungan untuk saya," sahut Vira kesal.

  • First wife's revenge (PEMBALASAN ISTRI PERTAMA))   BAB 28

    Setelah beberapa menit kami sudah sampai di rumah sakit. Aku langsung menuju ke ruangan Vira. Sedangkan Damar mampir ke kantin untuk membeli makanan. Sesampainya di depan pintu aku mendengar anakku menangis kencang. Langsung saja aku masuk. Kok tidak ada orang? Di mana Ibu? Mungkin Ibu sedang membeli makanan. Lalu, kenapa anakku berada di kasur Ibunya bukan di tempat bayi? "Cup … cup … cup, Sayang …" Aku langsung menggendong dan mendiamkannya. Sepertinya dia pup, jadi dia menangis. "Vir … !" panggilku. "Iya, Mas. Syukur Alhamdulillah Mas Duta sudah kembali," jawabnya terseok-seok keluar dari kamar mandi dan memegangi perutnya. "Masih sakit?" "Sedikit, Mas ... mungki efek triak-triak kemaren." "Ibu kemana?"

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status