Home / Romansa / From Your Eyes Only / 65 : Tak ada derita seberat mencintai seseorang yang berubah tanpa kata, seolah hati ini dibiarkan menunggu jawaban yang takkan pernah tiba

Share

65 : Tak ada derita seberat mencintai seseorang yang berubah tanpa kata, seolah hati ini dibiarkan menunggu jawaban yang takkan pernah tiba

Author: Netganno
last update Last Updated: 2025-09-29 07:46:34
Suara langkah tergesa menyentuh lantai putih IGD, bergema di antara tirai-tirai warna biru yang membatasi tiap ranjang. Bau khas rumah sakit menusuk hidung. Di salah satu sudut, seorang dokter berjas putih masuk sambil merapikan maskernya. Dialah Dokter Yvonne, yang baru saja mendapat panggilan darurat.

Begitu matanya menelusuri ruangan, ia menemukan sosok lelaki yang terbujur di ranjang, bahunya bergetar halus, wajahnya tertutup telapak tangan. Di sampingnya, seorang perempuan duduk setia, jemari lembutnya mengusap punggung lelaki itu, berusaha menyalurkan kekuatan.

Langkah dokter Yvonne semakin mendekat, ketika perempuan itu menoleh, wajahnya yang basah oleh air mata membuat sang dokter spontan mengerutkan keningnya.

“Laras…? Kakaknya Bayu?” suaranya nyaris tak percaya.

Laras mengangguk perlahan, suaranya parau. “Iya, Dokter. Saya… saya kakaknya Bayu. Anda dokter yang kemarin meminta izin untuk transplantasi adik saya, bukan?”

Hati dokter Yvonne seketika menciut. Ia menoleh ke p
Netganno

Happy Monday. Hari Senin datang lagi, saat nya kita beraktivitas. Novel ini diperkirakan akan tamat di 145 bab ( jadi tidak terlalu panjang. Aku selalu kesulitan bila menulis novel panjang. hehehe. Otakku panas) Berikut jadwal updateku. One chapter setiap hari, double chapter setiap akhir pekan. Happy reading teman-teman jelita ( jelang lima puluh tahun) kalau aku uda lolita ( lolos lima puluh tahun) semoga kita semua tetap bisa beraktivitas dan sehat dan berguna dalam hidup kita . AMIN>

| 10
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (10)
goodnovel comment avatar
Mbak Nana
jujur saja julio mungkin bayu tak ingin kamu berbohong pada bga jadi buta .mu itu sebagai peringatan agar jujur pada laras
goodnovel comment avatar
Huzi_Acc
psti brat mau ngomong jg ya,, udh byangin reaksi Laras, Liyo mlah skrang jd diem, ngejauh dluan sblm brprang btuh prntara klau ini mah
goodnovel comment avatar
Huzi_Acc
iya dia cpek krang istrhat mmprsiapkan lmba dll,, ditmbh keadaan yg tba" mngingatkan Liyo dlu jd dia smkin trtkan, bngung jd biarkan tnang dlu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • From Your Eyes Only    65 : Tak ada derita seberat mencintai seseorang yang berubah tanpa kata, seolah hati ini dibiarkan menunggu jawaban yang takkan pernah tiba

    Suara langkah tergesa menyentuh lantai putih IGD, bergema di antara tirai-tirai warna biru yang membatasi tiap ranjang. Bau khas rumah sakit menusuk hidung. Di salah satu sudut, seorang dokter berjas putih masuk sambil merapikan maskernya. Dialah Dokter Yvonne, yang baru saja mendapat panggilan darurat. Begitu matanya menelusuri ruangan, ia menemukan sosok lelaki yang terbujur di ranjang, bahunya bergetar halus, wajahnya tertutup telapak tangan. Di sampingnya, seorang perempuan duduk setia, jemari lembutnya mengusap punggung lelaki itu, berusaha menyalurkan kekuatan. Langkah dokter Yvonne semakin mendekat, ketika perempuan itu menoleh, wajahnya yang basah oleh air mata membuat sang dokter spontan mengerutkan keningnya. “Laras…? Kakaknya Bayu?” suaranya nyaris tak percaya. Laras mengangguk perlahan, suaranya parau. “Iya, Dokter. Saya… saya kakaknya Bayu. Anda dokter yang kemarin meminta izin untuk transplantasi adik saya, bukan?” Hati dokter Yvonne seketika menciut. Ia menoleh ke p

  • From Your Eyes Only   64 : Penyesalan bukan sekadar air mata, tapi penjara batin yang mengikat jiwa selamanya

    Julio POV Angin sore menyapu lembut, dingin menusuk hingga ke tulang. Langit perlahan meredup, cahaya jingga yang tadi hangat kini kian memudar, menyisakan semburat kelabu yang membuat suasana pemakaman ini semakin berat. Aku berdiri di samping Laras, memperhatikan setiap gerakannya. Jemarinya gemetar ketika menaburkan bunga di atas gundukan tanah tempat Bayu beristirahat. Kelopak bunga beterbangan, melayang ringan bersama angin, seolah doa-doa yang tak pernah sempat terucap kini mencari jalan menuju ke langit. Aku ikut meraih segenggam bunga, menaburkannya perlahan dan menatap penuh rasa terimakasih ke makam Bayu. Aku meliriknya pelan. “Emang Bayu dan kamu mau ke Jerman? Untuk apa?” tanyaku pelan Laras terdiam, matanya menatap kosong pada nisan adiknya. Senyum tipis tersungging di bibirnya, tapi jelas sekali getir menyelip di sana. “Oh… aku belum pernah cerita ya? Bayu sebenarnya dapat beasiswa ke Jerman. Dia akan kuliah di sana sambil bekerja. Dia janji aku akan ikut. Dia bilang

  • From Your Eyes Only   63 : Kadang cinta membawa harapan, tapi juga menuntun luka lama yang belum selesai.

    Laras POVLangkahku terasa berat tetapi juga terasa ringan saat memasuki pemakaman itu. Berat, karena setiap kali menginjakkan kaki ke sini, kenangan tentang hari pemakaman Bayu seperti menyeruak lagi, hari paling kelam dalam hidupku, saat dunia serasa runtuh, saat aku kehilangan bukan hanya seorang adik, tapi juga separuh hatiku. Namun kali ini terasa jauh lebih ringan, karena hari ini aku datang bukan dengan linangan air mata semata, melainkan dengan sesuatu yang ingin kubagi, sebuah kabar bahagia.Hari ini, aku ingin bercerita pada Bayu. Tentang perjalanan panjang yang akhirnya berbuah manis. Tentang mimpi kecil yang dulu kutapaki bersamanya, yang kini perlahan mulai tumbuh menjadi besar. Dan lebih dari itu, aku ingin mengenalkan seseorang… seorang lelaki yang, entah bagaimana, kurasa dituntun Bayu kepadaku lewat sepasang mata Bayu yang kini menjadi mata lelaki yang kini berjalan di sampingku.Langit sedikit mendung. Awan kelabu menggantung, seakan ingin ikut mendengarkan percak

  • From Your Eyes Only    62: Setiap tetes air mata dan keringat terbayar ketika mimpi akhirnya menjelma nyata

    Lampu-lampu panggung Auditorium Bogasari Baking Centre kembali menari, berkelip-kelip membentuk lingkaran raksasa. Sorot cahaya itu memantul pada dinding kaca, berputar cepat, lalu melambat, membentuk bola dunia raksasa di udara. Satu demi satu warna berganti: emas, biru, merah, lalu putih terang yang memantul hingga ke kursi penonton. Iringan drum rancak meledak dari pengeras suara, menambah suasana semakin megah. Riuh tepuk tangan penonton memenuhi ruangan, membuat udara seolah bergetar. Suasana itu seperti genderang perang, tanda bahwa momen yang paling ditunggu akhirnya tiba: pengumuman pemenang The Couple Apprentice 2025, sebuah lomba yang sejak awal sudah mempertemukan semangat, cinta, dan kerja keras. Di deretan kursi depan, Laras duduk dengan jantung berdetak secepat irama drum yang terdengar. Tangannya tak berhenti gemetar, hingga akhirnya Julio meraih jemarinya. Genggamannya erat, hangat, seakan berkata, tenanglah, aku ada di sini. Laras menoleh sekilas, dan dari tatapan Ju

  • From Your Eyes Only    61: Usaha yang lahir dari hati, selalu menemukan jalan menuju kemenangan.

    Sorot lampu panggung berputar pelan, menciptakan suasana mencekam sekaligus megah. Auditorium Bogasari Baking Centre sore itu dipenuhi ratusan pasang mata yang menunggu dengan penuh antusias. Di layar LED raksasa terpampang tulisan besar:The Couple Apprentice 2025 - Grand Final Laras yang berdiri siap menunggu penjurian di dapur kaca transparan, tubuhnya mungil dalam balutan seragam putih chef yang sedikit kebesaran. Telapak tangannya dingin, ia berulang kali mengusapnya ke apron. Dari kursi di bagian depan panggung, Julio berdiri, jas biru gelapnya membuat posturnya tampak makin tegap. Sebelum mereka berpisah tadi, ia sempat berbisik lembut, “Ra, kamu sudah siap. Ingat, ini bukan hanya donat, ini kisahmu. Ceritakan saja seperti kamu biasanya ke aku.”Laras menatapnya singkat, matanya bergetar menahan gugup. “Aku takut suaraku nggak keluar.”Julio tersenyum menenangkan. “Kalau bergetar pun, tetap suaramu. Dan aku percaya semua orang akan mendengar ketulusanmu.”MC memberi aba-aba,

  • From Your Eyes Only   60 : Setiap mimpi besar dimulai dari satu langkah kecil

    Suasana Auditorium Bogasari Baking Centre siang itu begitu megah. Lampu kristal besar menggantung di langit-langit, memantulkan cahaya yang menari-nari di dinding berwarna putih bersih. Layar LED raksasa berdiri gagah di tengah panggung, menampilkan tulisan emas berkilau:THE COUPLE APPRENTICE 2025Huruf-huruf itu berpendar, disambut riuh tepuk tangan penonton. Beberapa wartawan menyiapkan kamera, dan para tamu undangan duduk rapi dengan wajah penuh antusiasme.Layar kemudian berganti, memperlihatkan wajah tiga finalis.Finalis pertama: Lisna dan Lisda, kakak beradik kembar dengan senyum identik. Mereka mengusung resep Zuppa Soup yang hangat dan elegan.Finalis kedua: Affan dan Tarida,pasangan suami-istri yang menampilkan kreasi unik Mie Ayam Rendang. Sebuah perpaduan tradisi dan inovasi.Dan akhirnya, layar menampilkan wajah Laras Prasetyo dan Julio Wicaksono. Keduanya berdiri dengan senyum menahan tegang. Di foto itu, Julio tampak gagah dengan jas lengkap berwarna hitam, sementara L

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status