"Maafin gue, Ka ...," lirih Nazmi yang malah terus menerus mengatakan hal tersebut.
Karisma melirik ke arah perempuan di sampingnya. Senyumnya merekah meski terlihat begitu tipis. Bola matanya berbinar menatap lekat pada Nazmi yang juga menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.
Tangan lelaki itu terjulur menggenggam dengan lembut pada gadis itu. "Gue sayang sama lo, Naz. Gue gak mau kalau sampai lo dimiliki oleh Geri atau siapa pun itu. Masa bodo orang lain mau bilang apa. Mau bilang gue nekatlah, begolah, atau apa pun itu, terserah mereka yang penting lo bisa jadi milik gue lagi, Naz. Mau rintangannya seberat apa pun, sebesar apa pun gue bakal lalui sekali pun itu harus berhadapan sama Dewa lagi. Kayak dulu."
Nazmi tak bisa berucap apa pun lagi. Netranya kembali memanas yang diiringi dengan gemuruh dalam dada perempuan itu.
"Gue juga sama pengin lo jadi milik gue lagi, tapi ... apa mungkin itu bakal bisa, Ka? Gue ... gak yakin. Kayaknya bakalan sulit untuk hal itu bisa terjadi lagi. Terlebih lagi Dewa emang udah enggak mau banget lihat lo dengan gue." Perempuan itu melepaskan genggaman tangan Karisma sambil menggelengkan kepalanya pelan.
Karisma membeku. Masih menatap lekat perempuan di depannya sambil kembali meraih lengan Nazmi yang mulai disusupi udara dingin.
"Gue yakin. Gue bisa miliki lo lagi. Gue bilang tadi, Naz, pasti bakal bisa kok. Makanya gue ingin lo datang besok malam ke Arca Hotel. Gue mohon." Genggaman tangannya semakin menguat kala Nazmi mencoba untuk melepaskan Karisma.
Perempuan itu masih membisu. Dia enggan untuk berkata-kata lagi. Wajahnya menunduk, tidak ingin menatap lagi bola mata yang pernah membuatnya tenggelam sangat dalam.
Karisma meraih dagu gadis itu. Kembali menyelami bola mata hitam milik Nazmi yang masih sembab, berkaca-kaca seperti hampir hancur.
"Gue cinta sama lo, Nazmi. Cinta banget. Gue pengin lo jadi milik gue lagi, gue mohon lo datang, ya? Maafin gue yang dulu, Naz. Mohon, datang ke tempat itu, Naz ...."
Bibir Nazmi masih terkatup, matanya menatap dalam pada Karisma. Wajah lelaki itu mendekat, kian rapat hingga tak menyisakan jarak antara keduanya.
Hidung mereka saling bersentuhan. Bibir lelaki itu mulai meraih bibir Nazmi. Menyapunya dengan lumatan lembut, hangat. Kemudian kelopak mata Nazmi menutup merasakan lebih dalam belaian intens yang terus diberikan Karisma.
Perempuan itu menahan napasnya kala pagutan yang diberikan Karisma semakin intens. Degup jantung bak diberikan pompaan yang amat kuat dengan darah berdesir cepat ke seluruh tubuh.
"Lo milik gue, Nazmi ...," lirih Karisma saat pagutannya ia jeda lalu kembali melumat bibir mungil milik mantan kekasihnya.
Karisma mendorong perlahan tubuh ramping sang gadis idaman untuk segera menikmati kembali tubuhnya yang sempat tertunda tadi. Membelai dengan apik, mengusapnya halus tiap lekuk yang berada pada gadis itu.
"Sebaiknya lo jauhi Nazmi, Ka," ujar sebuah suara dari lelaki yang baru datang.
Suara yang amat keduanya kenal, menggema hingga menusuk jantung. Namun, bukanya jantung itu berhenti berdegup, kini malah berpacu lebih kencang.
Kedua insan yang tengah merasakan kehangatan tadi tiba-tiba membeku. Karisma mengangkat tubuhnya dari Nazmi, begitu juga perempuan itu. Dia kembali duduk tegak. Menatap sosok yang baru datang, mendekat ke arah mereka.
Bukanya takut atau malah menjauh seperti apa yang diperintahkan, Karisma malah kembali menggenggam erat jemari Nazmi. Menatap dengan tajam pada lelaki yang baru datang.
Lelaki tadi melirik ke arah genggaman tangan Karisma, yang di depannya ada Nazmi tengah menunduk takut. Jelas saja dia takut, lebih dari apa pun yang dia rasakan kini.
"Harus berapa kali gue bilang kalau lo gak usah ganggu Nazmi lagi, Ka? Lo gak cukup dapat siksaan dari gue tempo lalu? Apa lo udah kangen rumah sakit lagi? Apa lo mau gue antar sekalian ke kuburan?" ujar orang itu dengan sinis. Nada suaranya begitu tinggi.
Mereka membisu. Gejolak dalam rongga dadanya memuncak. Karisma yang hilang kesabaran, malah ingin bangkit dengan mulut yang hampir terbuka. Namun, Nazmi nampaknya sadar akan hal itu.
Dia langsung menggenggam erat tangan lelaki itu mencegahnya untuk berkata-kata. Nazmi kemudian menyerobot apa yang belum sempat dikatakan Karisma.
"Wa! Kenapa sih lo selalu aja—" Nazmi menatap pada lelaki itu yang ternyata adalah sang kakak.
Karisma tersenyum lebar sambil memotong ucapan Nazmi. Tangannya menyentuh jemari gadis itu seolah menyuruhnya berhenti.
"Meski lo ancam apa pun ke gue, gue akan tetap berusaha untuk dapatin Nazmi. Cinta gue gak seciut itu yang bisa lo ancam dengan apa pun, Wa. Nyali gue lebih gede dari teror lo!"
Dewa duduk di depan mereka. Menatap dengan tajam pada kedua orang di depannya. Senyum memicing seiring embusan napas kasar dari hidungnya. Bak banteng yang siap beradu.
"Lo bisa ngomong kayak gitu, Ka. Kita lihat aja sampai kapan lo tahan dengan semua perlakuan gue," ujar Dewa, sang kakak kandung Nazmi.
Karisma membalas senyuman sinis dari Dewa. Tatapan lelaki itu menajam pada sang manajer sekaligus kakak dari wanita dambaannya.
"Lihat aja terus, Wa, sampai lo bosan mengamati gue. Asal lo tahu, gue enggak akan pernah nyerah buat itu. Gue gak akan pernah nyerah dapatin Nazmi meski seberapa sulit pun gue berjuang untuk dia."
"Basi! Sebelum nyawa lo gue habisi mending lo nyerah aja, Ka, sayang nyawa lo bakal hilang sia-sia," ketus Dewa.
Karisma tertawa kecil mengejek perkataan Dewa yang berucap demikian. "Terse—"
"Udah, Ka, enggak usah ditambahin lagi dan buat lo, Wa, udah enggak usah urusi apa mau Karisma. Kalau pun dia beneran serius sama gue, kenapa enggak dikasih kesempatan lagi?" sinis Nazmi, sambil menatap tajam pada sang kakak.
"Kesempatan kata lo? Kesempatan apa lagi yang harus gue kasih ke cowok bejat ini, Naz? Kesempatan buat rusak tubuh lo lebih jauh, hah? Begitu?" teriak Dewa dengan tangan mengepal.
"Dia gak merusak gue sama sekali, Dewa!" bantah Nazmi.
Dewa tertegun, dia menatap tak percaya pada adik perempuannya. Tak habis pikir ternyata Nazmi mengucapkan hal tersebut.
"Enggak rusak tubuh lo, Naz? Lo sama sekali enggak sadar atas apa yang udah dia lakuin ke lo! Sadar dong, Naz, cowok berengsek ini udah hampir hamilin lo! Dia berkali-kali lecehin lo dan seenak jidatnya nyentuh tubuh lo, Nazmi, dan lo bilang itu bukan rusak tubuh lo? Sadar woy!" teriak Dewa sambil mengguncang tubuh sang adik.
"Cukup, Wa! Jangan kayak gini! Lo bilang gue kasar, tapi lo juga sama aja! Tanpa sadar nyakitin dia! Lo kurung dia di bawah semua aturan dan segala macam ocehan lo yang sebenarnya bikin dia sengsara!" teriak Karisma tak kalah kencang.
Wajah Dewa memerah. Dia menatap Karisma yang mencoba untuk menyingkirkan tangannya dari Nazmi.
"Berengsek!"
Buk!!
***
Bersambung ....
"Enggak usah ikut campur dengan apa yang gue lakuin ke Nazmi! Itu semua bukan urusan lo!" teriak Dewa yang berhasil meninju rahang kiri lelaki di depannya hingga tersungkur."Berengsek! Kurang ajar lo!" geram Karisma mencoba bangkit sambil memegangi rahangnya yang terasa kaku."Lo pantas dapat itu, Ka! Cowok mesum kayak lo emang pantas mati aja!" hujat Dewa yang bersiap memasang kembali kuda-kudanya. Mengepal tangan dengan kuat.Nazmi bergetar melihat kedua lelaki yang tengah beradu mulut di depannya. Bibirnya bungkam dengan lidah kelu, sama sekali tak bisa berucap."Kurang ajar!!" teriak Karisma yang melayangkan tinjunya ke arah Dewa, namun tidak tepat sasaran karena Dewa berhasil mengelak dari pukulan Karisma."Segitu aja, Ka? Payah! Nih dari gue! Pergi ke neraka lo! Iblis!" hardik Dewa."Cukup!" teriak Nazmi sangat kencang membuat bogem Dewa hanya melayang di udara kosong.Tubuh kedua lelaki itu seperti ter-setting dengan sendirinya karen
Dering ponsel menyeruak masuk mengganggu kegaduhan yang ditimbulkan Nazmi. Di tengah tangisnya yang kian memuncak, isak yang semakin dalam beradu dengan nada ponsel yang berkebalikan. Ceria.Gadis yang matanya sudah sembab itu perlahan memelankan suaranya. Membuka kedua telapak tangan yang digunakan untuk menyembunyikan wajah sendunya. Padahal tidak usah melakukan hal tersebut pun tidak jadi masalah karena tidak ada yang bisa melihat wajahnya saat ini.Dadanya naik turun amat dalam. Menarik oksigen kian rakus, namun yang terambil hanya sebagian saja. Buktinya isi dalam rongga dadanya masih terasa sesak. Mungkin bukan karena kurang oksigen, melainkan karena perlakuan sang kakak padanya beberapa waktu lalu.Mata bundarnya menatap dengan saksama pada benda persegi yang menuntut ingin segera diambil. Bibir mungil bergetar sambil menggigit ujungnya sedikit karena berniat menghentikan isak yang semakin mendalam."Naz? Gue denger suara hape lo bunyi. Siapa yan
Nazmi melotot pada lelaki yang mendekapnya. Langsung saja ia dorong lelaki mesum itu menjauh darinya."Otak lo gak pernah berubah dari dulu, Ka! Pasti aja kotor!" sindir Nazmi dengan delikan mata, namun terdapat senyuman malu-malu mau di balik wajahnya.Karisma kembali terkekeh kecil. Segera gadis itu ia rengkuh kembali. Didekapnya erat agar tawanannya itu tidak lepas. Dikecupnya berulang kali pipi Nazmi sambil membelai rambut panjang gadis seksi dalam buaiannya.Meski hanya beberapa kali saja menempelkan bibir pada kulit halus gadis itu malah sudah cukup membuat Karisma bergairah dibuatnya. Bak cacing kepanasan ingin segera diredakan."Kenapa? Lo keberatan sama pikiran mesum gue? Wajar kali cowok punya pikiran gitu, Sayang," goda Karisma, masih dengan tatapan nakal.Otaknya kini malah kembali dirasuki setan mesum yang terus menggangunya bila dekat dengan Nazmi.Malah kini lelaki itu merasakan sesuatu dari bagian tubuhnya mulai sensitif, ingin men
Tatapan keduanya saling beradu, tajam, lebih dari sebilah pisau yang baru diasah. Hati masing-masing dari mereka saling beradu argumen, namun tak kunjung tersampaikan."Sebaiknya lo jauhi Nazmi atau gue yang bikin kalian jauh," ancam Dewa, masih dengan tatapan tajam.Seolah tak gentar dengan tatapan tajam dari Dewa, Karisma malah membalasnya dengan wajah datar diiringi senyum sinis. "Silakan lo lakukn aja itu, yang jelas pastinya Nazmi enggak mau pisah sama gue," turur Karisma dengan percaya diri.Dewa mulai meradang, tangannya mengepal sangat kuat. "Sejauh mana lo lakuin hal berengsek itu sama Nazmi, Ka?" bentak Dewa menatap tajam pada lawan bicaranya.Tangannya kini mencengkram kuat jemari tangan yang satunya. Ingin sekali dia meninju wajah sombong milik Karisma lalu membuatnya lenyap detik itu juga."Lo tanya sejauh mana yang udah gue lakuin sama Nazmi, Wa?" Senyum Karisma seolah menecmooh si kakak Nazmi yang galak itu.Tanpa memberi jawa
Perhatian! BAB ini mengandung konten dewasa 21+ atau 25+Bagi yang merasa masih di bawah umur atau belum berkategori usia yang disebut di atas, harap bijak dalam memilih bacaan.Sangat tidak disarankan bagi yang di bawah 21 tahun untuk membaca konten dalam BAB ini. Terima kasih sudah menjadi pembaca yang bijak. Happy Reading!!***Semerbak wangi vanila memenuhi kamar gadis cantik yang tengah mematut dirinya di depan cermin. Dia kembali mendekatkan wajahnya beberapa senti ke depan pantulan kaca yang membentuk wajah cantiknya.Beberapa kali Nazmi memoleskan lipstik merah muda pada bibirnya yang mungil. Terlihat begitu menawan membuat siapa pun ingin menyicipi bibir manis milik Nazmi."Udah cantik kok, Sayang," ujar sebuah suara membuat Nazmi menengok ke arah tersebut.Senyum gadis itu merekah membuat si pemilik suara juga ikut tersenyum lebar."Mau ke mana? Sepagi ini udah cantik banget," ucapnya lagi. Kini tubuhnya mendeka
Perhatian! BAB ini mengandung konten dewasa 21+ atau 25+Bagi yang merasa masih di bawah umur atau belum berkategori usia yang disebut di atas, harap bijak dalam memilih bacaan.Sangat tidak disarankan bagi yang di bawah 21 tahun untuk membaca konten dalam BAB ini. Terima kasih sudah menjadi pembaca yang bijak. Happy Reading!!***Nazmi menyipitkan matanya. Menyimak dengan lekat wajah lelaki yang tengah memohon padanya.Ingin sekali gadis itu mencubit wajah Karisma yang terlihat sangat menggemaskan baginya.Namun, dia hanya bisa berangan saja. Tak ingin terlihat seantusias itu di depan sang mantan kekasih."Naz, ya? Boleh, ya? Lima menit aja," kekeuh Karisma masih memberi kode arah matanya pada benda bulat besar yang dia inginkan."Dih! Kok malah nambah? Tadi katanya sekali pegang aja? Kok sekarang lima menit?" protes Nazmi."Eh? Jadi boleh nih sekali pegang aja?" tanya Karisma antusias.Nazmi terkekeh pelan
Perhatian! BAB ini mengandung konten dewasa 21+ atau 25+ Bagi yang merasa masih di bawah umur atau belum berkategori usia yang disebut di atas, harap bijak dalam memilih bacaan. Sangat tidak disarankan bagi yang di bawah 21 tahun untuk membaca konten dalam BAB ini. Terima kasih sudah menjadi pembaca yang bijak. Happy Reading!! *** Kilat manik mata cokelat dari Karisma menatap semakin tajam gadis yang berada di bawahnya. Bak seekor elang yang tengah membidik mangsanya, tak ingin lepas. Sedangkan di posisi Nazmi, dia ingin melepaskan pagutan dan buaian dari Karisma, tapi di sisi lain dia juga merasakan ada sensasi menyenangkan diperlakukan demikian oleh Karisma. "Cantik, Sayang, halus," bisik Karisma sambil kembali bibirnya menyesap tiap inci tubuh Nazmi. "I love you, Baby," lirih Karisma lalu menyesap kembali bibir ranum Nazmi. Tangannya perlahan mengusap paha atas sang gadis, menyibakkan ro
Karisma terdiam memejamkan matanya sejanak. Berniat merehatkan pikirannya dengan keluar dari kamar Nazmi.Namun, yang dia dapatkan bukanlah ketenangan. Malah di luar kamar Nazmi dia bertemu dengan Dewa, kakak Nazmi yang paling menyebalkan menurutnya."Ka? Kenapa malah diem? Lo gak denger apa yang gue tanyain, hah?" ujar Dewa.Kini nada suara lelaki itu semakin terdengar mendesak. Dia gemas dengan perlakuan Karisma yang malah diam saja saat ditanya hal seperti itu."Karisma!" bentak Dewa dengan tangan mengepal. Hampir saja dia meninju wajah tampan milik Karisma.Lelaki yang hampir dijadikan samsak oleh Dewa itu kemudian menarik napasnya sangat dalam.Menahannya sejenak agar oksigen yang dia hirup melakukan pertukaran dengan benar. Agar otaknya tersuplai oksigen dengan baik. Agar dirinya tidak merasa kesal dengan perlakuan sang manajer sekaligus kakak kandung Nazmi, mantan kekasihnya.Namun, Karisma tetaplah Karisma. Apa yang dia