Share

Bab 2

Dengan penuh keberanian, aku segera bergegas ke kantor papa. Ya, di sana tidak hanya ada suamiku, Papa Wijaya berada di kantor juga, orang tua tunggal yang masih menjabat sebagai pemilik perusahaan.

Mas Danu memiliki hak atas keputusan yang berhubungan dengan pekerjaan. Akan tetapi, aku yakin setelah papa mendengar ini semua, ia akan berusaha mengambil kembali hak-hak yang tidak pantas diberikan pada Mas Danu.

Sepanjang perjalanan, aku berharap papa tidak sedang meeting di kantor. Lebih baik sebelum menemuinya, aku kirim pesan terlebih dulu. Tangan ini dengan cepat mengusap layar ponsel yang kupegang.

[Pah, ada sesuatu hal yang ingin aku bicarakan pada, Papa.]

Pesan itu aku kirim sesegera mungkin. Papa pun dengan cepat membalasnya. Itu artinya, beliau tidak dalam kondisi meeting.

[Iya, Nak. Papa saat ini berada di Cafe samping kantor. Kamu bisa susul Papa ke sini.]

Aku tersenyum membaca respon orang tua tunggalku yang cepat.

[Ada Mas Danu, nggak, Pah?] tanyaku singkat.

[Tidak, Nak!]

[Sepuluh menit lagi, aku sampai, Pah.]

Ponsel pun aku masukkan kembali ke tas. Tas yang berisikan berkas dan foto prewedding suamiku dengan istri pertamanya.

Di dalam mobil, aku menatap jalan yang berliku. Meneteskan butiran air mata yang tak dapat aku bendung. Jari jemari ini mencoba menghapusnya kembali, tapi tetap saja air mataku jatuh. Sebab, luka yang ditorehkan Mas Danu sangat menyakitkan.

Sedikit demi sedikit aku ingat perlakuan Mas Danu yang amat penyayang terhadapku. Maka dari itulah, tidak satupun rahasianya yang terungkap melalui perlakuannya itu. Semua normal, seperti layaknya suami-istri.

Namun, ternyata itu adalah pembodohan, kasih sayang yang ia berikan bukan sebuah ketulusan. Ia rela membohongiku sejak awal pertemuan. Lalu perempuan itu, Syakila, aku akui ia begitu pintar menyimpan rahasia besar ini, kepintarannya kini bahkan menorehkan luka yang teramat dalam di hati.

Makna teman bagi Syakila hanyalah umpan. Ia memanfaatkan kekuranganku ini untuk dijadikan boneka. 'Sakit hati ini, Syakila. Apalagi aku sudah terlanjur mencintai Mas Danu,' batinku menangis sejadinya.

Mobil sudah terparkir di halaman cafe tempat papa berada. Sebelum menemui laki-laki yang telah berdusta dua tahun lamanya, lebih baik aku ceritakan dulu pada laki-laki yang sangat mencintaiku sejak kecil. Tentunya dengan berbicara menggunakan bahasa isyarat padanya.

Papa adalah Orang tuaku satu-satunya. Beliau yang membantuku dalam menyemangati diri sendiri untuk tetap menjalani hidup ini. Sosok mama yang sudah lama pergi, ia gantikan dengan kasih sayangnya. Untuk itu, jika ada yang menyakiti hati ini, pasti akan berurusan dengannya.

"Anak Papa, tumben pengen ketemu dan langsung datang, ada apa Fika Amara?" tanya papa dengan bahasa isyarat yang ia peragakan di depanku.

Aku bisu, tapi masih bisa mendengar papa bicara. Asalkan dengan suara yang lantang. Namun, papa sedang berada di keramaian. Tidak mungkin ia melakukan hal tersebut.

Aku terdiam, ada air mata yang masih mengembun di kelopak mata ini. Setelah cukup tenang dengan mengambil napas dalam-dalam. Barulah aku mengeluarkan bukti foto yang kutemukan.

Aku menyodorkan foto yang sudah kutemukan di laci kerja Mas Danu. Papa sangat terkejut melihatku menyerahkan foto itu sambil menangis.

"Fika, apa ini? Kenapa kamu menangis?" tanya papa sambil mengernyitkan dahi. Lalu ia membuka map yang berisikan foto prewedding suamiku dengan wanita lain.

"Astaga, Danu! Benar-benar keterlaluan, ia mau menikah lagi?" tanya papa terkejut hingga tidak membaca tanggal dalam foto tersebut.

Aku terkesiap dan sontak memberikan informasi dengan bahasa isyarat.

"Pah, itu foto pernikahan pertama Mas Danu, lihat tanggalnya!" sahutku dengan bahasa isyarat. Papa mengerti maksud dari bahasa yang sering aku pergunakan padanya.

"Danu, memiliki istri sebelum menikah denganmu?" tanya papa kini mulai meredam amarah. Ia meneliti foto yang tengah dipegangnya.

"Iya, Pah, dan yang menjadi istri pertamanya adalah Syakila," jawabku dengan bahasa isyarat.

Setelah itu tangisku makin pecah. Rasanya sandaran papa yang mampu meredakan emosi ini.

"Fika, kamu tenang ya. Kita akan lawan mereka. Papa harap, kamu pura-pura saja tidak mengetahui hal ini!" timpal papa memerintahkan aku untuk tidak gegabah. Ia menepuk bahu ini lembut supaya tetap tenang.

"Pah, aku tidak ingin perusahaan Papa jatuh ke tangan Mas Danu," ujarku lagi dengan emosi memberikan isyarat pada papa. Tangan ini terus mengepal seraya meluapkan kekesalan.

"Iya, Papa paham. Makanya, kamu harus hati-hati. Papa selidiki lebih dulu. Surat-surat mana yang telah ia ambil alih." Papa masih tenang dan santai menghadapi masalah ini.

"Kalau gitu, aku pamit untuk menyerahkan berkas-berkas ini pada Mas Danu, Pah." Tangan ini terus mengajaknya berinteraksi sembari bangkit. Setelah itu aku mengecup punggung tangannya dan pergi ke arah kantor yang berada di samping Cafe.

"Hati-hati, Fika!" teriak papa sembari melambaikan tangannya dari kejauhan.

Aku bergegas ke arah kantor, semua pegawai yang berada di dalamnya menghormatiku. Sebab mereka tahu, aku adalah anak dari pemilik perusahaan ini.

Pintu tidak ia kunci, jadi aku segera masuk. Ternyata Mas Danu tengah menghubungi seseorang. Entah siapa orangnya, yang jelas saat aku datang langsung ia matikan dan menyembunyikan ponsel tersebut.

"Ini, Mas," ucapku meski dengan suara meraung, wanita bisu yang hanya dimanfaatkan olehnya sudah enggan berlama-lama di dekatnya. Kemudian, aku memberikan berkas-berkas itu dengan isyarat. Lalu tanpa menoleh ke arahnya sedikitpun. Aku pun pergi meninggalkannya.

"Fika, terimakasih. Kenapa buru-buru?" tanya Mas Danu sembari menarik pergelangan tanganku. Rasanya tak tahan menahan perih. Kenapa ia tetap memberikan perhatian itu padaku? Kalau tidak benar-benar menyayangi diri ini, tolonglah jangan beri hatiku ruang untuk berlabuh.

'Kamu jadikan aku yang kedua, Mas. Pernikahan kita hanya kepalsuan. Apakah aku harus membongkarnya sekarang?' Aku bimbang dan bergumam dalam hati sendirian.

Bersambung

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Dian Rahmat
sdh lama bgt ada alat utk membantu pendengaran. klw cuma 5jt an mah kecil buat orkay
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Jgn dulu lha oon ndak sabaran bgt. Lupa nasihat bapak lu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status