Share

4. Alat Kontrasepsi

last update Last Updated: 2025-09-09 13:55:37

Tanpa mencari tahu lebih lanjut tentang benda yang dimasukkan ke dalam tasku oleh Bowo, aku langsung melajukan motor sportku pulang. Telingaku masih terdengar suara Bowo yang sempat memanggilku, tapi aku tak peduli. Saat ini aku harus segera pulang, agar Shira tak curiga padaku dan tetap menganggap kalau aku baru saja pulang kerja seperti biasanya.

Sesampainya di rumah, matahari sudah mulai tenggelam. Langit yang memerah menandakan petang yang indah, tapi hatiku rasanya sedikit gundah dan tak tenang sama sekali. Begitu memasuki halaman rumah, aku cepat-cepat memarkir motor di garasi dan buru-buru memasuki rumah.

"Shira, aku pulang!" panggilku dengan suara ringan, meskipun sebenarnya beban di hatiku cukup berat.

Saat itulah pintu seketika terbuka. Aku langsung mendengar suara langkah kaki yang ringan mendekat. Shira muncul dan membukakan pintu untukku. Matanya yang cantik tampak berbinar, dan senyumnya manis ketika ia melihatku.

Dari dulu dia memang cantik, tapi sayang kecantikannya harus pudar karena tubuh dan wajahnya tidak terawat. Dia bahkan selalu mengenakan daster kumal yang sudah berjamur itu untuk menyambutku.

Astaga!

Lelahku bukannya hilang, tapi yang ada aku malah tambah stress melihat penampilannya seperti ini.

"Mas Panji, kamu baru pulang?" tanyanya dengan lembut.

Ia lalu mendekatiku dan mencium punggung tanganku. Aku membalas senyumannya dan mengusap rambutnya. Sekilas aku mencium pipinya, meskipun hatiku rasanya sedang campur aduk sekarang.

"Iya, Sayang, tadi ada macet di jalan dan ada lembur sebentar. Aku jadi capek banget sekarang," jawabku sambil mengangkat tasku, menunjukkannya pada Shira.

Shira tersenyum dan tanpa banyak bicara, dia langsung mengambil tasku.

"Sekarang Mas Panji istirahat. Aku ambilkan kopi dulu, ya. Sekalian aku siapkan makan malam. Mas Panji pasti lapar."

"He em, terima kasih, Sayang." Aku mengangguk.

Shira tersenyum dan segera melangkah menuju dapur. Aku menatapnya hingga lenyap dari pandanganku. Ia memang selalu tahu apa yang aku butuhkan. Aku menghela nafas panjang sembari memijit kepalaku yang mendadak terasa berdenyut.

"Shira itu istri yang sangat berbakti. Dia terlalu baik untukku," gumamku yang tiba-tiba dihinggapi rasa bersalah.

Aku jadi merasa makin cemas. Terutama karena aku baru saja membohonginya, mengatakan bahwa aku baru pulang kerja padahal sebenarnya aku sudah di-PHK. Bahkan yang lebih parahnya, karena aku baru saja berniat menemui Dira si wanita Michat itu, meskipun akhirnya aku harus bertemu dengan Ani si ganjen itu.

Sejenak aku duduk di ruang tamu, dan memikirkan semua yang terjadi. Aku meraih ponselku dan mulai scrol-scrol tanpa tujuan.

"Dira harus menjelaskan semuanya sama aku. Bisa-bisanya dia mangkir dan malah meminta Ani untuk menemui ku. Ini nggak bisa dibiarkan," geramku dan bersiap membuka aplikasi Michat tempatku bertemu dengan Dira.

"Mas Panji."

Namun, tiba-tiba saja terdengar suara Shira memanggilku. Aku tersentak dan cepat-cepat mengurungkan niat. Kumasukkan kembali ponsel ke dalam saku celanaku. Aku menatapnya dengan gugup, ketika Shira datang dengan membawa secangkir kopi panas.

"Ini kopi panasnya, Mas. Pasti enak untuk melepas lelah," ujarnya sambil meletakkan kopi di meja dan ia segera duduk di sampingku.

"Mmm, terima kasih, Shira. Kamu memang paling tahu cara bikin aku merasa lebih baik," jawabku, mencoba untuk tersenyum, meskipun dalam hati ada rasa bersalah yang teramat besar.

"Iya, Mas. Ya udah, ayo diminum kopinya. Setelah itu, kamu mandi ya. Aku sudah siapkan air hangat untuk kamu," ucapnya dengan sangat tulus.

Degh!

Rasanya jantungku nyaris berhenti berdetak saat itu juga. Shira yang begitu baik, Shira yang begitu tulus, dan dia yang sangat sempurna sebagai seorang istri. Bagaimana mungkin aku bisa berniat untuk menghianatinya dan bermain gila di belakang dengan seorang cewek Michat?

"Mas, kenapa bengong aja? Ayo habiskan dulu kopinya, setelah itu kita makan malam bersama. Oke?" tegur Shira, membuatku tersentak kaget.

"Ah, i ... Iya, Sayang."

Aku gugup, tapi sebisa mungkin aku berusaha bersikap normal agar tak menimbulkan kecurigaan. Aku segera menyesap kopi panasku, lalu mulai pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Barulah aku pergi makan malam bersama Shira.

Malam itu berjalan seperti biasa. Kami makan malam bersama, ngobrol ringan tentang kegiatan seharian, dan menonton televisi. Aku meletakkan kepalaku di pangkuannya, menikmati kedekatan yang sudah lama tidak kurasakan.

Satu-satunya hal yang mengganggu pikiranku adalah ponsel yang ada di saku celanaku. Hatiku rasanya gelisah karena ingin menghubungi Dira dan menuntut penjelasan darinya, tapi aku memilih menahan diri untuk tidak memikirkannya lebih jauh.

"Aku capek, Mas Panji," kata Shira setelah beberapa saat. "Aku tidur dulu, ya?"

Aku mengangguk, lalu mencium pipinya. "Tidur yang nyenyak, ya, Sayang. Kamu butuh istirahat."

"Iya, Mas. Nanti kamu nyusul ya. Kamu juga harus segera istirahat."

"Pasti, Sayang."

Shira pun melangkah pergi ke kamar. Aku tetap di ruang tamu dengan perasaan gelisah. Begitu Shira pergi, cepat-cepat aku membuka ponsel dan mengecek pesan yang mungkin sudah masuk.

"Dira! Dira! Dira! Kenapa aku selalu saja kepikiran sama dia sih?"

Aku buru-buru membuka aplikasi hijau yang selama ini sering kubuka untuk berkomunikasi dengan Dira. Membayangkan wajah cantik wanita itu, selalu saja bisa membuat jantungku berdebar. Baru saja aku berpikir untuk mengirim pesan kepadanya, tiba-tiba ada pesan masuk. Dira mengirimkan sebuah pesan singkat.

[Mas Panji, besok aku mau ketemu. Aku butuh uang.]

Aku hampir melompat kegirangan karena mendapat pesan itu. Dengan cepat aku segera membalasnya.

[Ok, Dira. Besok kita ketemu di hotel B. Aku juga ingin banget ketemu sama kamu.]

Mendapat pesan darinya benar-benar membuatku bersorak kegirangan. Rasa rinduku sepertinya sedikit terobati dengan pesan itu. Dan besok, kami akan bertemu di hotel. Aku harus memastikan jika Dira dan Shira itu memang hanya mirip.

Namun, saat aku tengah asyik berbalas pesan dengan Dira, suara teriakan Shira tiba-tiba terdengar memecah kesunyian rumah. Aku terlonjak kaget, hingga ponselku hampir jatuh dari tangan.

"Mas Panji!" teriaknya dari kamar.

"Astaga! Shira kenapa sih?" geramku kesal.

Cepat-cepat aku berlari menuju kamar. Begitu sampai di dalam kamar, kulihat Shira sedang berdiri di samping tempat tidur, tepat di dekat meja tempat tasku berada. Wajahnya tampak merah padam, matanya penuh amarah. Di tangannya, ada sesuatu yang membuat darahku serasa berhenti mengalir.

"Mas Panji!" Suaranya bergetar.

"Ini ... apa ini?" Dia memegang tasku dan dari dalamnya ada sebuah benda yang aku tak tahu darimana aku mendapatkannya.

"Astaga! Itu kan alat kontrasepsi."

Wajahku pucat, tubuhku kaku. Aku tak tahu harus berkata apa. Entah sejak kapan benda itu ada di dalam tasku!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Foto Seksi Istriku di Aplikasi Kencan Online   12. Ahh, Mimpi Atau Halusinasi?

    Entah itu mimpi atau bukan, aku tak bisa membedakannya. Tapi yang aku tahu, tubuhku terasa sangat berat saat aku terbangun. Mataku yang terpejam membuka secara perlahan, dan saat itu juga aku langsung disambut oleh wajah cantik yang sangat familiar.Dira.Dia sedang berada di atas tubuhku dan mengguncang tempat tidurku. Rambut panjangnya tergerai indah, dan matanya yang kecoklatan itu tampak menatapku dengan intens."Dira, ini ... Ini benar kamu?" tanyaku dengan suara terbata-bata.Mataku tak berkedip menatap sosok wanita cantik yang kini sedang berada di atas tubuhku itu."Panji." Suaranya lembut, memanggil namaku seperti sebuah bisikan yang menenangkan, namun membuat jantungku berdebar tak karuan.Dia sangat cantik, jauh lebih cantik dibandingkan foto-fotonya di aplikasi hijau yang sering aku kunjungi hanya untuk berkirim pesan padanya. Wangi tubuhnya menyusup ke indera penciumanku, membuatku merasa seolah-olah aku hanyut dalam lautan aroma yang begitu menenangkan."Dira, apa yang k

  • Foto Seksi Istriku di Aplikasi Kencan Online   11. Wanita Seksi itu dan Tipu Muslihatnya

    Begitu pintu hotel terbuka dengan suara berderit, aku menoleh dengan cepat, berharap jika itu adalah Dira yang akhirnya datang. Namun, yang kulihat justru membuatku semakin terkejut bukan main.Sosok yang datang ke kamar itu bukanlah Dira, dan malah Bowo, sahabatku. Sama halnya seperti aku, dia juga tampak bingung saat melihat keberadaanku di sini. Ia berdiri di sana dengan ekspresi yang tak kalah terkejut. Aku pun buru-buru berdiri dengan raut wajah kebingungan."Loh, Bowo! Kenapa lo bisa ada di sini?" tanyaku kaget, suaraku tak bisa menyembunyikan rasa heran.Bowo tampak terkejut, matanya membelalak, seolah tidak percaya dengan apa yang dia lihat."Gue ... gue juga yang seharusnya nanya! Kenapa lo ada di sini, Panji?" tanyanya terbata-bata.Aku merasa ada yang aneh. Aku berjalan mendekatinya dengan mata memicing."Gue kesini karena mau ketemu sama Dira, di kamar ini. Jadi lebih baik Lo keluar aja sekarang, Bowo. Sepertinya Lo salah masuk masuk." Aku berkata dengan baik-baik padanya

  • Foto Seksi Istriku di Aplikasi Kencan Online   10. Ahh, Dira

    Aku masih terdiam, mataku terkunci pada foto model cantik dan seksi yang menghiasi sampul majalah dewasa di layar ponsel Bowo. Foto itu begitu mencolok dengan pose menggoda dan gaya yang luar biasa. Namun, semakin lama aku menatapnya, semakin aku yakin bahwa ini adalah foto Shira, istriku."Itu ... Itu kan foto Shira?" tanyaku, suaraku sedikit bergetar, tidak bisa menyembunyikan kegelisahanku.Bowo yang tadinya tertawa terhenti mendengar ucapanku. Dia menatapku dengan mata terbuka lebar, tampak kaget. Lalu dia melirik layar ponselnya dan mengernyitkan dahi."Lo serius? Gue kira ini foto Dira," jawabnya dengan nada yang agak menyesal, kemudian tertawa canggung.Aku makin tercengang. Foto itu jelas wajah Shira, dan aku tidak bisa salah. Tapi kenapa ada gaya dan aura yang berbeda? Kulitnya yang glowing dan pose menggoda itu lebih mirip Dira. Ah! Aku semakin bingung.Bagaimana bisa Dira dan Shira begitu mirip? Perasaan campur aduk muncul di dadaku. Aku harus tahu lebih banyak."Lo yakin i

  • Foto Seksi Istriku di Aplikasi Kencan Online   9. Foto Model Seksi

    Aku tercengang di ruang tamu, dan menatap pada Bowo yang masih tiduran di sofa. Aku berusaha mencerna apa yang baru saja dikatakan Bowo."Apa? Dira? Dia datang kesini dan melayani Lo?" Pertanyaan itu terus berputar di kepalaku.Aku merasa seolah ada batu besar yang menghempaskan dadaku. Perasaan cemburu dan marah datang begitu cepat, tak terkendali. Bagaimana bisa, Dira-wanita yang selama ini kurindukan-melakukan hal itu dengan Bowo?Bowo, yang tampaknya tak melihat ekspresi kesalku, malah tersenyum lebar dan berdiri dari sofa. Dengan santai dia mengenakan kaos hitamnya, lalu menepuk bahuku pelan."Lo nggak usah panik gitu, Panji. Dira itu bukan milik Lo! Dia itu emang jualan di aplikasi Michat itu. Jadi dia milik siapa aja yang mampu beli dia. Lo nggak perlu merasa tersakiti," katanya sambil terkekeh, seolah ini cuma masalah sepele.Aku hanya bisa diam. Pikiranku bergejolak, rasa cemburu membakar hatiku, tapi di sisi lain, aku tahu apa yang dikatakannya ada benarnya. Dira bukan siapa

  • Foto Seksi Istriku di Aplikasi Kencan Online   8. Bowo dan Wanita BO Semalam

    Dari kejauhan, aku masih mengamati Shira yang tampak mengenakan selendang merah di kepalanya. Angin sore menyapu rambutnya, memberi kesan anggun saat ia melangkah di jalan rayat itu dan kembali naik ojol. Aku merasa jantungku berdetak lebih cepat, ada rasa penasaran yang mendalam menggigit setiap detik. Dengan hati-hati, aku mengikuti langkahnya. Tak ingin dia tahu, aku memastikan bahwa jarak kami tidak terlalu dekat.Shira naik motor ojek online itu dengan tenang, hingga akhirnya ia berhenti di sebuah minimarket yang tampaknya tidak terlalu ramai. Ia turun dan masuk ke dalam minimarket, dan aku memutuskan untuk mengikutinya.Begitu aku masuk ke dalam minimarket, Shira tampak sedang memilih beberapa bahan makanan di rak. Aku merasa sedikit canggung dan segera menyembunyikan diri di balik deretan barang-barang yang dijual, memastikan bahwa dia tidak melihatku.Setelah beberapa menit, Shira selesai berbelanja dan menuju kasir. Aku melihatnya membayar dengan uang tunai, tidak ada yang me

  • Foto Seksi Istriku di Aplikasi Kencan Online   7. Sikap Aneh Istriku

    "Selendang ini ... Kenapa bisa ada di sini?Aku berdiri terdiam di depan lemari pakaian, menggenggam selendang merah yang baru saja jatuh dari tumpukan baju. Jantungku berdebar kencang.Ini … ini persis selendang milik Dira. Selendang yang tadi aku lihat di kamar hotelnya, yang sempat tertinggal saat dia keluar meninggalkan aku. Kenapa sekarang selendang itu bisa ada di sini, di rumahku?Aku berusaha menenangkan diri. Mungkin hanya kebetulan, pikirku. Tapi, semakin lama aku memandangi selendang itu, semakin banyak pertanyaan yang muncul di kepalaku."Apakah Dira dan Shira punya hubungan? Apakah mereka saling kenal?"Lagipula foto profil Dira di aplikasi Michat itu ... sangat mirip dengan Shira. Mungkin terlalu mirip. Meskipun aku belum melihat wajah Dira dengan jelas, tapi aku yakin jika mereka berdua memang sangat mirip.Hanya saja, Dira jauh lebih cantik, glowing, seksi, dan berkelas. Berbeda dengan Shira yang kumal, dekil, dan hanya mengenakan daster usangnya sebagai fashion sehari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status