Share

Fitnah untuk suamiku
Fitnah untuk suamiku
Penulis: Eka Sa'diyah

Bab 1. Tak percaya

Bu Fatma berlari tergopoh - gopoh sambil membawa ponsel ke arah Lita. Niatnya kali ini ingin menunjukkan sebuah foto Radit bersama dengan seorang perempuan kepada Lita dengan tujuan supaya Lita membenci Radit.

"Lita! lihatlah foto ini, ternyata suamimu yang telah berduaan dengan seorang wanita! Pantas saja dia tak menjemputmu saat pulang kerja," tukas Bu Fatma, ibu dari Lita yang telah menjalankan aksinya dengan mengfitnah Radit. 

Lita menikah dengan Radit tanpa restu orang tua karena status Radit yang hanya pekerja sebagai buruh, bukan dari keluarga yang setara dengan keluarga Lita.

"Tak mungkin Mas Radit melakukan hal serendah ini, Bu!" Lita masih tak percaya dengan ucapan ibunya barusan.

"Ibu sudah bilang dari awal! dia bukan lelaki yang baik! dia berasal dari keluarga miskin yang haus harta," Bu Fatma semakin menekan keyakinan Lita agar percaya dengan ucapannya, terlebih lagi dengan keinginannya memisahkan Lita demgan Radit.

"Lita tidak percaya sebelum melihatnya sendiri, Ibu!" Lita berusaha memberontak namun Bu Fatma sudah siap dengan langkah selanjutnya, yaitu menghasut Lita kembali.

"Lelaki memang seperti itu, setelah mendapat wanita kaya, dia akan meninggalkan begitu saja setelah mendapatkan apa yang diinginkannya," suara Bu Fatma menggema di penjuru kamar Lita.

"Ayah juga tak habis pikir, lelaki macam Radit bisa melakukan hal rendahan seperti ini!" Pak Dodi sependapat dengan Bu Fatma. Memang kedua orang tua sebenarnya tak menyetujui hubungan Lita dengan Radit. Namun Lita memaksa, karena rasa cintanya pada Radit, apalagi dengan sikap Radit yang penyayang dan mengayomi.

"Tapi Mas Radit tak mungkin melakukan hal seperti itu, Ibu! Dia lelaki yang baik, sangat mengayomi Lita bahkan menjaga kehormatan Lita, Bu!" Lita berusaha tak terpengaruh dengan uacapan ibunya.

"Gugat cerai Radit!" Perintah dari pak Dodi. Lidah Lita mendadak kelu ketika sang Ayah memintanya untuk menggugat cerai.

"Tidak, ayah! Lita tak akan bercerai sebelum Lita menemukan bukti jika mas Radit benar - benar selingkuh!" Bu Fatma semakin geram mendengar ucapan Lita.

"Baiklah jika itu maumu! Tetapi jika kamu menemukan buktinya sendiri, maka kamu harus segera bercerai dengannya! Apakah kau sanggup?" Pak Dodi menuruti permintaan anaknya namun ada sesuatu yang harus Lita patuhi.

"Lita siap bercerai jika menemukan buktinya sendiri tentang perselingkuhan Mas Radit," Lita menyanggupi ucapan ayahnya.

"Baiklah! Jika kau sudah menemukan bukti maka kau segera hubungi ayah! Ayah akan mengatur perceraian kamu," ucap Pak Dodi pada Lita.

"Istirahatlah! Ibu dan ayah akan pulang dulu," bu Fatma dan Pak Dodi segera keluar dari rumah Lita. Rumah sederhana warisan dari keluarga Radit yang menjadi istana kecil mereka berdua.

*

*

"Astaghfirullah hal adzim," Radit terkejut melihat dirinya tak memakai sehelai benangpun. 

"Hah! Siapa wanita ini, kenapa dia tak memakai baju seperti denganku?" 

Radit semakin terkejut melihat wanita tak memakai baju tertidur pulas yang ada di sampingnya. Radit sendiri merasa malu ketika tidur berdampingan dengan seseorang yang tidak dikenalnya.

"Seingatku, aku tadi sedang duduk di warung sambil menunggu Lita keluar dari kantornya, Kenapa aku bisa seperti ini?" Radit mencoba mengingat - ingat kejadian sebelumnya. 

"Mbak, Mbak! Bangun mbak!" Radit mencoba membangunkan wanita itu.

"Emmmm, kenapa sih sayang?" Wanita itu menggeliat saja tetapi tak bangun.

"Sayang? Mbak, jelaskan apa yang sebenarnya terjadi!" Radit masih berusaha membangunkan wanita itu.

"Kamu sudah melakukan tindakan ini padaku! Kau harus tanggung jawab," tiba - tiba wanita itu menangis tersedu - sedu membuat Radit kebingungan dengan sikap perempuan tersebut. Baru saja bertemu dengan keadaan yang cukup memalukan kemudian wanita itu tiba - tiba menangis.

"Maksudnya apa, mbak? Saya tak merasa melakukan apapun dengan, Mbak," Radit berusaha menepis pikiran negatifnya.

"Apa? Jadi kamu tak merasa sudah melakukannya denganku? Kau tadi menarik tanganku dalam keadaan tak sadar. Kau mabuk!" Wanita semakin berteriak keras, Radit bahkan menjadi bingung karena dirinya tidak merasa mabuk seperti yang diucapkan wanita yang berada di sampingnya.

"Apa? Apa benar aku yang melakukannya, Mbak?" Radit masih tak percaya dengan ucapan wanita itu.

"Lihat foto ini! Jika kau tak mau bertanggung jawab, maka aku akan mengirim foto ini kepada istrimu!" Wanita mengambil foto saat mereka sedang tidur berdampingan dan hanya berbalut selimut sebatas dada.

"Ja, jangan mbak! Entahlah aku akan memikirkannya dahulu. Tapi aku tak percaya jika aku melakukannya dengan, Mbak!" Wanita itu semakin terisak mendengar Radit tak percaya dengannya.

"Aku tunggu jawabanmu! Jika tak kunjung ada jawaban maka aku akan mengirim foto ini kepada istrimu," wanita itu menjadi ancaman rumah tangga Radit. Jika saja Radit tak mau bertanggung jawab maka rumah tangganya akan hancur.

"Segera mandi dan pergilah! Istrimu pasti sudah menunggumu," wanita itu menyuruh Radit segera mandi.

"I, iya mbak!" Radit tergagap menjawab ucapan Lita. Radit beringsut turun darj ranjang dan segera memnersihkan dirinya di kamar mandi.

"Ya Allah! Apa sebenarnya yang terjadi? Aku tak merasa sekalipun untuk melakukan hal ini."

Radit mendesah dan menyesal atas apa yang terjadi. Usai membersihkan diri, Radit kembali menemui wanita tersebut dan berniat membicarakan kejadian yang barusan terjadi secara jelas dan mencari solusi yang tepat

"Kemana dia?" Radit bingung dengan wanita yang baru saja menyuruhnya mandi namun usai mandi, dirinya tak menjumpai wanita tersebut.

"Aku pergi dulu, dan aku juga menunggu jawabanmu," wanita itu melenggang keluar dari kamar sewa. Bibir wanita itu tersenyum licik atas apa yang dia lakukan.

Drrtttt drtt

Ponsel wanita itu berbunyi

"Tugasku sudah selesai! Foto akan saya kirimkan pada Anda!" Wanita itu berbicara dengan seseorang dari sambungan telepon.

"......"

"Jangan lupa komisiku ditambah! Karena aku akan mempermainkan perasaan pria bodoh itu lebih lama lagi agar jauh dari putrimu," jawab wanita itu.

"....."

"Baiklah! Aku tunggu tranverannya! Jika kau tak menepati maka aku akan bongkar semua rahasia ini pada anakmu!" Wanita itu terdengar mengancam pada seseorang yang menghubunginya.

"....."

"Bagus! Aku tutup telponnya." Wanita itu menutup telpon dan segera pergi tanpa mempedulikan Radit yang kini kebingungan mencarinya di kamar.

*

*

Raut wajah Pak Dodi begitu ceria saat mendapat laporan dari wanita yang dia suruh untui menjebak Radit supaya Lota membencinya. Pak Dodi merasa jika idenya akan berhasil membuat Lita menggugat cerai Radit.

"Rencana kita berhasil, Bu! Kita sudah membuat Radit seperti ini. Mungkin sebentar lagi Lita akan menceraikan lagi." Pak Dodi tersenyum puas begitu juga bu Fatma.

"Ya, kita tak selevel dengan Radit! Lelaki miskin," Bu Fatma dengan pongahnya mengatakan hal itu,   Apalagi Bu Fatma telah menemukan calon yang tepat untuk Lita dari keluarga kaya termasuk jajaran pengusaha yang memiliki beberapa hotel di kotanya.

"Biarkan wanita itu memainkan drama selanjutnya sampai Radit dan Lita benar - benar bercerai!" Bu Fatma menggangguk setuju dengan usul suaminya.

"Kita lihat! Seberapa lama mereka akan bersama," senyum licik tersungging dari bibir Bu Fatma.

"Ya, aku juga tak ingin mempunyai menantu miskin. Lebih bagusan Candra, dia kaya dan sekelas dengan kita!" tukas Pak Dodi dengan angkuhnya membanggakan Candra.

Candra adalah lelaki yang akan dijodohkan lagi dengan Lita setelah perjodohan pertamanya denga Lita gagal karena Lita lebih memilih Radit untuk menjadi pendampingnya.

"Jika Candra dan Lita sampai menikah, maka aku akan melakukan pesta besar - besaran!" Impian Bu Fatma memiliki menantu seperti Candra tak terbendung lagi.

"Ya, kita akan semakin kaya jika Lita menikah dengan Candra. Aku akan melakukan kerja sama  dengan keluarga Candra. Kerjasama yang pastinya akan menguntungkan kita," Pak Dodi tersenyum puas karena rencananya akan tercapai dengan menyatukan kedua anak mereka berdua.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status