Share

BAB 4 - Lakukan Lagi

"Maafin gue, Ka ...," lirih Nazmi yang malah terus menerus mengatakan hal tersebut.

Karisma melirik ke arah perempuan di sampingnya. Senyumnya merekah meski terlihat begitu tipis. Bola matanya berbinar menatap lekat pada Nazmi yang juga menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Tangan lelaki itu terjulur menggenggam dengan lembut pada gadis itu. "Gue sayang sama lo, Naz. Gue gak mau kalau sampai lo dimiliki oleh Geri atau siapa pun itu. Masa bodo orang lain mau bilang apa. Mau bilang gue nekatlah, begolah, atau apa pun itu, terserah mereka yang penting lo bisa jadi milik gue lagi, Naz. Mau rintangannya seberat apa pun, sebesar apa pun gue bakal lalui sekali pun itu harus berhadapan sama Dewa lagi. Kayak dulu."

Nazmi tak bisa berucap apa pun lagi. Netranya kembali memanas yang diiringi dengan gemuruh dalam dada perempuan itu. 

"Gue juga sama pengin lo jadi milik gue lagi, tapi ... apa mungkin itu bakal bisa, Ka? Gue ... gak yakin. Kayaknya bakalan sulit untuk hal itu bisa terjadi lagi. Terlebih lagi Dewa emang udah enggak mau banget lihat lo dengan gue." Perempuan itu melepaskan genggaman tangan Karisma sambil menggelengkan kepalanya pelan. 

Karisma membeku. Masih menatap lekat perempuan di depannya sambil kembali meraih lengan Nazmi yang mulai disusupi udara dingin.

"Gue yakin. Gue bisa miliki lo lagi. Gue bilang tadi, Naz, pasti bakal bisa kok. Makanya gue ingin lo datang besok malam ke Arca Hotel. Gue mohon." Genggaman tangannya semakin menguat kala Nazmi mencoba untuk melepaskan Karisma.

Perempuan itu masih membisu. Dia enggan untuk berkata-kata lagi. Wajahnya menunduk, tidak ingin menatap lagi bola mata yang pernah membuatnya tenggelam sangat dalam.

Karisma meraih dagu gadis itu. Kembali menyelami bola mata hitam milik Nazmi yang masih sembab, berkaca-kaca seperti hampir hancur.

"Gue cinta sama lo, Nazmi. Cinta banget. Gue pengin lo jadi milik gue lagi, gue mohon lo datang, ya? Maafin gue yang dulu, Naz. Mohon, datang ke tempat itu, Naz ...." 

Bibir Nazmi masih terkatup, matanya menatap dalam pada Karisma. Wajah lelaki itu mendekat, kian rapat hingga tak menyisakan jarak antara keduanya.

Hidung mereka saling bersentuhan. Bibir lelaki itu mulai meraih bibir Nazmi. Menyapunya dengan lumatan lembut, hangat. Kemudian kelopak mata Nazmi menutup merasakan lebih dalam belaian intens yang terus diberikan Karisma.

Perempuan itu menahan napasnya kala pagutan yang diberikan Karisma semakin intens. Degup jantung bak diberikan pompaan yang amat kuat dengan darah berdesir cepat ke seluruh tubuh.

"Lo milik gue, Nazmi ...," lirih Karisma saat pagutannya ia jeda lalu kembali melumat bibir mungil milik mantan kekasihnya.

Karisma mendorong perlahan tubuh ramping sang gadis idaman untuk segera menikmati kembali tubuhnya yang sempat tertunda tadi. Membelai dengan apik, mengusapnya halus tiap lekuk yang berada pada gadis itu.

"Sebaiknya lo jauhi Nazmi, Ka," ujar sebuah suara dari lelaki yang baru datang.

Suara yang amat keduanya kenal, menggema hingga menusuk jantung. Namun, bukanya jantung itu berhenti berdegup, kini malah berpacu lebih kencang.

Kedua insan yang tengah merasakan kehangatan tadi tiba-tiba membeku. Karisma mengangkat tubuhnya dari Nazmi, begitu juga perempuan itu. Dia kembali duduk tegak. Menatap sosok yang baru datang, mendekat ke arah mereka.

Bukanya takut atau malah menjauh seperti apa yang diperintahkan, Karisma malah kembali menggenggam erat jemari Nazmi. Menatap dengan tajam pada lelaki yang baru datang.

Lelaki tadi melirik ke arah genggaman tangan Karisma, yang di depannya ada Nazmi tengah menunduk takut. Jelas saja dia takut, lebih dari apa pun yang dia rasakan kini.

"Harus berapa kali gue bilang kalau lo gak usah ganggu Nazmi lagi, Ka? Lo gak cukup dapat siksaan dari gue tempo lalu? Apa lo udah kangen rumah sakit lagi? Apa lo mau gue antar sekalian ke kuburan?" ujar orang itu dengan sinis. Nada suaranya begitu tinggi.

Mereka membisu. Gejolak dalam rongga dadanya memuncak. Karisma yang hilang kesabaran, malah ingin bangkit dengan mulut yang hampir terbuka. Namun, Nazmi nampaknya sadar akan hal itu.

Dia langsung menggenggam erat tangan lelaki itu mencegahnya untuk berkata-kata. Nazmi kemudian menyerobot apa yang belum sempat dikatakan Karisma.

"Wa! Kenapa sih lo selalu aja—" Nazmi menatap pada lelaki itu yang ternyata adalah sang kakak.

Karisma tersenyum lebar sambil memotong ucapan Nazmi. Tangannya menyentuh jemari gadis itu seolah menyuruhnya berhenti.

"Meski lo ancam apa pun ke gue, gue akan tetap berusaha untuk dapatin Nazmi. Cinta gue gak seciut itu yang bisa lo ancam dengan apa pun, Wa. Nyali gue lebih gede dari teror lo!"

Dewa duduk di depan mereka. Menatap dengan tajam pada kedua orang di depannya. Senyum memicing seiring embusan napas kasar dari hidungnya. Bak banteng yang siap beradu.

"Lo bisa ngomong kayak gitu, Ka. Kita lihat aja sampai kapan lo tahan dengan semua perlakuan gue," ujar Dewa, sang kakak kandung Nazmi.

Karisma membalas senyuman sinis dari Dewa. Tatapan lelaki itu menajam pada sang manajer sekaligus kakak dari wanita dambaannya.

"Lihat aja terus, Wa, sampai lo bosan mengamati gue. Asal lo tahu, gue enggak akan pernah nyerah buat itu. Gue gak akan pernah nyerah dapatin Nazmi meski seberapa sulit pun gue berjuang untuk dia."

"Basi! Sebelum nyawa lo gue habisi mending lo nyerah aja, Ka, sayang nyawa lo bakal hilang sia-sia," ketus Dewa.

Karisma tertawa kecil mengejek perkataan Dewa yang berucap demikian. "Terse—"

"Udah, Ka, enggak usah ditambahin lagi dan buat lo, Wa, udah enggak usah urusi apa mau Karisma. Kalau pun dia beneran serius sama gue, kenapa enggak dikasih kesempatan lagi?" sinis Nazmi, sambil menatap tajam pada sang kakak.

"Kesempatan kata lo? Kesempatan apa lagi yang harus gue kasih ke cowok bejat ini, Naz? Kesempatan buat rusak tubuh lo lebih jauh, hah? Begitu?" teriak Dewa dengan tangan mengepal.

"Dia gak merusak gue sama sekali, Dewa!" bantah Nazmi.

Dewa tertegun, dia menatap tak percaya pada adik perempuannya. Tak habis pikir ternyata Nazmi mengucapkan hal tersebut.

"Enggak rusak tubuh lo, Naz? Lo sama sekali enggak sadar atas apa yang udah dia lakuin ke lo! Sadar dong, Naz, cowok berengsek ini udah hampir hamilin lo! Dia berkali-kali lecehin lo dan seenak jidatnya nyentuh tubuh lo, Nazmi, dan lo bilang itu bukan rusak tubuh lo? Sadar woy!" teriak Dewa sambil mengguncang tubuh sang adik.

"Cukup, Wa! Jangan kayak gini! Lo bilang gue kasar, tapi lo juga sama aja! Tanpa sadar nyakitin dia! Lo kurung dia di bawah semua aturan dan segala macam ocehan lo yang sebenarnya bikin dia sengsara!" teriak Karisma tak kalah kencang.

Wajah Dewa memerah. Dia menatap Karisma yang mencoba untuk menyingkirkan tangannya dari Nazmi.

"Berengsek!"

Buk!!

***

Bersambung ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status