Share

BAB 2 - Tidak Tuntas

Nazmi menelan salivanya. Otaknya sungguh telah terblokir dengan semua belaian lembut dari Karisma. Gadis itu menutup mata kala tubuh lelaki itu kini tepat berada di atasnya.

"Sepertinya kita langsung mulai aja, Naz, gue udah enggak tahan." Karisma memegang celana pendeknya untuk segera diturunkan.

Gadis itu terbelalak. Wajahnya terlihat panik kala menangkap sinyal aneh dari Karisma yang nampaknya serius akan melakukan hal keji tersebut padanya.

Gemuruh dadanya semakin memuncak. Perih dan terasa sangat menusuk di bagian ulu hatinya. Satu kecupan berhasil mendarat mulus di kening Nazmi.

"Enggak akan sakit, Sayang. Rasanya sama kayak waktu itu kok, tapi mungkin gak akan sesakit waktu itu," bisik Karisma lalu melanjutkan pagutannya.

Benda milik Karisma yang enggan dilihat Nazmi kini sudah mencuat keluar, menempel pada bagian tubuh gadis itu. Pagutan hangat kembali menyerbu Nazmi seiring tangan Karisma yang mulai aktif memegangi miliknya untuk segera menerobos gadis incarannya.

Namun, bersamaan dengan itu, Nazmi langsung mendorong Karisma untuk menjauh. Gadis itu menjauh dari Karisma. Rasa panas dalam rongga dadanya kini mulai berwujud menjadi buliran bening. Mengalir kian deras dari kedua bola mata indah gadis itu.

"Naz? Kenapa?" ujar Karisma yang sedikit menahan kesal atas tindakan Nazmi.

Pakaian dalam Karisma yang tadi sudah terlepas kembali ia kenakan ketika tak kunjung ada jawaban dari sang mantan kekasih. 

Tubuhnya mendekat, menyentuh pundak Nazmi yang berguncang. Wajah gadis itu menunduk dengan isak yang mulai dibiarkan keluar.

"Kenapa, Sayang?" tanya Karisma mencoba untuk tetap bersikap lembut padanya.

Sedangkan Nazmi masih diam saja tanpa mau menjawab pertanyaan bodoh dari Karisma.

Mereka membisu. Hanya suara tangis dari gadis itu yang mendominasi keadaan ruangan. Perlahan hati lelaki itu mulai luluh. Dia menatap lekat pada Nazmi dengan tatapan sendu.

"Maafin gue, Naz. Gue tahu gue salah. Belum saatnya gue lakuin ini, kan? Tapi, Naz, lo tahu gue enggak bisa tanpa lo. Gue enggak mau lihat lo malah sama Geri dengan leluasa lakuin hal kayak tadi dan akhirnya kalian menikah. Gue enggak mau, Naz." Suara Karisma menggema di telinga Nazmi. 

Gadis itu sudah enggan mengatakan apa pun lagi. Dia tidak mau menanggapi apa yang dikatakan Karisma.

Nazmi tahu bahwa kini dirinya sudah tertangkap basah telah melakukan hal keji itu dengan Geri, namun apa yang dilakukan mereka itu tidak sejauh yang dipikirkan oleh Karisma.

Sungguh, jauh dalam hati kecil Nazmi, dia masih enggan melakukan hal tersebut sebelum dia resmi menikah dengan lelaki mana pun.

Terlebih lagi Nazmi sangat tidak ingin kalau sampai terjadi hal seperti saat itu. Dia tidak mau bila ada korban penyiksaan kalau sampai kakaknya tahu mengenai hal itu.

Bisa-bisa Dewa mengamuk lagi dan hilang kendali seperti waktu dulu yang dilakukan pada Karisma.

"Udah dong jangan nangis. Gue gak mau Geri sampai tahu kalau lo nangis, Naz, itu sama aja kayak lo enggak sayang sama gue. Lo minta gue untuk menjauh secara halus kalau sampai Geri tahu lo nangis kayak gini, Sayang. Maafin gue, ya?" bujuk Karisma.

Nazmi terdiam dengan perkataan Karisma yang memang ada benarnya juga. Dia lalu mengusap perlahan wajahnya yang terlihat kusut.

"Hei, Naz. Gue tahu lo belum siap sama gue. Mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk kita melakukan hal itu. Iya, kan?" Lelaki itu mengusap kepala Nazmi dengan pelan yang masih menunduk.

Kedua tangan lelaki itu mengangkat wajah sang gadis cantik di depannya. Menatapnya dengan lekat wajah yang membuatnya selalu mabuk kepayang itu.

"Maafin gue, ya?" pinta Karisma lagi.

Nazmi menganggukkan kepala sambil memasang senyum tipis di sana. Berusaha membuat dirinya tenang dan tentunya agar Karisma berhenti meminta maaf atas apa yang dilakukannya barusan.

Senyum lelaki itu mengembang. "Nice. Gadis pintar. Sorry gue bikin lo syok lagi dan atau apa pun itu yang ngebuat reputasi gue di mata lo jadi jelek lagi. Ya, beginilah gue, Naz. Gue yang selalu keras kepala dan emosional."

Nazmi menatap dengan binar mata yang meredup. Dia tersenyum kecil. Mengiyakan pernyataan lelaki di depannya.

Memang benar, selama mereka berpacaran dulu, itulah yang sering Karisma tunjukan padanya. Keras kepala dan terburu-buru. Maka dari itu, Nazmi sudah tidak heran lahi akan hal tersebut.

"Kok senyum gitu sih, Naz?" tegur Karisma sambil menyentuh pipi gadis itu.

Nazmi mengernyitkan dahi. Mencoba untuk mulai mengeluarkan suaranya. "Emangnya kenapa kalau gue senyum? Enggak boleh? Lo juga senyum terus dari tadi, Ka."

Alis lelaki itu terangkat. Senyumnya kembali mengembang. Terlihat begitu jelas pada raut wajahnya bahwa Karisma terlihat sangat gemas pada Nazmi.

"Boleh kok. Gue enggak larang lo senyum, Naz. Apalagi senyum ke gue. Senyum lo manis gitu, Sayang, tapi jangan kasih senyum lo ke cowok lain dong," goda Karisma membuat hati Nazmi yang tadinya berantakan jadi kembali berbunga.

Pipinya merah dengan wajah menunduk. Diam-diam senyum gadis itu merekah ketika sebuah kecupan mendarat di pucuk kepalanya.

"Gue sayang banget sama lo, Nazmi. Gue harap lo jadi milik gue lagi. Selamanya, Naz. Gue yakin banget kalau lo bakalan jadi milik gue. Terserahlah apa yang bakal dilakuin Geri atau Dewa ke gue saat tahu lo jadi milik gue lagi yang penting itu, lo bisa balik ke gue seutuhnya."

Nazmi tersenyum sambil menatap wajah Karisma. Lelaki yang nekat dan bodoh. Masa iya dia akan mengorbankan lagi nyawanya demi dirinya? Sungguh Nazmi tidak akan pernah mengizinkan itu terjadi pada Karisma lagi.

Cukup sekali saja menderita ketakutan akan kepergian Karisma. Jangan sampai terulang lagi.

"Lo tetep aja nekat, Ka, kalau caranya salah gue tetep gak mau sama lo. Gue tuh pengin lihat perjuangan lo buat gue kayak gimana, bukan lihat lo dianiaya Dewa atau Geri," komentar Nazmi dengan suara sedikit serak.

"Eh? Emangnya perjuangan gue kurang apa sih, Naz, sampai lo masih gak mau sama gue? Kalau itu yang lo pengin, oke, gue bakal turuti, tapi gue minta keinginan gue yang tadi tolong lo ikuti juga, Naz," ujar Karisma sambil menatap sungguh-sungguh pada Nazmi.

Jelas saja hal itu membuat Nazmi kembali tersentak. Jiwanya yang sudah mulai tenang, kini seolah kembali terusik. Tak tahu harus mengatakan apa lagi.

"Keinginan lo yang mana maksudnya, Ka?" tanya Nazmi meyakinkan bahwa apa yang ada dalam pikirannya salah.

Karisma tersenyum. Dia menggenggam erat jemari gadis itu lalu mengecupnya lembut.

"Keinginan gue yang minta kalau lo harus buktiin rasa cinta lo ke gue, Naz. Biar gue tahu bukan cuma gue yang berjuang buat bersama lagi."

Sebuah anak panah seolah menusuk tepat di jantung gadis itu. Senyum Nazmi terukir tipis.

"Gue pengin lo datang ke Hotel Arca, Naz, itu aja. Masalah kita bakal ngapain di sana, itu urusan nanti. Gue pengin tahu dulu sejauh mana perjuangan lo buat gue."

***

Bersambung ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status