Share

BAB 3 - Dilema

Nazmi hanya diam menatap pada mantan kekasihnya yang kini malah dia sendiri takut untuk berucap padanya. Dia membisu, tak tahu harus mengatakan apa lagi ketika dikatakan demikian.

Apakah benar dirinya masih mencintai Karisma, sang mantan kekasih atau malah harus bersama Geri, sosok lelaki yang baru dikenalnya.

Sebenarnya Geri bukan orang asing untuk Nazmi, namun kehadiran Geri selama ini hanyalah sebagai partner kerja bila ada pemotretan majalah saja. Couple idol yang selalu didamba-dambakan akan menjadi couple sungguhan di dunia nyata.

Selepas mengakhiri hubungan dengan Karisma beberapa bulan lalu, kedekatan mereka menjadi lebih intens. Meski tak banyak yang mengetahui hubungan keduanya, namun tetap saja mereka bisa dibilang sangat dekat.

Selalu berandai-andai, bila saja saat itu Karisma tidak mengkhianati cintanya pada Nazmi mungkin semuanya tidak akan menjadi begini. Andai saja Karisma tidak memilih Nea waktu itu, mungkin hubungannya dengan Nazmi masih berlanjut.

'Gue enggak tahu harus gimana lagi buat bilang kalau gue masih cinta ke lo, Ka. Gue bingung. Gue cinta sama lo, tapi di sisi lain juga gue sayang sama Geri. Kalian benar-benar bikin gue gak bisa milih,' batin Nazmi yang menatap manik mata milik Karisma.

Lelaki itu masih lekat menatap wajah jelita milik sang mantan kekasih yang kini pasti sedang kebingungan. Jauh dalam hati lelaki itu, dia amat sangat menyesal. Namun, sekali lagi, waktu tidak dapat diulang. Apa yang sudah terjadi di masa lalu hanya bisa diingat saja tanpa bisa diubah sedikit pun.

Netra indah milik gadis berambut cokelat itu kini menutup. Dia juga menarik napasnya dalam-dalam. Wajahnya sendu, menunduk tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Kalau pun emang lo masih cinta sama gue, pasti lo enggak akan lakuin itu, Naz. Lihat leher lo sekarang. Sampai merah gitu. Pasti ulah Geri, kan?" lirih Karisma mencoba memancing percakapan yang sempat tertunda.

Nazmi bergeming. Merasakan gemuruh dalam dadanya semakin memuncak. Pedih menjalar ke seluruh rongga dada yang dibalut sweter berkerah tinggi. Percuma saja dia tutup-tutupi ternyata Karisma masih bisa melihat kiss mark itu dengan jelas.

"Gue sayang sama lo, Karisma, tapi ...." Nazmi mengehentikan perkataannya. Wajahnya masih enggan menatap pada sang mantan kekasih yang menantikan ucapan darinya.

"Tapi apa, Naz? Tapi lo juga cinta sama Geri?" serobot Karisma tak sabar dengan apa yang akan dikatakan Nazmi selanjutnya.

Semakin getir sanubari gadis cantik itu. Jiwanya semakin rapuh memudar. Seolah hancur berkeping-keping, tenggelam di dasar samudera terdalam.

Bulu mata lentiknya saling bertaut. Perlahan terbentuk setetes bulir bening menggantung di lengkungan bulu mata indahnya.

Bibir Nazmi bergetar, sulit rasanya membuka mulut untuk segera melontarkan semua kalimat yang menjadi pengganjal di hatinya.

"Bukan itu, Ka ...," desis Nazmi. Dia mendesah risau.

Kedua tangan menelungkup di depan wajah cantiknya. Menutup semua polesan indah yang membingkai wajahnya.

Sedangkan Karisma, hatinya mulai bergejolak penuh tanya. Rasa panas pun mulai menggerayangi tubuhnya. Termasuk kedua bola mata bundar lelaki itu. Lekat menatap sang gadis polos yang sudah tak asing baginya.

Nazmi Alisya. Sosok gadis polos yang dia temui setahun lalu tengah dikejar seorang pria jahat yang dia kira Nazmi adalah perempuan nakal. Namun, ternyata pikirannya berubah tentang gadis itu.

Nazmi, sosok bidadari jelita yang menjelma menjadi manusia sempurna di hadapannya. Hingga membuat rasa kesalnya saat pertama kali bertemu langsung berubah drastis seketika itu.

Apa sekarang pikirannya harus diubah lagi tentang cara pandangnya pada Nazmi? Kini perempuan itu sudah bukan miliknya dan bukan lagi perempuan polos yang dikenalnya. Nazmi sudah bertransformasi menjadi sosok lebih dewasa. Itu yang kini Karisma lihat dari mantan kekasihnya.

"Ka ... maaf gue ...." Nazmi kembali berbicara dengan nada begitu pelan. Wajahnya masih menunduk. Tak berani menatap netra yang pernah membuatnya tenggelam sangat dalam pada sebuah rasa cinta.

"Kalau bukan karena Geri, lalu apa, Naz?" tuntut Karisma yang masih menatap lekat pada Nazmi.

Gadis itu terisak dalam diam. Air matanya belum juga diizinkan untuk meluncur. Hanya sesak yang dia rasakan semakin mendalam. Pedih dan berbagai gejolak terus berkecamuk dalam dirinya.

"Gue cinta sama lo tanpa tapi, Ka," bisik Nazmi lalu meleleh air matanya seketika itu juga.

Tubuhnya berguncang. Wajahnya semakin erat dia tutup dengan kedua telapak tangan. Isak tangis yang begitu tertahan amat terdengar dipaksakan agar tidak terlalu kencang.

Karisma menatap sendu. Ingin memeluk sosok itu, namun rasanya sulit. Tubuhnya kaku bagai telah dibeton dan ditanam pada jalan aspal.

"Naz, jangan nangis ...." Hanya itu yang bisa dilontarkan Karisma. Kalimat yang belum sempat dia rampungkan, namun sudah tercekat di tenggorokan. Enggan untuk dilanjutkan lebih jauh.

"Maafin gue yang belum juga bisa tentuin di mana seharusnya hati gue ditanam. Maafin gue, Ka, yang masih abu-abu sama perasaan gue. Gue cuma takut salah langkah. Gue cuma takut kalau nantinya gue kayak dulu lagi," lirih Nazmi dengan berkali-kali mengusap air mata yang berderai.

Karisma mengangguk pelan. Dia mencoba menggerakkan tangannya yang kaku. Mengusap pundak murung gadis itu, mengecup kening Nazmi dan merengkuhnya.

"Jangan nangis," ujar Karisma sambil meraih wajah Nazmi untuk menatap padanya.

Jemari lelaki itu mengusap perlahan wajah penuh air mata milik Nazmi. Senyumnya tampak sedikit pahit. Dia tahu Nazmi sudah mau menikah dengan Geri, tapi egonya terlalu memaksa bahwa gadis itu harus menikah dengan dirinya.

"Gue cinta sama lo, Naz. Gue buktiin dengan mati-matian kejar lo meski kakak lo larang kita untuk ketemu lagi, meski dia larang gue buat sama lo. Gue rela mati demi lo, Naz," ujar Karisma yang ditatap sendu oleh Nazmi.

Senyuman haru mengembang dari wajah gadis itu. Air matanya kembali meleleh ketika mengingat semua kejadian saat itu. Tentang apa yang telah dilakukan Dewa pada Karisma.

Penganiayaan dan bentakan kasar yang terus dilontarkan pada Karisma, juga semua perjuangan yang dilakukan Karisma. Masih menjadi tanda tanya baginya, apakah Karisma layak mendapatkan semua itu dari sang kakak? Apa Karisma layak mati demi mendapatkan cintanya? Tentu hal yang sangat bodoh bila benar terjadi.

Dewa lelaki yang benar-benar keras kepala. Dia tidak akan segan-segan melakukan segala macam cara agar Nazmi, sang adik, tidak diganggu oleh Karisma lagi. Padahal Karisma adalah "anak asuhnya" salah satu anggota Band The Phoenix yang dia dirikan beberapa tahun silam.

Kedatangan Nazmi memang membuat dunia mereka kacau. Pertengkaran antar anggota dan juga konflik percintaan yang sangat rumit, sudah menjadi santapan dan berlalu dengan manis. Namun, pertikaian itu masih saja berlanjut tanpa kenal ampun. 

Karma? Mungkin saja. Mungkin semua itu akibat dari apa yang dilakukan Karisma selama ini. Semua tindakan pasti mendapat balasan masing-masing, kan?

***

Bersambung ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status