60
Karisma menghentikan tinjunya begitu juga dengan Geri. Napas mereka naik turun dengan tatapan tajam satu sama lain. Nazmi menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku dua lelaki dewasa yang begitu kekanakan.
“Kalian gak malu, hah?”Tak ada jawaban dari mereka. Geri menarik napasnya dalam kemudian menatap Nazmi dengan kedua alisnya yang terangkat.“Naz, kenapa sih lo selalu nempel sama si bedebah ini?”“Karena lo brengsek, Ger,” ucap Karisma yang sama sekali tidak dimintai keterangan.“Berisik lo! Gue gak tanya sama-“ ucapannya terpotong karena Nazmi berdecak kesal.Mereka kembali bertatapan masih dengan napas yang naik turun. Kedua tangan lelaki itu masih mengepal belum puas dengan pertempuran mereka.Untung saja lorong belakang selalu sepi sehingga tak ada siapa pun yang mendengar atau menyaksikan mereka bertengkar, tentu saja jika tidak ada paparazi di sekitar sini.“Kalian itu61“Lo cowok paling nyebelin parah, Ger!”“I see, I see,” ledeknya tanpa ekspresi dan masih asyik mengemudi.Kedua netranya yang tajam namun meneduhkan menatap jalanan dengan fokus. Saat ini di depannya terlihat lengang dan hanya terdapat beberapa kendaraan saja yang berlalu lalang.Nazmi menghela napas kemudian pandangannya ia alihkan ke jalanan di samping kirinya. Dilihatnya beberapa kedai makanan dan toko-toko yang sebagian tutup di pinggir jalan raya.“Lo mau bawa gue kemana?” tanyanya ketika tersadar bahwa jalan saat ini bukan menuju apartemen miliknya atau bestcamp.“Lo lupa jalan ini?” tanya Geri balik seraya menoleh sekilas pada gadisnya.“Ini ke apartemen lo kan?”“Extacly.”Lelaki dengan rambut halus berwarna cokelat itu tersenyum sembari mengangguk dan menjentikkan jarinya. Nazmi menatap wajah samping tampan sang kekasih yang
62“Lo segalanya buat gue!”Nazmi tertegun mendengar penuturan dari sang kekasih. Meski kini jantungnya berdegup kencang karena tatapan Geri yang begitu dekat dengannya, tetap saja hatinya sakit karena Geri berkirim pesan dengan perempuan lain.“Ukh! Lo bohong, Ger! Lo nyebelin banget! Lo ke club sama cewek itu? Lo nari-nari sama dia? Lo nyebelin banget parah!” teriaknya seraya meronta meminta untuk dilepaskan.“Naz! Lo gak usah bilang kayak gitu. Gue ke club juga gak ngapa-ngapain selain minum. Seharusnya lo sadar kenapa gue lakuin itu?!”“Huh? Menurut lo wajar kalau gue bikin lo sakit hati terus lo balas gue kayak gini?”Kedua alis Geri saling bertautan. Apa yang ada di kepalanya sama sekali tidak masuk di kepala kekasihnya.“Gue gak balas dendam sama lo, Naz.”“Terus apa? Lo selingkuhin gue? Menurut lo gue yang gampang diselingkuhi kayak gini?&rd
63Sontak sepasang mata mereka menatap layar ponsel yang berdering di atas meja. Lelaki itu meraih ponselnya dan membaca nama yang tertera di sana.Nazmi melotot dengan tatapan tajam menelisik perilaku sang kekasih yang masih menatap layar ponsel miliknya.“Siapa?” tanya Nazmi yang terdengar ketus.“Manajer gue,” ucapnya sembari memperlihatkan layar ponselnya yang menyala.“Angkat sana. Berisik,” ujarnya seraya mendelik pada sang kekasih.Geri menerima telepon masuk tersebut tepat di samping Nazmi yang kembali menatap layar televisi di hadapannya yang jaraknya tidak terlalu dekat.Sebenarnya meski kedua matanya menatap layar televisi tetap saja pendengarannya berfungsi menguping pembicaraan sang kekasih dengan manajernya yang terjalin cukup lama.“Ahh, iya siap.”“Siap. Siap. Gue usahain,” ucapnya yang terdengar seperti terpaksa.Kemudian ta
64Sontak kedua mata Geri membulat akan tingkah laku Hana yang begitu manis padanya. Jantungnya seperti berhenti berdetak diperlakukan demikian oleh gadis cantik yang wajahnya sangat dekat dengan dirinya saat ini.Segera ia mengalihkan pandangan merasa salah tingkah sembari mengusap bibirnya sendiri. Ia menoleh pada Nazmi yang masih asyik berpose di seberang sana.“Lo manis banget,” ujar Hana yang tengah menggigit kecil samping ibu jarinya.Hal itu membuat Geri semakin salah tingkah, bagaimana tidak? Kini Hana seperti tengah menggodanya dengan menggigit bekas sentuhan di bibirnya.Wajahnya terasa panas bersemu merah kemudian sedikit tersenyum menyembunyikan perasaan malunya. Ia kembali memakan ice cream tersebut mencoba melupakan kejadian singkat baru saja.“Hana lo suka banget ice cream?”“Yup! Apalagi ice cream nya manis kayak lo!”“Ahahahaha ... ada-ada aja,” ucap
65Gadis itu bungkam ditatap tajam dan dalam oleh lelaki tampan di hadapannya. Jantungnya berdebar kencang menatap netra indah sang kekasih yang begitu menusuk relung hatinya.Geri menurunkan pandangannya sedikit menatap bibir segar milik Nazmi kemudian mendaratkan bibirnya di sana. Lelaki itu perlahan memakan bibir gadis cantik yang terasa lembut sembari menutup kedua matanya.Netra Nazmi membulat, jantungnya seperti berhenti berdetak merasakan lembut bibir Geri yang menelusuri bibir dan mulutnya. Perlahan, ia menutup kedua matanya kemudian mengusap dada bidang sang kekasih yang kedua tangannya memegangi pinggang langsing miliknya.Deru napas mereka saling berkejaran setelah beberapa menit Geri melepaskan pagutan bibirnya. Perlahan ia membuka mata yang merah kemudian sedikit menyunggingkan senyum pada gadis yang baru saja dibuat kalah telak olehnya.Nazmi menatap kedua netra Geri yang dalam menatapnya kemudian memegangi bibirnya yang
66“Nanti aja lah toh belum terlalu meresahkan. Sekarang mending kita bahas persoalan yang tadi aja jangan terlalu anggap siapa pengirim kotak misterius itu.”Mereka menghela napas mendengar putusan dari sang manajer. Memang kotak misterius itu tidak terlalu mengganggu, mereka hanya penasaran saja siapa dalang dibalik pengiriman benda-benda tersebut.“Lo serius kita bakalan tour ke kota-kota lagi?”“Ya. Dan gue seneng banget begitu denger undangan itu. Fans kita kangen sama kita, Bro udah lama gak mengunjungi mereka lagi.”“Bagus kalau gitu. Nambah pemasukan,” ucap Dewa seraya tersenyum lebar mencoba mencairkan suasana yang cukup tegang.Sontak mereka mengangguk sembari tersenyum. Kabar bahagia yang Farel bawa membuat mereka kembali hidup setelah akhir-akhir ini job band tak begitu banyak.“Eh tunggu, dispinsorin gak ini?” tanya Fauzi pada Farel sang leade
67“Ya gak terlalu buruk, lah ...”Gadis yang mengenakan baju satu helai kain yang menutupi dadanya itu tersenyum kemudian bersandar pada lengan Geri yang ia taruh di belakang. Tangan lembutnya mengusap dada bidang lelaki yang tengah berdegup kencang jantungnya.“Gak usah nervous gitu. Biasa aja!” ucapnya seraya menengadah menatap wajah Geri yang sangat dekat.“Ahahahaha. Gue cuma gak biasa kayak gini, Han ...”“Gak usah mikirin banyak hal, enjoy aja. Gue seneng banget deh lo dateng ke sini.”Kini tangan lentik Hana meraih tangan kanan Geri untuk menyentuh bagian pinggang dan punggungnya yang terbuka. Dirasanya lembut kulit gadis yang kini tengah memeluknya, bagaikan terhipnotis jemari lelaki itu mengusap-usap pinggang Hana yang terasa halus di tangannya.“Oh ya? Kebetulan sih tadi gue baru balik. Mumpung lagi di luar aja makanya gue ke sini.”“Poko
68“Huh? Hahahaha,” iya hanya menjawabnya dengan tawa. Tak percaya dengan pertanyaan yang keluar dari mulut seksi gadis di hadapannya.“Kok ketawa sih?”“Gak apa-apa. Gue cuma kaget aja sama pertanyaan lo,” ucapnya sembari mendekatkan wajahnya pada Hana.Wajah putih bersih gadis cantik itu bersemu merah seperti kepiting rebus. Kini ia terlihat begitu menggemaskan ketika digoda oleh Geri yang begitu cool.“Jujur dong, lo mau coba gak?”“Ya sebenernya sih bukan mau coba. Gue cuma pengen aja, bukan buat cobain tapi lebih dari sekadar nyoba.”“Jadi mau nih?”Kedua alis lelaki itu saling bertautan, ia menggelengkan kepala sembari tersenyum kecil. Hana kembali mengusap dada bidang Geri dan memberikan kiss mark lagi di sisi leher satunya.Gejolak dalam dada Geri semakin naik hampir ke puncak. Tubuhnya terasa panas ingin menerkam gadis di hadap