Share

7. Rumah

Restu mendekatkan wajahnya ke Alina. Mata mereka sempat terkunci sepersekian detik. Posisi mereka persis sekali seperti orang yang mau berciuman, menyadari posisinya dan Restu yang sangat tidak aman Alina segera menerjangkan Restu menggunakan kaki sehingga Restu jatuh terjengkang ke belakang. Namun, tanpa Alina sadari Ia secara tak sengaja mengenai sesuatu yang sangat berharga bagi restu. Yaitu milik Restu. Alina menutup mulutnya, bagaimana ini? Ia terlalu panik dengan keadaan mereka sehingga tidak bisa berpikir dalam melakukan tindakan.

"Kak Restu, Alin minta maaf. Sumpah itu nggak sengaja, ya ampun aku minta maaf banget, Kak," ucap Alina.

"Bodoh, kau tak tau rasanya. Sangat sakit gila! bisa-bisa kehilangan masa depan aku."

"Alin, emang nggak tau rasanya, maaf, Kak. Lina benar benar minta maaf, itu tadi Lina refleks," ucap Alina bersungguh sungguh.

"Maka, akan kubuat kau tau rasanya, Alina!"

Mendengar ancaman tersebut mata Alina membelalak bukankah itu tanda bahaya, ia merasa dirinya dalam bahaya. Apa yang harus Alina lakuan? Ia benar-benar tak sengaja menendang Restu. Namun, namanya juga manusia walau salah ia akan menghindar juga. Alina segera berlari menghindari Restu dengan tujuan Restu tak dapat menangkap dirinya. Namun, secepat apapun Alina berlari ia tetap kalah oleh Restu hingga ia tertangkap oleh Restu.

"Nggak, Kak tadi Alina nggak sengaja, sumpah, percaya sama Alina. Alina nggak mau di balas," ucap Alina saat Restu berhasil menangkap dirinya.

Posisi mereka begitu tak enak di lihat. saat ini Restu seperti orang yang memeluk Alina jika di pergoki orang lain mungkin mereka sudah di arak keliling kampung, Restu mendorong Alina ke sofa yang ada di dekatnya, lalu ia menggelitik Alina sampai dia minta ampun pada Restu. Namun, Restu tak menghentikan itu. karena sakit yang di rasa Restu belum hilang.

"Ampun, Kak! Alina nggak kuat di gelitik! maafin Alina, Kak, Alina nggak Sengaja tadi," ucap Alina dengan nafas ngos-ngosan.

"Baru segitu aja nggak tahan, cemen!"

tanpa mereka sadari ada seseorang yang mengamati mereka dari jauh.

seseorang yang melihat dari kejauhan menggaruk kepalanya, semudah itukah mereka dekat? ia berjalan ke ruang tamu dan mendekati dua orang itu untuk menghentikan kedekatan mereka. syukur syukur kali ini dia yang memergoki bukan orang lain. Kalau orang lain mungkin akan terjadi kesalahpahaman nantinya.

"Kalian seperti orang pacaran mmm, maksudku posisinya itu itu ... gimana ya, akward sekali. mungkin kalau orang lain yang memergoki kalian, mungkin kalian bisa di arak dengan tuduhan hampir melakukan zina."

Restu menyadari posisi mereka yang lumayan intim, beruntung yang menemukan mereka Raka. dia saat ini menindih Alina untuk menahan Alina agar tak lari saat dia gelitik tadi hingga tanpa sadar posisi mereka seperti ini. Namun, menyadari itu ia langsung mengubah posisinya. ia jadi merasa tak enak, terlebih lagi Restu tau kalau Alina adalah adik Raka.

"Kak Raka, tolong Alina, Kak. Alina di nistakan, Kak. Alina udah minta maaf, tapi dia masih aja mau menghukum Alina," ucap Alina mengadu ke Raka.

"Salah siapa coba?" tanya Restu.

Raka tersenyum, lalu mendekati Alina ia mengelus kepala Alina lalu mencium puncak kepalanya. Alina menatap horor Raka, apa apaan itu?

"Kamu aman, Sayang. Kakak akan melindungimu," ucap Raka.

"Dasar pengadu!" Restu menatap Alina seolah-olah menatap musuhnya.

"Secepat itu kalian akrab ya?" tanya Raka.

Alina terdiam. Sepertinya Raka sudah salah paham karena ia tak tahu bagaimana kejadian lengkapnya.

Raka mengajak Alina keliling desa ini dan juga melihat kondisi rumah yang akan mereka tempati. awalnya mereka menuju rumah yang dulu sempat di tempati oleh keluarga Alina. Sampai di lokasi mereka tercengang melihat rumput yang sudah menaiki rumah tersebut. Namun, Alina merasa wajar dengan keadaan Rumah ini. bukankah setalah sekian tahun baru kali ini dikunjungi, jadi wajar saja karena tak ada yang merawat rumah ini.

Alina dan Raka saling tatap, mampukah mereka membereskannya? Karena sudah lama tak di tempati, rumput rambat tumbuh dengan subur di sana lalu merambat menutupi rumah milik Ujang tersebut.

"Sepertinya kita butuh waktu yang agak lama untuk menyelesaikan ini semua dan kita menumpang di rumah kepala desa itu dulu, itung itung nginap gratis," ucap Raka di iringi dengan candaan.

"Aku merasa tak yakin ini selesai dalam seminggu, mana rumputnya udah sampai genteng lagi. Terpaksa harus nginap di rumah itu. Bagaikan masuk neraka dengan sengaja," ucap Alina.

"Apakah aku harus mengupah seseorang?" tanya Raka.

"Tak perlu, ini desa dan gotong royong di sini masih berlaku. Manfaatkan suasana saja, bukankah Bu Marni sangat menyukai kita? kita minta dia memanggil warga agar membantu kita," ucap Alina lalu melangkah masuk ke halaman rumah tersebut.

Alina menatap rumahnya, tatapan Alina pindah ke arah kayu yang tertancap di tanah. Entah perbuatan siapa yang mengelilingi makam kakaknya dengan batu yang dikelilingi di makam agar makamnya tak hilang. Alina mendekati makam tersebut, ia berjongkok. sepertinya makam kakaknya lebih terawat. siapa yang melakukan ini? mungkinkah ada warga yang baik hati dan membersihkan makam sang kakak?

"Aku kembali, Kak! Nana akan balas dendam sama mereka, Kak! Mereka tak boleh hidup setenang itu. Enak sekali setelah membuatmu meninggal mereka hidup dengan tenang seperti itu!"

Raka mendekati Alina, ia mengusap bahu Alina kemudian memeluk Alina untuk menguatkan Alina. Ia tahu Alina saat ini pasti sangat sedih saat kembali ke desa ini. Ia tahu benar rasanya di tinggalkan oleh orang yang tersayang. Beberapa tahun yang lalu Raka juga mengalami masa sulit saat kekasihnya meninggal dalam sebuah kecelakaan. beruntung ada Alina yang selalu menghiburnya. Beberapa kali Raka meminta Alina berhenti. Namun, Alina akan selalu mengatakan ia hanya melakukan hal yang pernah Raka lakukan di beberapa tahun silam. Raka tak berminat menghibur Alina, ia tahu pasti Alina saat ini butuh waktu untuk menumpahkan semuanya di dadapan kakaknya. Tiba tiba saja kehadiran Restu membuat semuanya kacau, entah dari mana Restu tahu mereka di sini. Kondisi Alina menangis di pelukan Raka membuat Restu kebingungan. Apakah karena kejadian di rumah tadi Raka marah marah pada Alina sehingga ia Menangis? Restu tak berani mengambil kesimpulan, lebih baik ia bertanya saja langsung. Bagi Restu semua yang berawal dari menduga-duga bisa merusak suasana. akhirnya ia memutuskan bertanya saja, karena itu lebih baik.

"Apa yang terjadi?" tanya Restu.

"Biasalah, dia terkejut melihat ini dan dia merasa kasihan dengan kuburan ini karena nampaknya tak ada yang merawatnya. Terbukti kuburan ini berbeda dengan kuburan lain yang ada di penghujung desa," ucap Raka asal-asalan membuat alasan. Dia begitu tegang dan berharap Restu tidak bertanya lebih lanjut mengenai hal ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status