Share

Bab 3

Penulis: Siti_Rohmah21
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-27 22:20:01

'Jika memang pernikahan yang kita jalani hanyalah sebuah skenario dari istrimu. Sungguh bodohnya kamu, Mas, dijadikan robot olehnya. Syakila yang mencoba mengendalikan kamu,' batinku masih mengeluh di hadapan Mas Danu yang mencekal pergelangan tangan ini.

Seandainya boleh memilih saat itu, aku lebih memilih menjadi perawan tua daripada harus berujung seperti ini. Kenyataan pahit harus ditelan disaat cinta yang sudah tumbuh menggunung.

Kemudian, aku melepaskan genggaman tangannya dan dengan bahasa isyarat aku pun berpamitan dengannya.

"Mas, aku mau pulang. Belum masak," ujarku sembari menggerakkan tangan ini. Rasanya air mataku yang sudah ditahan sejak menginjakkan kaki ke kantor, ingin tumpah ketika melihat wajahnya. Sebab terbayang-bayang foto prewedding yang telah aku temui di laci itu.

"Ya sudah, kamu hati-hati. Langsung pulang ke rumah ya!" pesan Mas Danu masih sama sikapnya seperti biasa. Tidak ada yang berbeda padanya. Itu yang membuatku muak. Kenapa ada laki-laki munafik seperti ini?

Aku mengalihkan pandangan, tanpa menimpali percakapan dengannya. Kemudian aku beranjak pergi. Khawatir air mata yang sudah mulai mengembun ini tumpah di hadapannya.

Aku langkahkan kaki ini dengan hentakan sangat cepat. Berharap ada yang bisa kulakukan kembali setelah ini. Setidaknya ada hal yang membuat hidupku kembali bersemangat.

Menyesali, itulah yang aku alami saat ini. Aku menyesal, karena tidak menuruti kemauan papa dulu. Kehilangan pita suara sampai sudah dewasa seperti ini, bukanlah karena cacat dari lahir. Namun, aku mengalami kecelakaan saat itu, bersama keluarga yang menewaskan almarhumah mama pada saat usiaku 7 tahun. Saat itu, aku mengalami benturan hebat hingga merusak pita suara. Itulah makanya papa sebegitu sayangnya padaku. Sebab aku kehilangan seorang ibu sekaligus kehilangan suara.

Penyesalan itu tidak lain karena papa pernah mengajakku untuk terapi bicara. Namun, aku selalu menolak permintaannya. Sebab merasa dengan kekurangan ini, masih ada laki-laki yang tulus mencintaiku.

'Sebaiknya, aku coba tanya pada papa. Di mana bisa terapi agar suaraku kembali normal seperti dulu,' ucapku dalam hati.

Aku ambil benda pipih yang berada dalam tas, bermodalkan nekat. Aku akan ikut arahan Papa yang dulu telah aku hiraukan, yaitu terapi suara agar kembali normal. Sebab bisu ini, bukan bisu sejak lahir.

[Pah, aku mau terapi agar bisa bicara. Aku harus ke mana? Tolong beritahu di mana tempatnya.] Seperti itu isi pesan yang aku kirim kepada papa.

[Nanti papa antar, ke rumah seorang dokter spesialis. Ia praktek di daerah Jakarta.]

Papa membalas chatku dengan cepat. Ia memang orang tua paling hebat yang aku punya.

[Baik, Pah. Aku akan terapi sampai bisa bicara kembali. Agar aku bisa mengungkapkan perasaan ini, pada mereka yang telah menyakitiku.]

Ketikan jari saling berbalas. Aku harap tidak mengganggunya.

[Kamu yang sabar, Fika. Anak papa yang paling pintar. Pasti tahu langkah apa yang harus kamu lakukan, jangan cengeng ya, kamu itu wanita kuat.]

Papa benar, aku memang kuat. Buktinya, bisa menjalani hidup sampai saat ini. Meskipun trauma saat kecelakaan itu selalu menghantuiku.

[Aku pulang dulu, ya Pah. Nanti segera beritahu di mana tempatnya.]

Kini semangatku berkobar untuk membalas perlakuan Mas Danu dan Syakila. Aku sangat menginginkan mereka mendapatkan balasannya atas perbuatan yang telah mereka lakukan selama ini.

Setibanya di rumah, aku lihat di parkiran sudah ada mobil Syakila terparkir di depan persis mobilku. Menyesal rasanya kalau ingat, telah memberikan ia sebuah mobil sebagai ucapan terima kasih padanya yang telah memperkenalkan laki-laki seperti Mas Danu.

Namun, ternyata ia sama seperti wanita lainnya, mengincar harta yang aku miliki. Tidak ada teman yang tulus menghampiri, selalu saja ada maunya di balik semuanya.

"Hai, Fika. Kamu dari mana?" tanya Syakila dengan suara kencang. Tangannya pun melambai-lambai ke arahku yang baru saja turun dari mobil.

Aku harus menggunakan bahasa isyarat padanya. Sebab, tidak ingin Syakila mencurigai bahwa aku telah mengetahui kebusukannya yang memanfaatkan Mas Danu sebagai bonekanya.

"Kamu baru sampai atau dari tadi?" tanyaku sambil menggerakkan tangan. Ia sudah paham bicara dengan bahasa isyarat. Sebab cukup lama sekali ia berteman denganku.

"Baru aja parkir mobil, kamu dari mana? Kata Mbok, habis ke kantor suamimu, ya?" ucapnya dengan senyuman. Seketika hatiku hancur mendengar apa yang ia ucapkan. Sandiwaranya sungguh luar biasa.

'Bukankah ini rencanamu? Kenapa bisa berpura-pura tidak tahu seperti itu. Aku heran, bisa-bisanya kamu melihat suami sendiri menikah dengan orang lain,' gerutuku di dalam hati.

Kalau bukan karena ingin memanfaatkan kekurangan ini, mungkin tidak akan bisa ia semudah itu melepaskan laki-laki yang mengikat janji sehidup semati denganku.

"Ayo, masuk!" ajakku menggandengnya. Map yang tadi aku bawa, sudah papa amankan supaya aku tidak terus menerus memandang foto tersebut.

Syakila terus bicara mengenai kegiatannya. Tiba-tiba di kepala muncul ide, aku mencoba menanyakan kepada ia tentang pernikahan. Kenapa ia sampai saat ini belum menikah, dan belum mengenalkan padaku sosok pria yang ia bilang akan menikahinya setahun lagi.

"Kamu belum mengenalkan padaku, calon suami yang kata kamu setahun lagi akan menyuntingmu?!" Syakila tampak terkejut melihat bahasa isyarat yang aku berikan padanya. Pertanyaan yang selama ini tidak pernah aku lontarkan. Sebab, khawatir akan menyinggungnya.

Mata Syakila membuka lebar saat pertanyaan itu terlontar. Ia belum menjawabnya, sepertinya Syakila tengah mencari alasan, sebab kelihatan dari bibirnya yang menganga.

'Aku ingin dengar alasanmu, Syakila,' gumamku dalam hati.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 54. Akhir Kebahagiaan Fika

    Seorang pria berhasil membawa maling tersebut bersama dengan Ari dan Haris. Mereka berdua diseret ke mobil dan diperintahkan masuk olehnya."Udah jebloskan aja ke penjara, kalau sudah berani kabur sih artinya sangat berani," ucap Haris.Kemudian, kami memutuskan untuk membuat laporan ke kantor polisi atas penjambretan tadi. Namun, sebelumnya, aku menghubungi papa melalui pesan singkat untuk sekadar memberikan informasi padanya.[Pah, aku ke kantor polisi ya. Ada jambret tadi.]Setelah mengirimkan pesan, aku duduk kembali ke mobil dan menuju kantor polisi.***Setibanya di kantor polisi dan selesai membuat laporan, pihak kepolisian pun sangat berterima kasih terhadap kami, sebab ternyata orang yang menjambret adalah buronan. Jadi ini justru sangat memudahkan kami juga dalam membuat laporan."Ayo, Fik, pulang!" ajak Haris. "Ri, kami pamit, terima kasih bantuannya, sudah membantu menangkap maling tadi.""Iya, sama-sama. Kalian hati-hati," ucap Ari sembari meninggalkan kami yang masih mem

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 53. Detik-detik Ending

    Kemudian Tante Siska membicarakan perihal dokter yang memanggil Mas Danu dan dirinya. Ia bilang bahwa Syakila menitip pesan pada dokter, bahwa akan mendonorkan matanya untukku.Lagi-lagi ini hal yang tidak masuk akal, Syakila tengah memperjuangkan hidupnya tapi ia malah ingin menyerahkan matanya untukku.Aku terharu mendengarnya, sekaligus ingin menolak apa yang menjadi niat baik Syakila."Maaf Tante aku tolak mentah-mentah, ini tidak adil jika aku menyetujuinya," ucapku dengan tegas.Aku pun meminta apa-apa untuk melarang Tante Siska membujukku. Ini semua demi kebaikan bersama, seharusnya Syakila juga sembuh, bukan malah ingin mendonorkan matanya untukku."Tante paham betul, tapi ini keinginan Syakila," jawab Tante Siska lagi."Aku tolak, Tante," ucapku lagi."Kenapa tolak?" tanya Tante Siska.Aku hanya menggelengkan kepala dan tidak berkomentar apa-apa lagi."Baiklah, tapi Syakila sudah meninggal dunia, Fika," ucap Tante Siska membuatku spontan melotot. Mata ini benar-benar membuka l

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 52

    Mereka semua berhamburan keluar. Hanya aku yang tersisa di dalam. Papa pun ikut karena aku yang menyuruhnya.Aku merebahkan tubuh sambil menunggu kedatangan mereka. Dalam hati kecil ini berharap ada kabar baik yang dokter katakan pada mereka semua.Kecemasan yang aku alami memang terbilang berlebihan, Syakila bukan siapa-siapa, hanya seorang sahabat yang pernah menghancurkan hidupku. Namun, justru saat ini aku menginginkan dia bisa bertahan hidup.Selang beberapa menit kemudian, papa datang bersama dengan Haris dan Ari. Namun, tidak dengan Tante Siska juga Mas Danu, ia masih menemani Syakila. Setidaknya bukan kabar buruk yang aku terima, sebab tidak ada yang papa ucapkan saat mereka masuk ke dalam ruangan."Kok cepat? Nggak ada sepuluh menit," tanyaku seakan menyecar."Iya, Syakila tadi sadar, dan dokter ingin bicara dengan Danu dan Siska," kata papa sambil menarik kursi lalu duduk di dekatku."Syukurlah, ternyata Syakila masih berjuang untuk hidup," timpalku dengan disertai helaan na

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 51

    Dikarenakan teriakan Kau sangat kencang, Papa yang tadi berada di luar pun panik dan masuk ke dalam.Begitu juga dengan Haris dan Ari yang masuk mengekor di belakang papa."Ada apa, Fika? Kenapa kamu teriak?" tanya papa."Tadi aku dengar di kamar mandi suara kran mengalir, Pah, Aku takut Coba lihat ke sana!" Aku ketakutan sambil memegang selimut dan meremasnya."Aku akan melihat!" Itu suara Haris ia yang bersedia memantau toilet.Berselang kemudian Haris pun datang. "Nggak ada siapa-siapa dan kran pun masih tertutup." Ucapannya membuatku terdiam.Telingaku ini sudah berfungsi kembali seperti orang normal. Tadi jelas-jelas aku mendengar suara air mengalir dari keran kamar mandi."Mungkin kamu lelah, Fika, lebih baik kamu tidur ya, jangan mikirin macam-macam. Apalagi halusinasi tentang Syakila lagi, doakan aja dia mendapatkan yang terbaik untuk kesembuhannya," pesan papa.Kemungkinan besar halusinasiku ini terjadi karena terlalu takut. Ya, aku merasa sebagai penyebab kehancuran Syakila.

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 50

    "Tapi, Syakila di ruangan ICU, Fik," ucap Haris."Iya, katanya kritis lagi," susul Ari."Jadi aku halusinasi?" Aku bertanya sambil menutup seluruh wajah dengan kedua telapak tangan."Fika, kamu istirahat ya, jangan sampai cemas berlebihan hingga membuat kamu jadi berpikiran tentang Syakila," tambah papa.Aku terdiam, bukankah ada suaranya tadi? Ya, suara raungan wanita bisu. Aku dapat mengetahuinya, sebab pernah berada di posisi Syakila dulu. "Aku yakin itu Syakila, apa dia ingin bicara denganku?" "Fika, biar aku dan Ari yang lihat kondisi Syakila ya," pesan Haris.Aku mengangguk senang, senyumku melebar ketika ia melakukan hal itu. Sebab, memang dari tadi aku menunggunya menawarkan diri setelah aku suruh.Setelah mereka pergi, aku pun ditemani papa. Ia duduk di sebelahku sambil mengusap lembut jari jemari ini."Kamu itu lelah, kepikiran sana sini, jadilah mikirin Syakila lagi, padahal sudah tidak ada yang perlu kamu cemaskan, dia sudah ditangani oleh dokter, Papa rasa dokter juga p

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 49

    Aku merasa ini semua tidak adil jika harus kehilangan indera yang sangat penting, yaitu penglihatan. Seandainya mata ini tak bisa melihat dunia, aku pasti merasa orang yang paling buruk sedunia. Sebab, musibah yang ku terima tidak ada ujungnya.Dokter mulai melepaskan perban yang mengelilingi kepala dan mata ini. Kemudian, setelah lilitan terakhir ia menyuruhku untuk membuka mata.Perlahan aku buka mata yang biasa memandang indahnya dunia. Namun, setelah membukanya, aku malah menelan pil pahit. Semua berbayang, bahkan samar-samar. Untuk mengenali wajah papa saja aku tak mampu."Pah, mataku kenapa begini?" Aku bertanya sambil berteriak. Sebab, aku takut salah apakah yang berdiri di sebelahku persis itu papa atau dokter?"Nak, kamu yang sabar. Kamu pasti kuat, dokter bilang masih ada harapan dengan donor mata," ungkap papa.Papa memelukku, kemudian mengelus rambut ini."Kenapa aku tidak pernah merasakan bahagia, Pah? Baru sembuh dan bisa bicara, kini harus menerima kenyataan bahwa matak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status