Share

8.

Author: Demina07
last update Last Updated: 2021-08-14 14:43:48

POV Rengga

          Aku buka mata perlahan. Ternyata aku tidak bermimpi soal semalam, memang kenyataan. Didepanku adalah bidadari yang sudah dikirimkan tuhan untukku. Lama aku menatapnya. Aku lihat dia menggeliat didalam pelukanku. Bergerak menggesek juniorku, yang entah kapan sudah menegang. Berusaha diam, tapi aku sudah tak tahan. Akhirnya, aku tenggelamkan juniorku didalam vagina Bella hati-hati. Dia berangsur bangun, karena pergerakanku didalamnya.

          “Mas...” erangnya. “Ah..”

          “Iya sayang, maaf membuatmu terbangun,” Aku tambah kecepatan hujamanku.

          “Ah, ah, ah...” desahnya.

          Suara kecipak benturan tubuh mengiringi pagi kami. Semakin kasar pergerakanku didalamnya. “Ah...Mas”, racaunya

          “Sebentar sayang,” aku kejar kenikmatan yang terasa kian dekat.

          “Bella udah mau keluar Mas,” ucapnya. “Ah....”

          “Bersama sayang,” kataku cepat.

          “Ah.... Mas,” lenguhnya.

          Nafasku memburu di penggungnya. Posisi Bella memunggungiku. Karena sejak semalam, pelukan dari belakang tubuhnya tidak aku lepas barang sedikirpun.

          “Lanjut di kamar mandi ya,” kataku disisi telinganya.

          “Mas..”, panggilnya pelan.

          Belum dia melanjutkan. Sudah aku gendong Bella menuju kamar mandi. Aku letakkan dia di bath up. Yang sudah aku penuhi dengan air hangat. Aku tuang sabun vanila, sesuai dengan aroma kesukaannya. Kemudian aku bergabung dengannya, ke dalam bath up. Aku posisikan dia, berada diantara kakiku. Seraya memeluknya dari belakang.

          “Bagaimana apakah sudah lebih baik?”

          “Hem, lebih baik Mas,” ujar pelan.

          “Maaf ya, melihatmu secantik ini aku langsung khilaf,” ujarku seraya meremas payudaranya lembut.

          “Mas tangan-nya,” desahnya tertahan.

          “Bukankah ini adalah pahalamu sebagai istri hem. Menyenangkan suami,” kataku.

          Dia hanya mengangguk sebagai jawaban. Dia mencengkeran pinggiran bath up,  untuk menyalurkan rasa nikmat.

          “Ahk...”

          “Kita lanjutkan sayang,”

          Aku posisikan juniorku memenuhinya. Selanjutnya, beberapa waktu kedepan. Kamar mandi hanya diisi desahan kami berdua.

POV Bella

          Setelah pergulatan panas dikamar mandi tadi. Aku kumpulkan tenagaku untuk memasak sarapan. Yang aku pikir sudah kesiangan ini.

          Mas Rengga yang aku ketahui tidak semesum ini. Malah begitu mesum setelah menikah. Aku pikir itu wajar, apalagi pasangan yang baru saja menikah. Seusai mandi tadi, dia sempat membicarakan beberapa peraturan jika berada dirumah

Flash back on

           “Sayang,” panggilnya seraya menghampiriku ke dekat meja rias.

           “Kenapa Mas?” tanyaku menatap kearahnya.

           “Ada sebuah peraturan untukmu jika sedang dirumah. Tapi juga akan berlaku diluar rumah sesuai keinginanku,”

           “Ada peraturan seperti itu?” tanyaku heran.

           “Dengar ya,” ujarnya serius. Seraya menatap wajahku dari cermin. Begitu pula denganku, juga melakukan hal yang sama. “Pakai dress tipis saja ketika dirumah. Tidak perlu memakai celana dalam dan jangan menggunakan make up, ujarnya. “Sudah itu saja, bisa kamu pahami kan,” ucapnya secara memelukku dari belakang.

           “Baiklah tapi hanya jika, tidak ada tamu yang berkunjung ya Mas. Tidak mungkin kan, aku memakai baju yang kurang sopan saat ada Papa, Mama atau temanmu,”

           “Iya itu pengecualian,”

           “Baiklah kalau begitu,” aku berbalik menatapnya. Mata biru itu selalu memandangku penuh damba dan aku bahagia karenanya.

Flash back off

            Masakanku hampir selesai, tinggal memindahkannya ke meja makan. Saat hendak memindahkan makanan dari wajan ke piring. Aku rasakan ada tangan memelukku. Aku sempat terkejut, namun setelah paham pelakunya aku berusaha biasa saja.

            “Masak apa sayang?”  tanyanya lalu menciumi leherku.

            “Ayam rica-rica, cumi balado dan sayur sop Mas. Lepaskan dulu aku akan memindahkannya ke meja makan,” pintaku.

            “Bukankah sudah ada bibi dan pelayan, tapi kenapa kamu yang repot?” tanyanya.

            “Bibi tadi baru saja pamit pulang kampung Mas, anaknya sakit,”

            “Hem begitukah,”

            “Ini lepaskan dulu, aku tidak bisa begerak leluasa,” kataku meminta. Dia meraih piring yang aku bawa, kemudian diletakkannya di dekat kompor.

            “Bagaimana kalau kita bermain dulu sebelum makan,” katanya. Dengan senyum nakal disusdut bibirnya.

            “Mas kita belum sarapan dari tadi pagi. Ini sudah hampir jam sepulu,” ujarku memberitahu.

            “Hanya sebentar sayang,” ucap merayu. Membalik badanku, lalu menciumku lembut.

            Aku yang awalnya menolak, akhirnya ikut dalam permainannya. Dia masih menyesap, melumat bibirku. Tangannya sudah masuk kedalam dressku. Melepas kaitan braku. Membuangnya entah kemana, lalu meremas kuat buah dadaku.

            “Engghh.. Mas,” erangku tertahan.

            Lama dia menciumku, hingga tanpa aku sadari dia sudah membuka celananya. Dia membalik badanku. Memposisikanku sedikit menungging. kemudian dengan cepat memasukiku. Aku berpegang pada kichen table, agar tidak luruh karena perlakuannya.

            “Ehm Mas Rengga,” desahku.

            Saat dia bermain dengan tempo cepat. Dan semakin cepat, kala kami sudah mendekati puncak. aku pegangi tangannya yang berada disekitar pinggangku.

            “Uohh ah, ah” racauku.

            Menerima hujaman kerasnya. Dapur ini, sudah dipenuhi oleh suara percintaan kami.

            “Mas..” panggilku lirih.

            “Tahan sayang, kita keluar bersama oke,” pintanya. Aku menggeleng pelan. Sudah tak kuat menahan desakan gejolak ini.

            “Ahkkk, ah” teriakku saat  keluar bersama Mas Rengga.

            “Ah, hah, hah,”

            Dia masih menahanku, dengan posisi menungging. Sambil masih menciumi belakang kepala serta leherku.

            “Sekarang aku bantu menyiapkan sarapannya ya,” tuturnya. Dengan nafas yang masih memburu. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

            Perlahan dia melepaskan penyatuan kami. Setelah dirasa benihnya sudah keluar semua. Meskipun begitu, dia tidak pernah menyia-nyiakan benih itu. Benihnya harus tertampung dalam rahimku. Jangan sampai ada yang menetes keluar, walau itu hanya sedikit. Jadilah aku saat ini, tanpa menggunakan dalaman apapun. Karena braku yang sudah dibuang entah kemana. Nanti akan aku ingat untuk mencarinya.

            Dimeja makanpun, dia masih saja berusaha meraih vaginaku untuk digodanya. Aku tepis tangan itu.

            “Makan dulu Mas,” ujarku penuh penekanan. Kemudian dia dengan lahap menghabiskan makanannya.

            “Sayang apakah vitaminmu masih ada?” tanyanya.

            “Seingatku ada. Terakhir aku minum siang kemarin. Karena malamnya aku sudah lupa makan malam,”

            “Maaf ya,” ujarnya merasalah bersalah.

            “Tak apa Mas, kenapa memangnya?” tanyaku balik.

            “Tidak ada, aku kira sudah habis. Kalau memang sudah habis, biar kusuruh Andre untuk mengirim lagi,” beritahunya.

            “Ya nanti Mas sampaikan saja padanya,”

            “Oke sayang,” jawabnya seraya mengusap puncak kepalaku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • For Husband   74.

    POV Bella Pagi hari sebelum matahari menampakkan cahayanya. Mas Rengga sudah membangunkanku dengan cara kesukaannya. Berjalan pelan ke tepi pantai. Kami bertelanjang kaki menikmati air laut. Yang menjilat kaki kami seiring deburnya yang menepi. Lalu sedikit menjauh, duduk diatas pasir. Tanpa meminta, Mas Rengga sudah mengerti. Dengan menarikku perlahan untuk duduk dengan nyaman. Sweternya sudah membukus setengah badanku. Melindungi dari terpaan hawa dingin dipagi hari. Semalam, dengan telaten dia membereskan pakaian kami, ke dalam lemari yang sudah disediakan. Dan diluar dugaanku, dia bertahan tanpa menyentuhku. Walau setiap kali bersama, dia hampir lepas kendali. Posisiku begitu nyaman,

  • For Husband   73.

    POV Bella Hari selanjutnya, aku dikejutkan dengan kehadiran Dokter Brian saat makan siang. Mas Rengga juga memilih makan siang dirumah. Padahal jarak antara kantor kerumah ini, lebih jauh. Setelah berbincang santai dengan dokter Brian. Aku mulai paham, alasan kenapa dia datang. Bayangan yang memaksa hadir dalam pikiranku tersebut. Menjadi ketakutan tersendiri untukku. Setiap kali melihat ranjang dari sofa, yang berada bersebrangan. Selalu mengingatkanku, pada pesan Renita. Kemudian ulasan bayangan Rengga dan Renita. Bergumul dibawah selimut yang sama. Dengan tanpa satu helai kain yang menutupi tubuh mereka. Agaknya sering kali mengganggu pikiran dan mempengaruhi moodku. Selama sisa kami berad

  • For Husband   72.

    POV Rengga Andre datang setelah 15 menit kami menunggu. Aku silahkan dia memeriksa kondisi Bella, yang masih belum sadar. Aku was-was, menunggu hasil pemeriksaan Bella. Melihat raut wajah tenang Andre. Kini terasa tampak lebih mengkawatirkan. Dia sudah merapihkan alatnya, memasukkan kedalam tas. “Apakah Bella pernah punya riwayat gangguan kecemasan?” tanya Andre tenang. Pertanyaan Andre jelas tidak biasa. Mengingat Bella selalu tampak tenang, diam juga ceria. “Dia pernah mengalami sedikit trauma dibangku SMA Dok. Apakah ada hubungannya dengan keadaannya saat ini?” tanya Ibu cemas. Andre masih terlihat mengamati Bella yang belum sadar. “Sejauh ini. Itu diagnosa yang bisa saya berikan. Mung

  • For Husband   71.

    71 POV Bella Setelah perjalanan yang cukup lama. Karena dihadang kemacetan jakarta. Akhirnya kami sampai dikedai es krim. Yang biasa aku kunjungi bersama Mas Rengga. Dia membantuku turun dari mobil. Sedangkan kedua anak lelakiku, sudah gesit menarik kedua tanganku. “Hati-hati Aldo, Ares ingat kondisi Mama,” kata Mas Rengga dengan nada tegas. Aku usap kedua puncak kepala mereka. Berusaha mencairkan suasana, dengan senyuman lembut. Sedangkan Amira sudah digendong Mas Rengga, mengikuti dari arah belakang. “Papa hanya kawatir sayang,” ucapku menenangkan. Setelah kami sudah duduk didepan kedai.

  • For Husband   70.

    POV Rengga Dilorong menuju ruang praktek Andre. Aku lihat, Renita sudah mengirimkan nama ruangan, tempat Mamanya dirawat. Apakah tepat, jika aku mengajak Bella untuk ikut menjenguk Mamanya Renita. Aku baru saja dimaafkan. Aku tidak mau lagi diacuhkan oleh Bella. Batinku cemas. Aku berjalan menghampiri Bella, duduk disebelahnya. “Maaf ya lama,” kataku sebelum mencium keningnya. “Em Mas, jangan menciumku seenaknya seperti itu,” ujarnya. Sambil mengusap bekas ciumanku. Aku abaikan itu, biar saja semua orang melihat. Orang sekitar akan tahu. Jika wanita yang tengah minum air disebelahku ini, adalah istriku. Te

  • For Husband   69.

    POV Rengga Aku masih menggendong Arlan yang sempat rewel. Karena mulai tumbuh gigi, membuatnya tidak nyaman. Yang berakibat pada terpotongnya jam tidurku. Ayah sempat menengok ke kamar. Kemudian pergi, setelah mengetahui Arlan sudah ada dalam gendonganku. Beliau hanya tersenyum singkat. Lalu berlalu kembali ke kamarnya. Semenjak aku tak lagi menyentuh Bella, alias puasa diatas ranjang. Aku akan tertidur lebih malam dari biasanya, dan jarang sekali bisa nyenyak. Hal tersebut juga dikarenakan anak-anak. Yang mungkin terbangun dimalam hari. Jika ada sesuatu yang membuat mereka tidak nyaman. Setelah jam lewat tengah malam, Arlan baru terlelap. Aku kembali ke kamar, mendapati Bella yang tengah tertidur. Masih sambil menyusui Arga. Aku lihat putraku satu ini masih men

  • For Husband   68.

    POV Rengga Pagi ini aku merasa agak lega. Sebelum berangkat ke kantor, Bella ternyata masih memperhatikan penampilanku. Sudah beberapa hari ini, dia tak lagi menyiapkan setelan kantorku. Tetapi dari semua itu, dia masih peduli padaku. Walau tetap mengunci mulutnya. Hanya dengan berbicara pada orang lain saja. Aku dapat mendengarkan suaranya. Sebagai ganti ciuman, aku hanya puas dengan mengusap kepalanya. Aku sudah memesan rangkaian bunga mawar merah kesukaannya. Yang akan dikirimkan ke rumah. Aku harap dia dapat sedikit terkesan oleh perhatianku ini. Tidak banyak pertemuan hari ini. Jadi aku dapat langsung pulang. Setelah selesai berdiskusi bersama Reno. Mengenai beberapa file kerja sama yang harus aku pelajari.

  • For Husband   67.

    POV Bella Aku tengah berbaring, sambil menyusui Alex. Ketika Mas Rengga masuk kamar. Setelah beberapa saat lalu, aku dengar suara mobilnya berhenti. Setelah meletakkan tas kerjanya disofa. Dia mendekat, dengan seulas senyum dibibirnya. Selanjutnya mencium Alex, lalu beralih mencium keningku. Kehangatan memenuhi dada, saat dia mencium keningku lama. Seakaan melepas rindu diantara kami. Atau mungkin, hanya aku yang berpikir seperti itu. Karena seharian ini, pikiranku terus dipenuhi olehnya. Walau aku sudah berusaha mengalihkan pikiranku. Dengan lebih sibuk, mengurus anak-anak. Namun tak dapat dipungkiri, pikiranku masih tersita olehnya. Awalnya aku puas membuatnya berharap. Bahwa aku akan tetap mau dicium. Dan memberikan ciumanku, sebelum dia berangkat ke kantor. Aku ta

  • For Husband   66.

    POV Bella Akhirnya kami kembali ke Jakarta. Aku tidak sabar untuk berjumpa dengan anak-anak. Aku lihat jam dipergelangan tangan. Mungkin mereka masih disekolah saat ini. Hem, aku ingin memasakkan mereka makanan kesukaannya. Aku lihat Mas Rengga yang tidur di kursi depan. Dengan Arga yang juga lelap bersandar di dadanya. Dia seperti kurang tidur semalam. Karena dia berada diruang kerja, setelah selesai makan malam. Hem biar saja, aku memang sengaja mendiamkannya. Tidak aku hiraukan perkataan maafnya. Kali ini, aku tidak akan semudah itu memaafkannya. Dia harus diberi pelajaran. Supaya bisa mengendalikan keganasan burung besarnya itu. Seenaknya saja memperlakukanku. Dikira aku hamil besar seperti ini, karena perbuatan siapa. Aku akan membuatnya tersiksa lebih dala

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status