Share

Bab 4

Author: Aslihatin
last update Last Updated: 2024-07-18 21:12:39

Aku mendengkus samar, kenapa pagi ini aku mendengar kalimat yang membuat dadaku terasa sesak dari kedua orang yang aku cinta. 

Apakah ini petunjuk awal? Baiklah, sepertinya aku tahu harus memulai dari mana. 

“Mas …,” panggilku lirih, tetapi masih bisa didengar olehnya.

Suamiku memutar badannya menghadapku, tiba-tiba ponsel yang dipegang suamiku yang menyatu dengan telinganya jatuh begitu saja, kulirik ponsel Mas Abian jatuh ke lantai. 

Dahiku mengernyit. Apakah aku salah lihat atau sebaliknya? Itu bukan ponsel yang biasa Mas Abian pakai, bahkan tadi malam pun saat Mas Abian membalas pesan anak buahnya, dia menggunakan ponsel yang biasa dipakai sejak kami belum menikah. Namun kenapa ponsel yang jatuh ini berbeda? Apakah dia membeli ponsel baru? Ah, aku ingin mencecarnya dengan berbagai pertanyaan.

Baiklah kalau begitu, aku ingin melihat bagaimana ia akan menjawab jika aku bertanya tentang ponsel barunya. Aku berusaha mencoba bersikap biasa saja, walau hati ini tersayat akan selembar foto yang kulihat waktu itu. 

Kenapa hatiku mengatakan jika foto itu bukan sebuah rekayasa, tetapi sebuah kebenaran yang dimana aku belum memiliki bukti untuk hal itu. 

“Kamu beli ponsel baru, Mas?” tanyaku padanya, Ah, rasanya aku tak ingin basa-basi lagi, “lagi telponan sama siapa?”

Perubahan mimik wajahnya terlihat jelas, sepertinya dia lagi memikirkan apa yang ingin ia katakan. Mas Abian langsung saja mengambil ponsel yang jatuh di lantai tadi, dia buru-buru memasukkan ponsel itu ke sakunya, mungkin takut jika aku sadar kalau itu ponsel barunya. Aku sudah melihat model ponsel tersebut, ponsel keluaran terbaru. 

Huf, walaupun aku mencoba biasa saja, tetapi hatiku begitu sakit, sesak, rasanya aku sangat sulit bernafas. Namun, Aku tetap menunggu jawaban apa yang ingin dia berikan untukku.

“Sejak kapan kamu ada di sini, Areta?” tanya Mas Abian, “kamu tidak menyiapkan sarapan untuk semua keluargaku?” 

Huh, sepertinya dia ingin mengalihkan jawaban dari pertanyaan yang  aku berikan untuknya. 

“Baru saja, Mas,” kataku, “ada Ibu yang sudah masak, aku disuruh Ibu menyiapkan kebutuhan Keyra dan Mas Abian saja.”

“Oh, begitu, kamu gak perlu menyiapkan kebutuhanku, Sayang. Aku bisa sendiri,” kata Mas Abian lembut.

Kenapa mendengar perkataan lembutnya tidak membuatku senang seperti biasanya, huh, dasar kau, Mas.

“Kenapa kamu tidak jawab pertanyaan ku, Mas,” kataku mulai geram.

“Pertanyaan apa, sih, Sayang,” katanya seolah aku tidak bertanya apapun padanya.

“Kapan kamu beli ponsel? Kamu telponan sama siapa tadi?” aku mencecarnya  dengan pertanyaan yang sama.

“Oh, ini ponsel relasi bisnisku yang ketinggalan. Tadi istrinya menelpon, aku disuruh pura-pura untuk menjadi dirinya.” Jawabnya dengan santai, tidak seperti awal aku melihat dirinya yang ketangkap basah.

Aku mengernyit, jika itu ponsel relasi bisnisnya, gak mungkin orang itu bisa menghubungi Mas Abian untuk pura-pura menjadi dirinya sendiri. Ah, sangat tidak masuk akal sekali.

Aku mengangguk untuk percaya saja padanya, menunggu Mas Abian jujur sendiri mungkin mustahil.

“Oh, ya sudah, Mas. Ayok, kita sudah ditunggu sama yang lain di bawah,” kataku

“Baiklah, Sayang. Ayo, kita ke bawah, Mas juga sudah sangat lapar,” ucapnya.

Aku meliriknya dengan ekor mataku saat mengambil tas kerjanya, Mas Abian menghembuskan nafas dengan lega. 

Huh, ternyata jelas sekali dia menyembunyikan sesuatu dariku.

Buliran bening itu terasa mengembun di pelupuk mataku. Sakit, sakit sekali mengetahui bahwa suamiku dengan mudahnya berpaling kelain hati. Jangan sampai air mata ini jatuh di depannya, aku tidak ingin dikatakan wanita lemah. Ya, aku akan membuktikan bahwa aku adalah wanita kuat yang tidak mudah kamu bohongi dan sakiti sesuka hatimu. 

Aku memeluk tangannya dengan manja, kusandarkan kepalaku di bahunya, tanganku yang satu membawa tas kerja Mas Abian. Inilah kebiasaan ku setiap pagi saat memanggilnya untuk sarapan.

Sampai di meja makan ternyata semuanya sudah berkumpul, semuanya tersenyum padaku kecuali adik iparku yang bernama Siska, awal aku menikah dengan Mas Abian dia yang paling antusias padaku, tetapi entah kenapa, sudah satu tahun ini dia bersikap seperti sangat membenciku. 

“Ini, Mas.” kataku memberikan satu piring yang sudah berisi lengkap nasi dan lauk-pauk yang dimasak Ibu.

“Terima kasih, Sayang,” aku hanya tersenyum membalas ucapannya.

“Mas, bolehkah hari ini aku mengajar mengaji lagi? Aku sangat suntuk di rumah,” kataku di sela-sela kami sarapan pagi.

“Tidak bisakah kamu bekerja di rumah saja seperti biasanya?” tanya Mas Abian padaku, aku tahu dari dulu suamiku itu tidak mengizinkan aku untuk bekerja.

“Aku bosan di rumah terus, rumah selalu sepi dari pagi sampai malam, kalian semua selalu pulang saat jam makan malam. Aku hanya ingin mengisi kekosongan itu saja, palingan aku ngajarnya juga hanya tiga jam, Mas,” ucapku lirih pada Mas Abian, tetapi masih di dengar oleh yang lainnya. 

“Berikan saja istrimu izin, Abian. Kasian dia, dia pasti benar-benar suntuk.” kata Ibu membelaku, yah, ibu mertuaku selalu membelaku.  

“Bukan aku gak mau, Bu. Siapa teman Keyra di rumah?” kaya Mas Abian membuang nafasnya dengan kasar.

“Sepertinya kamu lupa, Abian. Bukankah Keyra ikut privat dari jam dua siang sampai jam enam malam, pulang Areta mengajar bisa langsung jemput Keyra di tempat les privatnya.” kata mertuaku lagi.

“Baiklah, aku izinkan kamu, Areta” akhirnya ucapan itu dilontarkan juga sama Mas Abian. 

Sebenarnya ini hanya jadi alasanku saja, disisi lain aku memang rindu mengajar bersama teman-temanku. Jam mengajarku hanya butuh waktu satu jam saja dan dua jamnya akan aku gunakan untuk mencari tahu tentang pernikahan suamiku. Aku akan mencari tahu sampai ke akar-akarnya.

“Terima kasih, Mas.” kataku sangat bahagia. 

Aku tidak sengaja melihat ke arah Siska yang ternyata tersenyum padaku, bahkan dia mengangkat kedua jempolnya padaku, sepertinya dia sangat setuju jika aku mengajar ngaji lagi. Senyuman itu adalah senyuman yang pertama kali aku lihat saat menikah dengan Mas Abian. 

Bagaimana menurut kalian? Jangan lupa dikomentar, ya. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Foto di Dalam Mobil Suamiku   Bab 41

    “Aku ingin bertemu dengan pembunuh anakku.” Tanganku terkepal, aku bicara terus menatap arah depan dengan tajam, bahkan aku tidak melirik mereka sama sekali. ‘Aku akan membunuhmu, Mas. Bahkan bukan hanya kamu saja yang aku bunuh, tetapi semua yang terlibat akan aku habiskan satu persatu,’ ucapku dalam hati dengan penuh rasa dendam.Tidak sengaja aku melirik ke arah pintu, senyum smirk di bibirku muncul melihat sosok bayangan yang begitu aku kenali. “Mereka tidak tertangkap semua, Kak. Masih ada Ibu yang berhasil kabur dari kejaran Polisi,” ucap Siska yang kembali menatapku.“Maafkan aku, Kak. Ini semua salahku. Seandainya aku tidak menyimpan bukti itu, seandainya aku memberikan semua bukti itu sejak dulu pada Ibu, mungkin ini tidak akan terjadi.” Siska kembali menangis di bawah kakiku.Aku menghembuskan nafas kasar, lalu berkata, “Mendekatlah, Dek.”Dia menatap dan mendekat ke arahku, aku merentangkan tangan untuk memintanya memeluk diriku, dia pun langsung masuk dalam pelukanku. A

  • Foto di Dalam Mobil Suamiku   Bab 40

    “Jangan berlagak sok gak tau kamu, Areta! Aku sudah sering kali melihatmu bersama Pak Cakra Adimarta!” Tunjuk Siska padaku. Aku yang mendengar itu langsung saja melirik ke arah Mas Cakra. “Aku tidak tertarik dengan wanita murahan seperti dirimu,” ucap Mas Cakra datar. Sedangkan Sintia langsung melebarkan matanya saat melihat Mas Cakra ada di sana. Mendengar ucapan Sintia ternyata benar Bunda selamat, tidak apa jika mereka tidak tertangkap polisi, asalkan Bunda bisa selamat sudah membuat hatiku begitu lega, dan sekarang yang aku harus pikirkan untuk pertama kali adalah, bagaimana aku menyelamatkan Keyra dari atas sana. Sedangkan bodyguard mereka berbadan besar semua.“Kamu alihkan mereka, Ta,” ucap lina dengan suara kecilnya, “aku akan menyelamatkan para lelaki itu terlebih dahulu, karena tidak mungkin aku menghadapi semua pengawal mereka, otomatis kita pasti akan kalah telak.”Aku hanya menyetujui ucapan Lina, karena apa yang dikatakan lina memang benar adanya. Apalagi mereka membaw

  • Foto di Dalam Mobil Suamiku   Bab 39

    “Aku tidak ingin membawa kalian dalam bahaya.” Aku melihat ke arah depan lagi, tiba-tiba saja mataku langsung membola melihat seseorang baru saja keluar dari mobil taksi. ‘Ya, Allah. Apakah dia juga mengkhianatiku selama ini,” kataku dalam hati. “Siska …,” ucapku lirih namun bisa terdengar oleh Lina dan Mas Cakra.Saat aku ingin membuka pintu mobil, pergerakanku langsung dihentikan oleh Lina. Aku menoleh dan menatapnya penuh tanda tanya, dia hanya menggeleng saja, aku melihat ke arah spion, di sana Mas Cakra hanya diam dan memperhatikan kami saja. “Jangan gegabah. Bisa-bisa nenek lampir itu tahu kalau kamu ada di disini,” ucap Lina, “kita perhatikan dulu, apakah dia benar-benar terlibat atau tidak. Jangan sampai tindakan gegabah kita merusak semuanya. Jika memang dia terlibat, maka rencana kita menyelamatkan Keyra akan gagal total. Namun, jika dia tidak terlibat, maka nyawa dia juga dalam bahaya, Areta.”Aku menghela nafas kasar, apa yang dikatakan Lina memang benar, kenapa pemikir

  • Foto di Dalam Mobil Suamiku   Bab 38

    Aku dan Lina masih memperhatikan mereka yang berbicara di depan gerbang. Entahlah, aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Namun, aku begitu kecewa dari salah satu yang aku anggap saudara ternyata mengkhianatiku. Mereka seperti sudah mengenal sejak lama. “Mereka begitu pintar menyembunyikan rahasia,” gumam Lina lirih, tetapi masih bisa aku dengar. Apakah Lina mengetahui sesuatu? Ah, dari pada penasaran lebih baik aku bertanya saja padanya.“Lina, apakah kamu sudah tahu sejak lama kalau Sintia memang dekat sama mereka? Aku pernah bercerita padanya tentang semua masalahku waktu itu. Bahkan, dia sendiri yang memberikan solusinya,” ucapku menatap ke arah Lina yang masih fokus menatap mereka semua. “Maaf, kalau aku melakukan sesuatu tanpa izin darimu, Areta,” ucap Lina, “saat melihat tetesan air matamu membasahi pipi waktu itu, membuatku ingin mengetahui lebih dalam lagi masalah yang kamu sembunyikan, apalagi saat itu aku melihat kamu menatap Abian dan mertuamu bersama seorang wanita

  • Foto di Dalam Mobil Suamiku   Bab 37

    Angel langsung memeluk erat Siska, dia tidak menyangka akan bertemu dengan salah satu putri sahabatnya, yaitu Yura. Angel masih menangis terisak di pelukan siska. Siska juga ikut menangis, dia tidak menyangka usahanya selama bertahun-tahun untuk mencari seorang wanita yang bernama ‘Angel Adimarta’ akhirnya ketemu juga. Sedangkan Riyan terus mengepalkan tangannya dengan kuat. Dia tidak ingin kehilangan sang kekasih, karena Siska adalah satu-satunya seorang wanita yang membuat dia nyaman selain ibunya sendiri. Siska melepaskan pelukannya, lalu menatap Angel dengan haru, dia berharap keluarga Adimarta benar-benar bisa menolong kakak iparnya selama ini.Siska mengeluarkan ponsel miliknya lalu memesan taksi online, dia tidak ingin membawa sang kekasih dalam bahaya. Dia akan pergi sendiri untuk menyelamatkan keponakannya serta sahabat almarhum mamanya. Sedangkan Riyan juga sibuk dengan ponselnya miliknya untuk menghubungi para sahabatnya. Tentu saja untuk menyelamatkan Siska dan yang la

  • Foto di Dalam Mobil Suamiku   Bab 36

    Cepat, Kak, hubungi Kak Cakra!” teriak Siska, “cepat, Kak. Kak Areta dalam bahaya!”Riyan yang mendengar teriakan Siska langsung saja melakukan apa yang dikatakan sang kekasih. “Ya, Allah. Lindungi Keyra dan Kak Areta,” ucap Siska lirih. Sedangkan Riyan masih sibuk berbicara dengan Cakra lewat sambungan telepon.“Sayang, tenang, ya. Cakra sudah mulai bertindak,” ucap Riyan menenangkan Siska, “mereka pasti baik-baik saja,”Tidak lama Siska kembali mendapatkan notif pesan dari ibu tirinya. Tangannya pun terulur memegang ponsel miliknya lalu membuka pesan itu.[Aku kasih kamu waktu sampai malam, kalau tidak. Maka, anak ini akan menerima akibatnya sendiri. Dan ingat! Jangan pernah membawa polisi!] Siska langsung saja membalas pesan dari ibu tirinya itu[Aku lagi dijalan, Bu. Jangan sakiti keponakan aku] Siska membalas pesan itu dengan tangan yang gemetar. Riyan yang melihat itu langsung saja mengambil alih ponsel Siska lalu membaca pesan tersebut. Tangan Riyan mengepal erat. Dia tidak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status