Share

Murid Baru

Author: Fatimah
last update Huling Na-update: 2023-03-18 10:31:10

Adeera tak bisa mencerna dengan fokus materi yang disampaikan gurunya. Bahkan berkali-kali ia mengembuskan napas sambil melirik meja yang biasa ditempati Elang.

“Anak-anak, Ibu minta waktunya sebentar. Hari ini kita kedatangan teman baru.“

“Rey, silahkan masuk!“

Suara Bu Wina membuat Adeera tersentak. Buru-buru dia mengalihkan pandangan ke depan dan tak lama sesosok pemuda tampan masuk ke kelas. Aroma parfumnya pun seakan membius se isi kelas yang langsung riuh.

"Diam dulu, Anak-anak. Biarkan Rey memperkenalkan diri,“ ujar Bu Wina.

“Ayo, Rey!“

“Selamat siang, Teman-teman. Perkenalan, nama saya Reynand Pradipta. Senang berkenalan dengan kalian semua,“ ucapnya diakhiri senyuman lebar. Pemuda berkulit putih itu langsung disahuti berbagai macam pertanyaan, termasuk tentang ... pacar.

“Saya belum punya pacar.“

Jawabannya langsung membuat para siswi menjerit.

“Saya Dewi, Rey dan sangat bersedia untuk penjajakan,“ kata Dewi, percaya diri. Sementara Rey hanya menanggapinya dengan senyuman tipis.

“Sudah, Anak-anak. Kita lanjut belajar lagi. Rey, kamu boleh duduk dekat Adeera,“ kata Bu Wina sambil menunjuk meja kosong di belakang gadis gemuk itu.

“Hy, aku Rey,“ ucap Rey sebelum mendaratkan bobot dengan tangan terulur.

“Adeera.“ Adeera menyahut tanpa membalas uluran tangan itu. Bukan sok mahal, hanya saja ia enggan jadi bahan ejekan teman sekelasnya.

“Jangan mau jabatan sama dia, Rey. Nanti bisa-bisa tanganmu remuk loh,“ celetuk Dewi yang langsung disambut gelak tawa yang lainnya. Sementara Bu Wina hanya geleng-geleng kepala. Sudah bosan ia menasihati gadis itu. Karena bukannya sadar, Dewi justru mengancam akan memecatnya.

“Rey, nanti dilanjut lagi sesi sapa-menyapanya. Waktu Ibu tinggal sebentar dan masih ada materi yang belum Ibu sampaikan,“ tukasnya.

"Baik, Bu.“

Pembelajaraan kembali berlangsung. Adeera sibuk mencatat tanpa sadar ada yang tengah memerhatikannya. Rey. Pemuda itu tak lekang mengamati gerak-gerik Adeera. Bahkan sudut bibirnya terangkat, mengingat kejadian satu jam lalu. Saat gadis itu merengkuhnya.

“Ternyata namanya Adeera,“ gumamnya dalam hati.

Jam pelajaran telah usai dan kelas kembali riuh. Para siswi merapat ke meja Rey. Berkerumun bak semut yang melihat gula.

“Kenalin, gue Dewi.“ Dewi mengulurkan tangannya.

“Gue Dita, sahabatnya Dewi.“

“Rey, Lo udah punya pacar belum?“

“Rey, Lo pindahan dari mana? Kok ganteng banget sih.“

“Rey, gue rela jadi yang kedua.“

“Rey ...“

“Rey ...“

Rey menggelengkan kepala mendengar bualan para gadis itu. Sementara sudut matanya masih tertuju pada Adeera yang menatap kosong ke depan sana. Merasa risih, Adeera beranjak dari mejanya sambil menenteng godi bag berisi pakaian olahraga.

Guru olahraga berhalangan masuk. Para murid dibebaskan berolahraga sesuai keinginan masing-masing. Dewi CS, memilih bolla volley. Sementara para siswa bermain basket. Adeera sendiri memilih ke taman belakang sekolah. Berteduh di bawah pohon akasia meski dengan perasaan hampa, karena tak ada Elang di sisinya.

Mengusir bosan, Adeera menyematkan earphone pada telinganya. Mendengarkan lagu Gee dari SNSD sambil menggerakan kaki juga tangannya. Jika ada Elang, biasanya pemuda itu langsung berdiri. Menari dengan luwes dan menarik atensi mereka yang melihatnya.

“Neomu banjjakbanjjak nuni busheo

No no no no no

Neomu kkamjjakkamjjak nollan naneun

Oh oh oh oh oh

Neomu jjaritjarit momi tteollyeo

Gee Gee Gee Gee Gee

Oh jeojeun nunppit Oh yeah

Oh joeun hyanggi Oh yeah yeah yeah ....“

Gerakan tangan Adeera terhenti seketika saat pemuda yang tadi dikerumuni teman sekelasnya, menghampiri lalu tanpa tendeng-aling duduk di sampingnya.

“Bolehkan gue duduk di sini?“ Rey bertanya setelah mengempaskan bobot sambil tersenyum yang lebar.

Bukannya menjawab, Adeera justru memindai pemuda itu dengan mata memicing.

“Yakin Lu mau duduk di sini?“ tanyanya.

Kedua alis Reynan langsung bertaut.

“Hemm ... emangnya kenapa kalau gue duduk di sini?“ tanyanya balik. Adeera menyeringai tipis.

“Nggak apa-apa. Cuma gue takut Lu kenapa-kenapa,“ jawabnya.

“Cuma duduk kan? Ya pasti nggak bakalan kenapa-kenapa,“ sahut Reynan. Adeera melipat tangannya di dada.

"Lu anak baru, jadi nggak bakalan paham,“ sanggah Adeera.

"Oh gitu ...“ Reynan mangut-mangut.

"Kalau gitu, coba kasih tau gue,“ lanjutnya.

Adeera meniupkan poni rambut dengan bibir bawah. Menatap pemuda tampan itu lekat-lekat.

“Tempat ini tuh angker, ada penunggunya. Dan Lu harus tau, siapapun yang ke sini, pasti bakalan kena sial,“ jawabnya. Membuat Reynan mengulum bibir bawah, menahan tawa.

“Lu nggak percaya?“ Adeera melotot tajam. Reynan menggeleng cepat.

"Gue ini manusia milenial. Nggak percaya sama yang namanya hantu,“ katanya sambil tertawa geli. Apalagi melihat ekspresi jengkel dari wajah Adeera.

“Bercanda Lu oke juga, ya,“ lanjutnya. Adeera mendengkus kasar.

“Lu beneran nggak percaya?“

“Ya.“

“Dengerin gue, Rey. Gue punya sahabat namanya Elang dan semenjak dia suka nongkrong di tempat ini, kefamous-annya sebagai siswa ganteng langsung tenggelam. Bukan cuma tenggelam, dia juga dibully berjamaah sama satu sekolah,“ papar Adeera panjang lebar. Bukannya percaya, tawa Reynan justu semakin pecah membuat gadis tambun itu kesal luar biasa.

"Lu lucu. Lucu banget, sumpah.“ Reynan memegangi perutnya. Bukan hanya itu tangannya juga menyeka sudut matanya yang berair.

“Gue nggak bercanda! Gue serius!“ seru Adeera.

Reynan mengangkat bahu.

“Ish ... Amit-amit, Lu. Udah dikasih tau masih nggak percaya.“ Adeera menggerutu.

“Gue itu orangnya realistis, nggak percaya sama begituan,“ ujar Reynan.

“Terserah dah. Capek gue ngasih tau Lu,“ sahut Dea dan membuat tawa Rey semakin tak terkendali.

“Ya Allah ... Nih orang keknya kena gangguan kejiwaan. Kasihan banget cewek-cewek yang tadi ngerubunin dia. Tobat, Gusti.“ Adeera memijit pelipisnya sambil melirik Reynan yang kini merapihkan kemejanya, lalu menarik napas panjang.

“Kenalin, gue Reynan dan seratus persen waras nggak punya gangguan kejiwaan.“ Rey mengulurkan tangannya.

“Dan gue, Adeera. Siswi terjelek, terapes di sekolah ini dan gue ini selalu dibully. Gue pastikan juga, udah ini Lu bakalan kena sial karena deketin gue.“ Adeera menjabat sekilas tangan itu. Membuat senyuman tipis tercetak di bibir Reynan.

“Oh, jadi ini alasannya ngusir gue?“ Reynan bergumam dalam hati. Melihat Reynan yang terdiam, Adeera lekas menarik diri, menjauh dari pemuda tampan itu. Ia tak mau menimbulkan banyak prasangka di kalangan para siswi.

“Hei, Lu mau kemana?“ tanya Reynan. Adeera menoleh sekilas dengan tatapan datar.

“Mau ke toilet. Kenapa? Lu mau ikut?“ jawabnya. Reynan tergelak mendengarnya.

“Kirain mau ke kelas. Kalau ke kelas, gue ikut,“ katanya.

“Dih ... Lu bisa kan ke kelas sendiri? Apa takut nyasar? Kalau Lu takut nyasar, Lu bisa tanya petugas kebersihan atau staf guru. Gitu aja kok repot,“ cetus Adeera ketus. Reynan tersenyum.

“Lu beda, ya.“

“Beda apa maksud Lu?“ Adeera bertanya.

“Lu beda sama cewek-cewek lain. Lu dingin dan istimewa,“ jawab Reynan.

“Ya kali gue ini coca-cola yang baru keluar dari lemari pendingin,“ sahutnya ketus.

Reynan semakin tergelak. Tak menyangka di hari pertamanya sebagai murid pindahan, ia akan bertemu gadis yang begitu menarik di matanya. Gadis yang selama ini diimpikannya, gadis dingin yang tak mencari perhatiannya.

“Adeera!“ teriaknya saat sosok yang menjauh itu.

“Tunggu gue, Ra. Gue mau ikut ke toilet, bolehkan?“ lanjutnya membuat gadis itu membalikkan badan.

"Gi la ya, Lu!“ Adeera menempelkan telunjuknya di dahi dan membuat tawa Reynan kembali pecah.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • GADIS 100 KG   Kejujuran yang menyakitkan

    ”Maafkan aku, Ay ...” ucap Reynan tertunduk.”Aku nggak butuh maafmu. Aku butuh kejujuranmu. Katakan semuanya padaku, Reynan!” seru Adeera dengan suara tertahan karena emosi yang meluap.”Akan kuceritakan semuanya, Ay.” Reynan menatap Adeera lekat-lekat.”Dari awal kamu kesulitan berkomunikasi dengannya, aku dan Elang masih bertukar kabar. Kami masih sering berbagi cerita. Termasuk aku yang menceritakan perasaanku padamu, Ay. Termasuk program diet kamu.Dia juga sengaja nggak menghubungimu karena dia sudah menitipkanmu padaku. Dan terakhir ...”Reynan menarik napas sejenak. Menatap Adeera yang tampak tak sabar menunggu ucapannya.”Dan yang terakhir, aku menelponnya saat kita jadian. Aku memberitahunya kalau kamu menerimaku,” lanjut Reynan seraya menelan salivanya kasar.”Lalu?” tanya Adeera tak sabar.”Elang kecelakaan.” Reynan menjawab dengan kepala tertunduk.”Apa?!” Adeera memekik tertahan sambil memegang dadanya yang berdegup kencang.”Dia kecelakaan tunggal, Ay. Dan setelah itu k

  • GADIS 100 KG   Pengakuan Reynan

    ”Ma-maksudnya gimana, Ay?” tanya Reynan, dengan mata membulat sempurna.”Kita seperti dulu, Rey. Sebelum jadi sepasang kekasih,” jawab Adeera. Membuat Reynan susah payah menelan salivanya.”Jangan bercanda, Ay!” serunya frustasi.”Aku nggak bercanda, Rey. Aku serius,” ujar Adeera. Membuat hati Reynan luluh-lantak. Kepalanya menggeleng pelan, sementara bibirnya perlahan melengkung walau tipis.”Enggak, Ay. Aku enggak mau. Jangan minta putus, aku mohon,” ucapnya dengan suara bergetar.”Minta yang lain saja, Ayy. Tapi jangan minta putus,” lanjutnya. Adeera menatapnya lekat-lekat. Ada sedikit rasa iba melihat siluet kecewa yang membentang di bibir lelaki itu. Namun ia juga sudah tak kuat jika terus bertahan di sisi lelaki itu.”Please, Ay ... Minta saja yang lain. Tapi jangan minta putus.”Adeera menghela napas dalam-dalam. Menatap sang kekasih dengan tangan bersedekap di meja.”Kalau begitu, aku minta kamu terima kehadiran Airlangga di kehidupanku. Aku rasa, aku butuh dia,” paparnya. Me

  • GADIS 100 KG   Putus

    Adeera menatap jam digital di atas nakas. Sudah jam satu siang, dan selama itu Adeera tak melakukan aktifitas apapun selain rebahan dan drakoran. Ia mulai bosan dan ingin menghubungi Elang. Tapi ponselnya mati. Lucunya lagi, di rumah sebesar itu, Adeera tak menemukan satu pun charger. Tadi, Adeera sudah meminta pada Narsih. Tapi ponsel mereka ternyata beda. Narsih masih menggunakan ponsel keypad, yang hanya bisa digunakan untuk menelepon dan SMS saja.Adeera merasa heran pada wanita itu. Kenapa tak terbawa arus kecanggihan teknologi? Kenapa tak menggunakan ponsel pintar? Tapi jawaban wanita itu langsung membuat bibirnya mengatup.“Hape itu hanya melenakan, Neng. Sementara saya sudah tua. Daripada waktu luang kita digunakan haha hihi nonton tiktok, mending banyakin ibadah saja.“Adeera mendengkus kasar. Lalu memilih keluar kamar. Mengitari ruang tamu, berpindah ke ruang tengah dan berakhir di dapur saat perutnya melilit minta diisi. Ia pun membuka lemari pendingin dan tudung saji, tapi

  • GADIS 100 KG   Murka Reynan

    Elang bergidik ngeri mendengar penuturan Vino tentang Herlan. Lelaki yang dulu pernah jadi gurunya itu ternyata punya gurita bisnis di bidang prostitusi dan narkoba. Selain punya rumah prostitusi bertopeng tempat karoke, Herlan ternyata memiliki banyak anak buah. Termasuk di institusi kepolisian.Untuk memperkuat bukti, Vino akan mengali lagi lebih dalam supaya nantinya Herlan tak mampu beralibi. Bahkan tak mampu tuk sekadar mengangkat kepala.“Atur saja sesukamu, Vin. Pokoknya kamu harus kuliti habis kasus Herlan. Pastikan juga kasus ini di up di media sosial dan berita nasional. Batasi juga pergerakan anak buahnya. Kalau kamu berhasil, saya akan kasih kamu bonus,“ ujar Elang menggebu-gebu.“Siap, Bos.“Elang menghela napas. Lalu berjalan ke balkon kamarnya sambil menyesap segarnya angin malam.“Kamu pantas dihukum, Herlan. Aku yakin, kamu sudah banyak merugikan orang terutama hawa. Kamu juga menyelewengkan hukum. Sekarang, nikmati hidupmu, Herlan. Sebelum aku menjebloskanmu ke jeruj

  • GADIS 100 KG   Bertindak

    “Mixue?“Adeera yang tengah fokus pada layar komputer, terbelalak seketika saat sebuah cup dingin tiba-tiba menyentuh pipinya. Dengan cepat, ia mendongak dan memutar bola mata melihat Elang tersenyum cengengesan.“Dasar Jahil!“ umpatnya dengan bibir mengerucut.“Cepat ambil, mumpung masih dingin,“ kata Elang.Adeera terdiam sesaat. Memandangi eksrim itu dengan sudut bibir yang berkedut.“Ini buat aku?“ tanyanya. “Bukan, tapi buat kelinci!“ Elang menjawab ketus dan asal.Adeera sontak melotot dan merebutnya dengan segera.“Sayang banget kalo buat kelinci,“ katanya sambil mencicipi eskrim asal negeri Thailand itu.“Enak banget, dingin seger,“ katanya sambil memejamkan mata dan tiba-tiba saja bayangan Elang melintas di pikirannya.Ia ingat betul lelaki itu sering membawakan minuman serupa untuknya. Sejurus kemudian, air matanya menetes. Rindu itu semakin tumbuh subur di dalam hatinya. Walau ada Airlangga sang bos, tapi tetap saja tak mengurangi kerinduannya pada Elang.“Hei, kok malah na

  • GADIS 100 KG   Bertemu Herlan

    “Sudah siap?“ tanya Adeera saat masuk ke ruangan Elang.“Sudah,“  jawab Elang sambil tersenyum tipis.“Hanya saja moodku lagi nggak baik,“ lanjutnya dalam hati.Hari ini mereka berdua ada agenda bertemu dengan klien baru yang bersinggungan dengan divisi Adeera.“Kamu kok kayak nggak semangat gitu?“ ujar Adeera sambil menatap wajah Elang yang tampak kuyu.“Emang nggak semangat. Klien yang ini sangat merepotkan dan manja. Modal sedikit aja banyak gaya. Pake pengen meeting di restoran mahal segala,“ jawab Elang sambil bangkit berdiri dan merapikan penampilan.“Harus semangat dong. Mereka punya banyak koneksi termasuk di bea cukai. Sayang banget kalau kita melewatkannya,“ sahut Adeera sambil tersenyum.“Iya, Ibu Adeera. Yaudah ayo!“Mereka pun langsung bertolak ke restoran di sebuah hotel bintang lima. Sepanjang perjalanan, mereka membahas rancangan pr

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status