Perhatian! BAB ini mengandung konten dewasa 21+ atau 25+
Bagi yang merasa masih di bawah umur atau belum berkategori usia yang disebut di atas, harap bijak dalam memilih bacaan.
Sangat tidak disarankan bagi yang di bawah 21 tahun untuk membaca konten dalam BAB ini. Terima kasih sudah menjadi pembaca yang bijak. Happy Reading!!
***
Semerbak wangi vanila memenuhi kamar gadis cantik yang tengah mematut dirinya di depan cermin. Dia kembali mendekatkan wajahnya beberapa senti ke depan pantulan kaca yang membentuk wajah cantiknya.
Beberapa kali Nazmi memoleskan lipstik merah muda pada bibirnya yang mungil. Terlihat begitu menawan membuat siapa pun ingin menyicipi bibir manis milik Nazmi.
"Udah cantik kok, Sayang," ujar sebuah suara membuat Nazmi menengok ke arah tersebut.
Senyum gadis itu merekah membuat si pemilik suara juga ikut tersenyum lebar.
"Mau ke mana? Sepagi ini udah cantik banget," ucapnya lagi. Kini tubuhnya mendeka
Perhatian! BAB ini mengandung konten dewasa 21+ atau 25+Bagi yang merasa masih di bawah umur atau belum berkategori usia yang disebut di atas, harap bijak dalam memilih bacaan.Sangat tidak disarankan bagi yang di bawah 21 tahun untuk membaca konten dalam BAB ini. Terima kasih sudah menjadi pembaca yang bijak. Happy Reading!!***Nazmi menyipitkan matanya. Menyimak dengan lekat wajah lelaki yang tengah memohon padanya.Ingin sekali gadis itu mencubit wajah Karisma yang terlihat sangat menggemaskan baginya.Namun, dia hanya bisa berangan saja. Tak ingin terlihat seantusias itu di depan sang mantan kekasih."Naz, ya? Boleh, ya? Lima menit aja," kekeuh Karisma masih memberi kode arah matanya pada benda bulat besar yang dia inginkan."Dih! Kok malah nambah? Tadi katanya sekali pegang aja? Kok sekarang lima menit?" protes Nazmi."Eh? Jadi boleh nih sekali pegang aja?" tanya Karisma antusias.Nazmi terkekeh pelan
Perhatian! BAB ini mengandung konten dewasa 21+ atau 25+ Bagi yang merasa masih di bawah umur atau belum berkategori usia yang disebut di atas, harap bijak dalam memilih bacaan. Sangat tidak disarankan bagi yang di bawah 21 tahun untuk membaca konten dalam BAB ini. Terima kasih sudah menjadi pembaca yang bijak. Happy Reading!! *** Kilat manik mata cokelat dari Karisma menatap semakin tajam gadis yang berada di bawahnya. Bak seekor elang yang tengah membidik mangsanya, tak ingin lepas. Sedangkan di posisi Nazmi, dia ingin melepaskan pagutan dan buaian dari Karisma, tapi di sisi lain dia juga merasakan ada sensasi menyenangkan diperlakukan demikian oleh Karisma. "Cantik, Sayang, halus," bisik Karisma sambil kembali bibirnya menyesap tiap inci tubuh Nazmi. "I love you, Baby," lirih Karisma lalu menyesap kembali bibir ranum Nazmi. Tangannya perlahan mengusap paha atas sang gadis, menyibakkan ro
Karisma terdiam memejamkan matanya sejanak. Berniat merehatkan pikirannya dengan keluar dari kamar Nazmi.Namun, yang dia dapatkan bukanlah ketenangan. Malah di luar kamar Nazmi dia bertemu dengan Dewa, kakak Nazmi yang paling menyebalkan menurutnya."Ka? Kenapa malah diem? Lo gak denger apa yang gue tanyain, hah?" ujar Dewa.Kini nada suara lelaki itu semakin terdengar mendesak. Dia gemas dengan perlakuan Karisma yang malah diam saja saat ditanya hal seperti itu."Karisma!" bentak Dewa dengan tangan mengepal. Hampir saja dia meninju wajah tampan milik Karisma.Lelaki yang hampir dijadikan samsak oleh Dewa itu kemudian menarik napasnya sangat dalam.Menahannya sejenak agar oksigen yang dia hirup melakukan pertukaran dengan benar. Agar otaknya tersuplai oksigen dengan baik. Agar dirinya tidak merasa kesal dengan perlakuan sang manajer sekaligus kakak kandung Nazmi, mantan kekasihnya.Namun, Karisma tetaplah Karisma. Apa yang dia
Dewa lalu menatap pintu kamar Nazmi. Memandanginya sesaat dengan jantung berdegup. Pikirannya campur aduk, takut bila Karisma malah melakukan hal aneh seperti tempo lalu.Namun, di sisi lain dia yakin bahwa lelaki itu tidak berbuat nekat kali ini karena melihat wajah Karisma yang sudah masam sedari dia menutup pintu tadi."Mungkin niatnya emang ngelakuin itu kali ya, tapi malah kena semprot, maybe," gumam Dewa.Senyum Dewa sedikit merekah ketika mengingat hal tersebut. Dia berharap Karisma memang benar-benar tidak melakukan hal bejat itu lagi pada Nazmi, adik perempuan satu-satunya itu.Tok tok tok."Masuk aja. Enggak dikunci kok," sahut Nazmi sedikit berteriak dari dalam kamar."Oke," ujar Dewa.Nazmi menengok ke arah sosok yang baru saja datang. Percakapannya dengan Geri masih berlangsung. Sebenarnya Nazmi ingin segera mengakhiri percakapan itu, namun dia bingung mengatakannya harus bagaimana.'Geri, ya?' tanya Dewa pada diri
Alis Dewa saling bertaut. Menatap tajam pada Nazmi."Apanya yang cukup, Naz? Apa omongan gue ada yang salah?" tanya Dewa sambil melempar tatapan kesal.Nazmi yang dicecar seperti itu malah terdiam. Bibirnya kaku tak mampu mengungkapkan apa yang dia maksud.'Agh, kenapa sih nih mulut malah keceplosan segala? Ribet jadinya, kan!' gerutu Nazmi dalam hatinya."Nazmi? Gue lagi bicara sama lo, kenapa malah diem aja? Lo masih sadar, kan?" tanya Dewa lagi membuat Nazmi terkesiap."Mmmhh, i-iya, Kak, gue masih sadar kok," ujar Nazmi gelagapan."Terus kenapa?" ujar Dewa sambil tak henti menatap tajam gadis itu."Ke-kenapa apanya?" tanya Nazmi.Dewa menarik napas panjang. Tatapannya ia alihkan sebentar ke arah pintu kamar yang terbuka."Apa gue salah bicara?" tanya Nazmi malah membalikan pertanya
Nazmi menatap tajam pada sang kakak. Dia merasa ucapannya memang benar adanya.Apa yang dia rasakan dan apa yang Karisma tunjukkan padanya memang nyata. Seperti itu faktanya, tapi jauh dalam lubu hatinya dia juga tak tahu apakah memang hal itu benar atau tidak."Kenapa?" tanya Nazmi heran ketika Dewa tak berekspresi sedikit pun.Dewa hanya diam saja sedangkan gadis itu kebingungan harus berkata apa lagi."Dia memang cinta sama gue! Lo aja yang gak tahu! Lo gak ngerasain itu, Wa!" ujar Nazmi sedikit berteriak seperti anak kecil.Dewa terkekeh pelan. Menertawakan ucapan adiknya yang seperti anak-anak tengah membela kebenaran.Dewa menggelengkan kepalanya. Tawanya yang tadi berubah menjadi senyum sinis yang tersungging miring."Cinta kata lo? Lo sakit, ya, Naz? Atau lo emang udah buta? Atau mungkin lo diguna-guna? Dipelet, apa si
“Baguslah, awas aja kalau sampai macem-macem gue bakalan laporin ke Dewa,” ujarnya sambil menghentikan langkah kaki.Lelaki itu menganggukkan kepala. Tatapan Nazmi seketika melihat pada seorang pria mencurigakan dengan pakaian formal. Terlihat tubuhnya kekar meski dibalut kemeja dan celana bahan panjang, perempuan itu menoleh pada Tara dengan satu alisnya yang teragkat.“Dia … suruhan lo juga? Anak buah lo?” tanyanya pada pria tersebut yang berada jauh memerhatikan mereka.“Iya, dia anak buah gue.”“Kenapa dia merhatiin kita dari jauh?”Tara terdiam menatap wajah Nazmi yang sangat penasaran dengan kelakuannya kemudian lelaki itu segera menjelaskan tugas pria tersebut supaya tidak ada kesalahpahaman di antara mereka.“Dia bagian eksekusi, gue jarang mukul orang kalau ada apa-apa makanya dia lihat dari kejauhan aja kalau ada bahaya baru dia maju,” ucap pria itu.Sontak g
Lelaki bermata kecil itu menyipitkan kedua mata seraya tersenyum tipis dengan satu sudut bibir yang terangkat.“Cinta dan kasih sayang yang lo lihat dari dia itu gak nyata, Nazmi. Seharusnya lo sadar kakak lo bawel begini pasti yang lebih sayang sama lo.”Gadis itu diam tak mengatakan apa pun. Mungkin benar, ocehan Dewa selama ini memang untuk kebaikan dirinya sendiri, Dewa ingin melindunginya namun, tetap saja memberikan body guard untuknya merupakan hal yang berlebihan.“Wa, please deh, gue bukan anak kecil. Tolong lah hargai privasi gue,”“Mau gak mau lo harus terima itu, demi kebaikan lo,” ucapnya dengan tatapan tajam kemudian membalikkan tubuhnya mejauhi adik kandung yang sama keras kepalanya seperti dirinya. Ia tak mau berdebat lagi perihal body guard nya itu.“Ugh! Dewa!” teriaknya sekuat tenaga dengan kedua tangan yang mengepal.Lelaki yang menurutnya menye