Lelaki bermata kecil itu menyipitkan kedua mata seraya tersenyum tipis dengan satu sudut bibir yang terangkat.
“Cinta dan kasih sayang yang lo lihat dari dia itu gak nyata, Nazmi. Seharusnya lo sadar kakak lo bawel begini pasti yang lebih sayang sama lo.”
Gadis itu diam tak mengatakan apa pun. Mungkin benar, ocehan Dewa selama ini memang untuk kebaikan dirinya sendiri, Dewa ingin melindunginya namun, tetap saja memberikan body guard untuknya merupakan hal yang berlebihan.
“Wa, please deh, gue bukan anak kecil. Tolong lah hargai privasi gue,”
“Mau gak mau lo harus terima itu, demi kebaikan lo,” ucapnya dengan tatapan tajam kemudian membalikkan tubuhnya mejauhi adik kandung yang sama keras kepalanya seperti dirinya. Ia tak mau berdebat lagi perihal body guard nya itu.
“Ugh! Dewa!” teriaknya sekuat tenaga dengan kedua tangan yang mengepal.
Lelaki yang menurutnya menye
laki itu menarik Nazmi ke dalam dekapannya kemudian menenggelamkan gadis cantik tersebut ke dalam dada bidangnya. Beberapa waktu gadis dengan hak tinggi tersebut terpaku dengan tingkah laku sang mantan kekasih kemudian ia tersadar ketika sebuah bel rumahnya bordenting nyaring. “Ka, lepasin, itu mungkin body guard gue,” ucapnya dengan suara pelan berusaha melepaskan dekapan lelaki yang masih memeluknya erat. “Gue bilang kan, lebih baik kita di sini aja dan lanjutin yang tadi, Naz,” lirihnya tak melepaskan pelukan tersebut. “Lo udah gila! Karier gue gimana, Ka kalau gue gak dateng ke sana?” Tak ada jawaban dari lelaki itu, Nazmi mendengar irama jantung stabil begitu juga irama napas yang menenangkan. Ia berhenti meronta kemudian mencoba untuk membalas pelukan yang sudah lama sangat ia rindukan. Sekali lagi bunyi bel berdenting, kali ini gadis berambut cokelat itu berhasil melepaskan pelukannya. Dengan napas memburu, ia menatap wajah Karisma yang
Nazmi menganggukkan kepala risau. Senyum di bibir Karisma mengembang kemudian lelaki itu hendak mendaratkan bibirnya kembali namun, gadis bertubuh seperti gitar spanyol itu menodorngnya untuk duduk.“Gue bisa telat, Ka kalau terus nurutin keinginan lo,” ucapnya sambil beranjak berdiri.“Ugh, awas aja lo nanti gak akan gue lepas,” gumamnya kemudian beranjak berdiri dan merangkul gadis di sampingnya.“Lo bikin dandanan gue berantakan,” ucapnya sambil berjalan keluar dari rumahnya.Terdengar tawa Karisma yang renyah sembari ia membukakan pintu mobil mewah untuk gadis di sampingnya. Perempuan itu tersenyum atas perilaku Karisma yang menyanjungnya begitu ramah.“Lo bisa dadan lagi di dalem mobil, kalau mau lo juga bisa ganti baju di sini,” ucapnya dengan satu alisnya yang di angkat.“Dasar laki-laki mesum! Otak lo tuh harus dicuci sana!” hardik Nazmi sambil mendelikkan kedua bola mata be
"Wa, gue anter adek lo ke mall tadi. Dia minta di anter ke sana katanya mau makan malam di luar bareng lo?” tanya Pras ketika baru saja mobilnya melaju di jalanan.“Apa? Siapa bilang gue mau makan malam di luar bareng dia?” tanyanya dengan suara panik.“Nazmi yang bilang, emangnya kenapa?” tanya Pras yang menyadari sepertinya ia dibodohi oleh adik dari temannya itu.Mobil hitam itu berhenti di sebuah persimpangan jalan karena lampu merah. Pras yang penasaran tak kujung dijawab oleh Dewa, lelaki itu hanya mengumpat padanya dan berbicara kasar membuat Pras semakin bingung dan takut.“Lo balik ke sana, cari adek gue ada di sana atau enggak!” bentak Dewa dari seberang sana.“I-iya!” ujarnya gugup kemudian tanpa pikir panjang langsung membelokkan mobilnya ke jalur samping untuk kembali ke mall tadi.Pras mencari nomor Nazmi kemudian menghubunginya beberapa kali namun, tidak ada jawaban dari ga
“Dan lo, jangan harap lo bisa lolos juga kalau sampai adik gue kenapa-kenapa,” ucap Dewa pada Pras yang langsung menunduk.“Maafin gue, Wa. Gue gak tahu kalau dia bohong,”“Gak usah banyak omong lagi cepet pergi sama gue,” ucapnya kemudian bergegas menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari tempat mereka berdiri.Di perjalanan, hening menyelimuti mereka. Pras yang mengemudi tak bisa fokus karena khawatir terjadi sesuatu pada Nazmi kemudian dirinya lah yang nanti tidak akan baik-baik saja. Di depan sana, sebuah mobil warna putih melaju kencang.“Itu pasti Tara,” gumam Dewa melihat plat nomor mobil di depannya yang mulai menjauh.“Lo bisa lebih cepet gak sih nyetirnya?” tanya Dewa dengan suara ketus memandangi Pras yang gugup.“Wa, gue gak bisa fokus,” jawabnya pelan.“Cepet!” teriaknya yang kemudian Pras menginjak gas lebih dalam.Mobil putih i
"Tara! Lo bawa dia, jangan sampai dia lepas atau kabur!” perintah Dewa pada Tara sambil berlalu pergi.Belum sempat Karisma meraih cincinnya, tubuhnya sudah diseret dan dibawa oleh Tara dan anak buahnya. Ia sudah tiadk memiliki tenaga, menyaksikan kamarnya hancur berantakan begitu pula dengan cincin yang hendak ia beri pada gadis pujaan hatinya.Di sisi lain, di sebuah tempat gelap yang hanya terdapat celah sempit mengantarkan secerca cahaya ke ruangan tersebut. seorang gadis yang ditutupi matanya dengan kain begitu juga mulutnya terlihat tengah duduk di atas sebuah kursi.Kedua tangannya terikat ke belakang kursi tersebut begitu juga dengan kedua kakinya. Rambut panjangnya yang kecokelatan tergerai berantakan dengan kepalanya yang menunduk. Sepertinya gadis itu belum juga sadarkan diri.“Cewek yang kita culik kali ini bener-bener cantik dan seksi, Bro,” ucap seorang lelaki pada temannya yang juga berkomplot dengannya.“Iya,
"Ger! Lo dimana? Nazmi dalam bahaya,” ucap Dewa ketika ia baru saja sampai di kediamannya dalam sebuah telepon.“Maksud lo apa Nazmi dalam bahaya, Wa?” tanya seseorang dari seberang sana dengan suara yang terdengar panik.“Cewek lo diculik!” teriak Dewa masih terdengar geram.Ia menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa kemudian memijat pelipisnya yang berdenyut terasa berat. Seketika suara klakson mobil terdengar dari luar sana, kedua mata Dewa langsung melirik ke arah jendela melihat siapa gerangan yang datang.“Gue di depan rumah lo sekarang cepet buka gerbangnya!” teriak Geri penuh dengan amarah.Sontak Dewa bangkit dan mematikan panggilan tersebut. Ia membuka gerbang untuk Geri kemudian mereka masuk kembali ke dalam untuk membicarakan hal tersebut. Wajah lelaki tampan itu nampak memerah ketika mendengar nama kekasihnya disebut dalam bahaya.“Kok bisa sih Nazmi diculik? Tadi sore gue masih kontekan
"Sialan!” teriak Geri kemudian kembali memukuli Karisma di bagian perut dan wajahnya.“Asal lo tahu, Ger, Nazmi itu masih nyimpen rasa sama gue,” aku Karisma.“Kurang ajar lo seenak jidat lo bilang hal yang gak nyata tentang dia!”Karisma tertawa mendengar penuturan dan amarah dari Geri yang sebenarnya lelaki itu sama sekali tidak tahu apa-apa tentang Nazmi.Dewa yang melihat hal tersebut hanya menahan emosi menarik napas dan membuangnya kembali.“Nazmi bahkan bersedia tidur sama gue. Kalau enggak, mana mungkin dia bohong sama Pras mau makan malam sama Kakaknya,” sindirnya sambil melirik pada Dewa.Lelaki itu membuang muka dengan kedua tangan yang mengepal ingin sekali menghancurkan mulutnya supaya tidak lagi bisa berbicara.“Tapi sayangnya dia ada yang culik dan sebelum kami seneng-seneng,” ujar Karisma.“Berhenti, Karisma!”“Gue udah siapin kamar y
"Naz, lo dimana sekarang?”“Em, ada apa, Ger? Gue di jalan pulang bentar lagi sampai,” ujar seseorang.“Gue baru selesai dengan urusan gue nih. Malam ini kita makan malam bareng ya? Gue pengen nge grill sama lo kebetulan udah bawa bahan-bahan dan alatnya juga."Lelaki itu sedikit melirik bahan-bahan yang sudah ia beli tadi sebelum pulang yang ditaruh di jok belakang mobil kesayangannya.“Hah? Ta-tapi, Ger gue ada urusan hari ini … sorry, mungkin lain kali aja ya?”“Sayang … kok lo gitu sih? Emangnya gak kangen sama gue?”Tak ada jawaban dari seberang sana, terdengar suara musik pelan mengalun di telinganya. Lelaki itu tersadar, perempuannya mungkin sekarang tengah bersama orang lain di sebuah mobil.“Lo pulang sama siapa?”“Gue sama Pras, dianter dia kan gue baru selesai pemotretan,” ujar seseorang itu.“Oh gitu. Pokoknya malam in