Share

7.

POV Bella

            Setelah acara selesai, aku kemudian langsung dibawa ke rumah Mas Rengga. Baru aku sadari kalau selama ini. Dia tidak pernah pulang kerumah orang tuanya, melainkan rumahnya sendiri. Sebenarnya aku terkejut, ketika Ibu sudah menyiapkan semua keperluanku. Jadi sekarang, aku akan menghabiskan waktu disini. Dirumah ini.

            Mas Rengga pamit untuk membersihkan diri di kamar lain. Karena kamar mandi di kamarnya, baru saja aku pakai. Aku yang sudah segar setelah mandi. Ingin segera membereskan baju, untuk kurapihkan diruang ganti. Tapi sebelum itu, pintu terbuka. Tampaklah Mas Rengga dengan kaos oblong dan celana pendeknya. Rambutnyapun, masih basah khas orang selesai mandi. Dia kemudian segera menghampiriku, yang masih terpekur menatapnya.

            “Kenapa menatap Mas seperti itu. Apakah Mas lebih ganteng dengan penampilan ini?” tanyanya dengan tatapan menggoda.

            “Ihh sama bicara apa sih. sudah aku mau beresin baju dulu, keburu malam,” namun dia menahanku.

            “Besok saja, biar bibi yang beresin keruang ganti. Kamu cukup layani Mas aja malam ini,” ucapnya menatapku dalam. Aku terdiam, berpikir ini melayani yang seperti apa.

            Dia mendekat meraih wajahku, memandangnya dalam. Kemudian, aku rasakan bibirnya menempel pada bibirku. Secara otomatis aku pejamkan mataku. Lama kami saling menempelkan bibir. Hingga Mas Rengga menyesapnya, menggigit bibir bawahku. Membuat  rongga bibirku membuka. Lidahnya melesak masuk, menjelajahi apa yang ada dalam mulutku. Aku yang sudah hampir kehabisan nafas, memukul pelan dadanya. Tautan bibir kami terlepas. Nafasku menderu berusaha menghirup banyak oksigen

POV Rengga

            Aku lihat gadisku berusaha meraup banyak oksigen. Baru aku tahu, kalau rasa bibirnya semanis ini seperti vanila.

            “Mas mau bunuh aku ya,” tanyanya kesal.

            “Nggak sayang. Kamu salah sangka, sini deketan sama Mas jangan jauh-jauh,” Aku raih pingganya. Mengikis habis jarak antara kami.

            “Mas ajari caranya ciuman ya,”

            “Ngapain, nggak ah,” Jawabku tanpa minat, berniat menghindar.

            “Sayang..” lirihku. Kemudian mulai mencium pipinya, hidung, kelopak mata, kening sampai turun ke bibirnya. “Buka matanya,” perintahku. Dia menurut, membuka kelopak matanya.

            Aku dekatkan lagi wajahku, mencium bibirnya pelan. Aku sesap bibir ranum itu. Aku gigit bibir bawahnya. Agar membuka, kemudian aku lesakan lidahku. Menjelajahi mulutnya. Semakin lama, semakin dalam kucium bibirnya. Aku rebahkan tubuhnya diranjang. Aku ciumi lehar jenjangnya. Aku gigit dan kuberikan tanda, hingga memenuhi seluruh lehernya.

            Lengan sudah dia kalungkan ke leherku. Dengan jemari yang menari disela rambutku. Membuatku semakin semangat bermain dengannya.

POV Bella

            “Ah Mas,” bibirku kembali diserang.

            Tangan Mas Rengga sudah bergerilya mengusap penggungku. Dan yang lainnya mengusap pahaku yang masih tertutup piama. Bibirnya lepas, kemudian beralih menatapku.

            “Boleh ya sayang,” pintanya memohon. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban. Setelahnya leherku kembali diciumi.

            “Ehm Mas,” desahku tertahan.

            Dia sudah melepaskan kaosnya entah kapan. Tanpa sadar kami sudah tanpa sehelai benang.

            “Mas apakah sakit?” Tanyaku pelan.

            “Aku akan pelan-pelan sayang,” jawabku menatap menatap matanya.

            Kemudian aku kembali dicium, begitu lembut. Dengan kejantanannya terus menggesek intiku.

            Ciuman terlepas. Kemudian terasa jemarinya meraba klitorisku perlahan. Dia menciumku kembali. Aku rapatkan kakiku, tapi tangan Mas Rengga menghalangi. Sampai aku rasakan, dua jari masuk. Maju mundur perlahan didalam vaginaku.

            “Ah Mas,” desahku lolos. “Aku mau keluar,” Racauku disertai kernyitan diwajahku. Menahan sensasi aneh namun nikmat ini.

            “Sebentar sayang,” ujarnya.

            Aku rasakan tiga jarinya sudah masuk. Dan bergerak semakin cepat.

            “Ah, ah, ah Mas aku udah nggak tahan,” ucapku lemah menerima sentuhannya.

            “Keluarkan sayang,” perintahya.

            “Ahhh,” desahku panjang. Dia menghisap semua cairan yang aku keluarkan dengan rakus. “Ouhh Mas,” Belum pulih nafasku, dia sudah menciumku kembali.

            Terasa juniornya menggesek intiku perlahan, berusaha memasuki vaginaku. Aku palingkan wajahku hingga dapat menatapnya

            “Massh..” rengekku. “Ahk sakit,” ucapku menahan perih.

            “Iya sayang, sebentar lagi akan hilang oke,”

            Dia terus mengusap punggungku lembut. Kemudian aku rasakan, dia maju mundur dengan tempo perlahan.

            “Massh,” desahku. Rasa sakit tersebut, perlahan hilang berganti dengan rasa nikmat.

            “Iya sayang,” balasnya. Semakin lama gerakannya, semakin cepat menghentak intiku.

            “Ah Mas...” lenguhku. Menerima hujaman dalamnya. “Mas aku mau keluar ahh..”

            “Bersama sayang!!”

            “Ahk Mas Rengga,” teriakku menerima klimaks..

            “Sayang..” sebutnya sensual.

            Begitu dalam hujamannya. Hingga semburan hangat memenuhi rahimku. Bahkan dia tidak melepaskan menyatuan kami barang sedikitpun, setelah percintaan tadi. Dia memelukku dari belakang. Menyelimutiku dengan lengan kekarnya.

            “Kamu hebat sayang,” katanya. Sambil terus menciumi tengkuk dan belakang leherku.

            Terasa kejantanannya kembali menegang didalamku. Mas rengga segera menitahku menungging.

            “Ah Mass,” racauku. Menerima hujaman kuatnya. Gerakannya didalamku semakin cepat dan dalam, “Mas.., Masshh.”

            “Tahan sayang,” katanya. Masih menghujamku dengan gerakan cepat.

            “Aku mau keluar Mas,” ucapku, sembari menggeleng pelan.

            “Sebentar sayang,” ujarnya. Aku berusaha menahan gejolak ini.  “Bersama sayang,” pintanya. Dengan itu, hujamannya semakin kasar. Menggetarkan tubuhku akibat gerakannya.

            “Ehm, oughh, Mas Rengga...” teriakku. Menerima semburan kuat yang cepat memenuhiku.

            “Bella hah, hah, hah...” napas tersengal.

            Kami ambruk bersama. Dengan Mas Rengga yang setengah menimpa punggungku. Aku berbalik, melepaskan penyatuan kami. Menghadapnya dan kemudian memeluknya erat

            “Aku sayang kamu Mas,” kataku pelan.

            “Aku juga,” balasnya. “Bahkan aku cinta sama kamu,” sambungnya. Dia membalas pelukanku tak kalah erat

            “Jangan tinggalin aku ya Mas,”

            “Gak akan sayang. Justru Mas yang harusnya bilang gitu, jangan tinggalkan Mas ya, katanya disisi telingaku. “Seburuk apapun nanti tabiat Mas yang terlihat. Kita harus saling mengerti satu sama lain ya,” perkataannya lebih seperti permohonan bagiku.

            “Aku akan berusaha Mas,” ujarku. Seraya melonggarkan pelukan.

            “Aku juga akan berusaha membahagiakan kamu Bella,” katanya, sambil tersenyum. “Sayang aku mau lagi?”

            “Mas Rengga aku udah capek,” ucapku.

            “Sekali lagi ya,”

            kemudian dia meraihku. Selanjutnya memasukiku lagi dan lagi. Hingga aku sudah tidak sadar, kami berhenti pukul berapa.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Fiiz Hap
menikmatinya
goodnovel comment avatar
Jasmin Mubarak
mlm pertma da Los 3 jari jd tnda tnya si bela..................
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status