Nazmi hanya diam menatap pada mantan kekasihnya yang kini malah dia sendiri takut untuk berucap padanya. Dia membisu, tak tahu harus mengatakan apa lagi ketika dikatakan demikian.
Apakah benar dirinya masih mencintai Karisma, sang mantan kekasih atau malah harus bersama Geri, sosok lelaki yang baru dikenalnya.
Sebenarnya Geri bukan orang asing untuk Nazmi, namun kehadiran Geri selama ini hanyalah sebagai partner kerja bila ada pemotretan majalah saja. Couple idol yang selalu didamba-dambakan akan menjadi couple sungguhan di dunia nyata.
Selepas mengakhiri hubungan dengan Karisma beberapa bulan lalu, kedekatan mereka menjadi lebih intens. Meski tak banyak yang mengetahui hubungan keduanya, namun tetap saja mereka bisa dibilang sangat dekat.
Selalu berandai-andai, bila saja saat itu Karisma tidak mengkhianati cintanya pada Nazmi mungkin semuanya tidak akan menjadi begini. Andai saja Karisma tidak memilih Nea waktu itu, mungkin hubungannya dengan Nazmi masih berlanjut.
'Gue enggak tahu harus gimana lagi buat bilang kalau gue masih cinta ke lo, Ka. Gue bingung. Gue cinta sama lo, tapi di sisi lain juga gue sayang sama Geri. Kalian benar-benar bikin gue gak bisa milih,' batin Nazmi yang menatap manik mata milik Karisma.
Lelaki itu masih lekat menatap wajah jelita milik sang mantan kekasih yang kini pasti sedang kebingungan. Jauh dalam hati lelaki itu, dia amat sangat menyesal. Namun, sekali lagi, waktu tidak dapat diulang. Apa yang sudah terjadi di masa lalu hanya bisa diingat saja tanpa bisa diubah sedikit pun.
Netra indah milik gadis berambut cokelat itu kini menutup. Dia juga menarik napasnya dalam-dalam. Wajahnya sendu, menunduk tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"Kalau pun emang lo masih cinta sama gue, pasti lo enggak akan lakuin itu, Naz. Lihat leher lo sekarang. Sampai merah gitu. Pasti ulah Geri, kan?" lirih Karisma mencoba memancing percakapan yang sempat tertunda.
Nazmi bergeming. Merasakan gemuruh dalam dadanya semakin memuncak. Pedih menjalar ke seluruh rongga dada yang dibalut sweter berkerah tinggi. Percuma saja dia tutup-tutupi ternyata Karisma masih bisa melihat kiss mark itu dengan jelas.
"Gue sayang sama lo, Karisma, tapi ...." Nazmi mengehentikan perkataannya. Wajahnya masih enggan menatap pada sang mantan kekasih yang menantikan ucapan darinya.
"Tapi apa, Naz? Tapi lo juga cinta sama Geri?" serobot Karisma tak sabar dengan apa yang akan dikatakan Nazmi selanjutnya.
Semakin getir sanubari gadis cantik itu. Jiwanya semakin rapuh memudar. Seolah hancur berkeping-keping, tenggelam di dasar samudera terdalam.
Bulu mata lentiknya saling bertaut. Perlahan terbentuk setetes bulir bening menggantung di lengkungan bulu mata indahnya.
Bibir Nazmi bergetar, sulit rasanya membuka mulut untuk segera melontarkan semua kalimat yang menjadi pengganjal di hatinya.
"Bukan itu, Ka ...," desis Nazmi. Dia mendesah risau.
Kedua tangan menelungkup di depan wajah cantiknya. Menutup semua polesan indah yang membingkai wajahnya.
Sedangkan Karisma, hatinya mulai bergejolak penuh tanya. Rasa panas pun mulai menggerayangi tubuhnya. Termasuk kedua bola mata bundar lelaki itu. Lekat menatap sang gadis polos yang sudah tak asing baginya.
Nazmi Alisya. Sosok gadis polos yang dia temui setahun lalu tengah dikejar seorang pria jahat yang dia kira Nazmi adalah perempuan nakal. Namun, ternyata pikirannya berubah tentang gadis itu.
Nazmi, sosok bidadari jelita yang menjelma menjadi manusia sempurna di hadapannya. Hingga membuat rasa kesalnya saat pertama kali bertemu langsung berubah drastis seketika itu.
Apa sekarang pikirannya harus diubah lagi tentang cara pandangnya pada Nazmi? Kini perempuan itu sudah bukan miliknya dan bukan lagi perempuan polos yang dikenalnya. Nazmi sudah bertransformasi menjadi sosok lebih dewasa. Itu yang kini Karisma lihat dari mantan kekasihnya.
"Ka ... maaf gue ...." Nazmi kembali berbicara dengan nada begitu pelan. Wajahnya masih menunduk. Tak berani menatap netra yang pernah membuatnya tenggelam sangat dalam pada sebuah rasa cinta.
"Kalau bukan karena Geri, lalu apa, Naz?" tuntut Karisma yang masih menatap lekat pada Nazmi.
Gadis itu terisak dalam diam. Air matanya belum juga diizinkan untuk meluncur. Hanya sesak yang dia rasakan semakin mendalam. Pedih dan berbagai gejolak terus berkecamuk dalam dirinya.
"Gue cinta sama lo tanpa tapi, Ka," bisik Nazmi lalu meleleh air matanya seketika itu juga.
Tubuhnya berguncang. Wajahnya semakin erat dia tutup dengan kedua telapak tangan. Isak tangis yang begitu tertahan amat terdengar dipaksakan agar tidak terlalu kencang.
Karisma menatap sendu. Ingin memeluk sosok itu, namun rasanya sulit. Tubuhnya kaku bagai telah dibeton dan ditanam pada jalan aspal.
"Naz, jangan nangis ...." Hanya itu yang bisa dilontarkan Karisma. Kalimat yang belum sempat dia rampungkan, namun sudah tercekat di tenggorokan. Enggan untuk dilanjutkan lebih jauh.
"Maafin gue yang belum juga bisa tentuin di mana seharusnya hati gue ditanam. Maafin gue, Ka, yang masih abu-abu sama perasaan gue. Gue cuma takut salah langkah. Gue cuma takut kalau nantinya gue kayak dulu lagi," lirih Nazmi dengan berkali-kali mengusap air mata yang berderai.
Karisma mengangguk pelan. Dia mencoba menggerakkan tangannya yang kaku. Mengusap pundak murung gadis itu, mengecup kening Nazmi dan merengkuhnya.
"Jangan nangis," ujar Karisma sambil meraih wajah Nazmi untuk menatap padanya.
Jemari lelaki itu mengusap perlahan wajah penuh air mata milik Nazmi. Senyumnya tampak sedikit pahit. Dia tahu Nazmi sudah mau menikah dengan Geri, tapi egonya terlalu memaksa bahwa gadis itu harus menikah dengan dirinya.
"Gue cinta sama lo, Naz. Gue buktiin dengan mati-matian kejar lo meski kakak lo larang kita untuk ketemu lagi, meski dia larang gue buat sama lo. Gue rela mati demi lo, Naz," ujar Karisma yang ditatap sendu oleh Nazmi.
Senyuman haru mengembang dari wajah gadis itu. Air matanya kembali meleleh ketika mengingat semua kejadian saat itu. Tentang apa yang telah dilakukan Dewa pada Karisma.
Penganiayaan dan bentakan kasar yang terus dilontarkan pada Karisma, juga semua perjuangan yang dilakukan Karisma. Masih menjadi tanda tanya baginya, apakah Karisma layak mendapatkan semua itu dari sang kakak? Apa Karisma layak mati demi mendapatkan cintanya? Tentu hal yang sangat bodoh bila benar terjadi.
Dewa lelaki yang benar-benar keras kepala. Dia tidak akan segan-segan melakukan segala macam cara agar Nazmi, sang adik, tidak diganggu oleh Karisma lagi. Padahal Karisma adalah "anak asuhnya" salah satu anggota Band The Phoenix yang dia dirikan beberapa tahun silam.
Kedatangan Nazmi memang membuat dunia mereka kacau. Pertengkaran antar anggota dan juga konflik percintaan yang sangat rumit, sudah menjadi santapan dan berlalu dengan manis. Namun, pertikaian itu masih saja berlanjut tanpa kenal ampun.
Karma? Mungkin saja. Mungkin semua itu akibat dari apa yang dilakukan Karisma selama ini. Semua tindakan pasti mendapat balasan masing-masing, kan?
***
Bersambung ....
“Kok lo ada di sini?” Tanyanya di sela isak tangis.“Apa itu penting?”“Uhhh, Kak ...” Rengeknya sembari beranjak kemudian menghambur pada dekapan sang kakak.Dewa yang tak mengerti apa yang terjadi pada sang adik hanya terdiam sembari erat membalas pelukannya. Tangan besar itu mengusap kepala Nazmi yang tenggelam dalam dada bidang kakaknya.“Hmm, gue udah tahu ada yang gak beres makanya ke sini. Ada masalah apa sama Geri?”Ia menggelengkan kepala kemudian menengadah. Matanya sembab, lingkaran hitam itu kini nampak jelas terlihat. Skleranya berubah menjadi merah begitu juga dengan hidung dan wajah cantiknya.“Dia menghilang udah dua minggu ...”“Hah? Emang awalnya ada masalah apa?”“Dia diambil cewek lain. Gue kalah buas, Kak ...” Rengeknya yang membuat Dewa malah sedikit tertawa mendengar penuturan dari mulut kecil sang adik.Ia terus mengusap kepala bayi kecil yang tengah merengek padanya. Dirinya tahu Nazmi masih begitu polos, bukannya langsung marah, Dewa malah tak percaya jika Ge
Perlahan Nazmi membuka kelopak mata yang terasa berat. Ia menyapu keadaan sekitar yang terasa asing baginya. Aroma kopi khas tercium memenuhi rongga hidung membuatnya sedikit mengenal dimana keberadaannya saat ini.Ia menoleh ke samping kanan ketika sebuah suara menyapanya dengan lembut. Kejadian beberapa saat lalu kembali terekam jelas dalam benaknya.“Gimana perasaan lo sekarang?”“Uhm, gue haus ...”Segera ia meraih secangkir minuman dari atas nakas dan menyodorkannya pada Nazmi yang tengah bersandar pada tumpukan bantal.“Makasih.” Ucapnya sembari mengembalikan cangkir tersebut.“Apa yang terjadi? Lo gak terlihat baik-baik aja. Beberapa kali gue hubungi lo gak bisa.”Seketika tangisnya kembali pecah, melihat hal tersebut seseorang yang bernama Karisma langsung meraih tisu dan menyerahkannya pada Nazmi.“Gue udah nyerah sama semuanya, Ka ... Gue lelah sama semua ini ... Gue capek ... Huhuhu ...”“Uhh, Naz. Apa yang terjadi sama lo? Kenapa lo kayak gini?”“Geri ninggalin gue sama ce
Karena tak sabar dan pesannya yang tertunda terkirim, ia segera melakukan panggilan pada sang kekasih. Namun, beberapa kali ia meneleponnya tak ada jawaban dan hanya terdengar nada sambung yang tak kunjung menjawab.-Geri?-Ia melihat satu centang putih pada pesan yang baru saja terkirim. Bahkan lelakinya tidak mengaktifkan data seluler. Apakah ia tengah bersama dengan Hana?Segera dirinya menelepon tanpa menggunakan aplikasi. Malah operator yang menjawab karena nomornya tidak aktif. Nazmi semakin gundah, pikirannya kacau. Ia sama sekali tak mengerti mengapa begitu tepat di saat seperti ini kekasihnya malah menghilang begitu saja?Tiba-tiba Nazmi terpikir untuk menghubungi Hana. Segera ia mengirimkan beberapa foto yang didapatkannya dari Fauzan. Tak lama perempuan itu terpantau online, Nazmi pun segera melakukan panggilan.“Lo tega banget sama gue, Han. Lo bohongin gue selama ini?”“Ahahahaha. Akhirnya gue ketahuan?”“Apa? Jadi bener semuanya? Lo bohongin gue dan ambil cowok gue?”“Na
“Gue di apartemen.”Tiba-tiba saja sebuah perasaan buruk menelisik dalam sanubari. Sambungan telepon dimatikan setelah Fauzan mengatakan bahwa ia hendak menemuinya dan membicarakan hal ini secara langsung.Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang dikatakan oleh Hana tadi pagi adalah sebuah kebohongan? Bagaimana bisa Hana berbohong, jelas dari matanya yang sembab gadis itu tengah terluka oleh Fauzan.Resah ia menunggu kedatangan Fauzan di tengah gulita rumah apartemen miliknya. Hujan masih turun sangat deras di luar sana. Beberapa kali dirinya melihat room chat dengan Fauzan yang masih belum terlihat tanda-tanda lelaki itu sudah sampai di apartemen padahal sudah hampir setengah jam.Jarak dari tempatnya sekarang jika ia berada di base camp tidak akan lebih dari setengah jam. Namun, darimana lelaki itu pergi menuju kediamannya? Dia hanya membuatnya gelisah saja.Tak berselang lama, bunyi denting bel nyaring terdengar di seisi ruangan. Segera Nazmi bangkit dan membukakan pintu. Itu adalah F
-Ger, jangan lupa makan siang.-Tak ada jawaban dari pesan yang dikirimkan oleh Nazmi beberapa jam yang lalu. Di luar, hujan turun begitu deras. Gadis yang tengah duduk di dekat jendela besar menghadap ke luar menatap rintik hujan yang sedari tadi turun membasahi bumi.Ia menghela napas panjang setelah membaca pesannya. Padahal Geri terpantau online beberapa kali dalam beberapa waktu lalu namun, lelaki itu tak kunjung membalasnya.“Apa dia marah sama gue karena gak jadi ketemu tadi?” Gumamnya yang mulai putus asa sembari menggenggam ponsel di tangan kanan.Nazmi kembali teringat kejadian beberapa jam lalu ketika membatalkan sepihak pertemuan singkat antara dirinya dengan sang kekasih. Semua itu terjadi karena Hana yang tiba-tiba menelepon dan menyuruhnya untuk datang ke sebuah kafe.Setibanya di sebuah kafe yang masih sepi, Nazmi langsung tahu bahwa gadis yang tengah duduk memunggungi pintu masuk di sudut ruangan adalah Hana. Terlihat dari gaya berpakaian dirinya yang begitu korean lo
Waktu seakan cepat berlalu, sudah satu minggu semenjak Dewa berbicara empat mata dengan sang adik. Perempuan itu nampaknya sangat antusias dengan pernikahan kakaknya. Setelah beberapa jam berbincang, Nazmi akhirnya mendapatkan keputusan bahwa ia akan menikahi kekasihnya, Geri tepat satu bulan setelah pernikahan sang kakak berlangsung.Jika Karisma bertanya padanya lagi, mungkin kali itu dia akan menjawabnya dengan tegas bahwa dirinya tak mau kembali pada hubungan yang sudah lama terbengkalai bersama Karisma. Akhir-akhir ini Geri memang sangat sulit ditemui dan ngobrol melalui aplikasi pun sangat jarang. Meski begitu, perasaannya pada Geri malah semakin besar.Ia berniat untuk berbicara secara langsung perihal dirinya yang juga setuju untuk menikah dengan Geri ketika lelaki itu sudah tak sesibuk sekarang.Pagi itu matahari tidak bersinar seperti hari-hari sebelumnya. Nazmi yang sudah dua hari tidak ada jadwal photo shoot hanya berbaring di kamar seharian sembari berselancar di akun sos