Share

BAB 3

“Ka...Kamu siapa” Hani gemetar dan mundur sedikit ke belakang. Pria itu menatap Hani tajam “Panggil dia keluar” Jawab pria itu dingin.

Wajah Hani semakin memucat “Apa maksud kamu adalah Mona...Dia sedang sakit dan tidak menerima tamu.  Kalau ada urusan dengannya bisa bicara denganku. Aku adalah .....” Belum sampai selesai Hani mengeluarkan kalimatnya.  Pria itu masuk kedalam rumah Mona. Hani terkejut “Hei..jangan sembarangan masuk!”.

Tetapi pria itu mengabaikannya. Matanya tertuju ke sebuah pintu kamar mandi yang terbuka. Dia bergegas masuk ke kamar mandi itu. Hani panik dan berteriak “Hei...kamu tidak boleh masuk kesitu!”. Pria itu tetap masuk ke kamar mandi dan mendapati Mona sedang dalam keadaan pingsan. Pria itu langsung mengambil kain tirai penghalang dan membalutnya ke tubuh Mona. Dia menggendong Mona secara perlahan-lahan. Karena takut akan menyakiti Mona.

“Kenapa kamu masuk sembarangan!” Hani berteriak marah sambil jarinya menunjuk ke pria itu.

Pria itu menatap tajam ke Hani. “ Dia sudah seperti ini! Kenapa kamu membiarkannya!” Bentak pria itu. Kaki Hani bergetar mendengar kata-kata pria tersebut. “A...Aku” jawab Hani terbata-bata.

“ Aku akan membawanya ke rumah sakit. Kau ikutlah di belakang” Pria itu berjalan keluar rumah.

Hani merunduk “Baik”. Pikiran Hani kacau. “Ini aneh, kenapa aku tidak berani  menolak perintahnya? Siapa pria ini? ” batin Hani lalu kemudian berjalan mengikuti pria itu.

Pria tersebut menggendong Mona dengan tergesa-gesa. Asistennya  sedari tadi memperhatikannya. Dia tersenyum, Dalam hatinya berkata “Jarang sekali melihat CEO begitu panik. Setelah mendapatkan kabar dia langsung kesini. Siapakah gadis yang telah membuat CEO begitu mengkhawatirkannya?”.

Mobil mewah Audy merah melaju sangat cepat menuju ke rumah sakit. Dalam mobil itu, Pria itu meletakkan kepala Mona ke pangkuannya. Dia terus membelai rambut Mona. Asisten yang mengemudi mobil terus tersenyum melihat tingkah bosnya dari kaca pemantau depan. “Cepatlah sedikit” Perintah pria itu.

“ baik CEO...tapi sepertinya ini sudah yang paling cepat” Jawab asistennya sambil tersenyum.

Mobil terus melaju cepat ke arah rumah sakit terbaik di kota Andalas. Akhirnya mereka sampai di rumah sakit yang di tuju. Pria itu langsung memasuki rumah sakit.

Para perawat bergegas maju untuk menyapa “ Selamat datang CEO Raka”. Mereka menyapa bersama dengan serempak. Ya...Pria adalah Raka Hartono. Seorang pemimpin perusahaan Raymond yang merupakan salah satu perusahaan terbesar di kota Andalas. Keberadaannya sangat berpengaruh bukan hanya di kota Andalas bahkan di seluruh negeri. Bisnisnya mendunia dan mencakup banyak bidang. Pantas semua orang begitu menghormatinya.

Raka membaringkan Mona ke ranjang pasien. Kemudian menoleh ke salah satu perawat “Periksalah dia”.

Perawat itu mengangguk dan maju dengan gugup. Dia ketakutan karena Raka mengawasinya dari belakang. Perawat berkeringat gugup “ CEO Raka, No..nona ini hanya masuk angin. Setelah panasnya turun. Saya yakin, dia pasti sembuh”. Perawat itu semakin gugup dan mengambil jarum suntik. Dia memegang tangan Mona dengan gemetar sampai-sampai ketika dia menusukka jarum suntiknya, tangan Mona keluar darah.

“Braakk” kaki Raka menghentak kursi di depannya.

“AAAA” Perawat itu gemetar dan ketakutan.

Akhirnya pemeriksaan selesai. Perawat itu menghela nafas lega. Mona dipindahkan ke ruang rawat inap vvip. Raka terus memandang Mona dengan khawatir.

Hani menemui Raka sambil menunduk dan gemetar “CEO Raka ya, terima kasih banyak sudah membawa Mona ke rumah sakit. Sekarang sudah tidak ada masalah lagi. Bagaimana kalau CEO pulang dulu, biar aku yang menjaga disini ” Hani berkata dengan hati-hati. Takut menyinggung Raka. Keringat mengalir di dahinya.

Raka hanya melirik Hani dengan tajam. Hani salah tingkah “Ka..ka..ka...kalau begitu aku akan pergi membeli makanan untuk Mona dulu. Kamu disini saja” Hani langsung berbalik keluar ruangan dengan cepat.

Raka terus memandangi Mona yang sedang tertidur. Dia sedang bingung dengan perasaannya saat ini. Dia bergumam dalam hati “Hanya seorang wanita biasa, kenapa aku begitu peduli dengannya?”.

****

Suasana lantai rumah sakit tempat Mona dirawat sangat sunyi. Ya memang sunyi, karena tidaksemua orang bisa menempati ruang vvip di rumah sakit ini. Setelah sekian lama pingsan akhirnya Mona bangun dan membuka matanya. Dia merasakan ada yang menggenggam tangannya.

“Siapa...apakah Hani?” Mona menoleh untuk melihat siapa yang menggenggam tangannya.

“Mona...kanu sudah sadar! Apakah kamu merasa lebih baik?”.

Mona terkejut dan langsung duduk di ranjang. Dia menghempaskan genggaman tangan orang itu.

“Ardhi!!!” Teriak Mona marah. “Kenapa kamu ada disini???”.

“Maafkan aku Mona, Dania mengambil ponselku. Itu membuatku tidak bisa menerima panggilanmu kemarin”.

Mona memalingkan wajahnya “Aku tidak mengerti maksudmu!”.

Ardhi meraih tangan Mona. “Ini salahku, aku tidak ada disampingmu di waktu yang tepat. Tapi setelah aku tahu kau memanggilku, aku langsung kesini”.

Mona tidak memandang wajah Ardhi. Dia mendengus “Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan. Kita sudah putus! Lepaskan tanganku!”.

“Mona...jangan seperti ini. Aku sangat mencintaimu”.

Mona menatap Ardhi dengan sinis “Mencintai aku??”. Dia kembali memalingkan wajahnya “Inikah caramu mencintai aku??. Dengan meniduri adikku didepanku??. Aku tidak mampu menerima cintamu” Mona jijik terhadap sikap Ardhi.

Ardhi langsung memeluk Mona dari belakang. Membuat Mona terkejut. “Tidak Mona...aku sangat merindukanmu! Jangan tinggalkan aku!”.

Mona berusaha melawan “Lepaskan aku!!!”.

“Apa yang kau lakukan!!!” Hani berlari masuk untuk menyelamatkan Mona. Dia langsung mendorong Ardhi menjauh dari Mona. Dan melindungi Mona di belakangnya “Jauhi Mona!!!”.

Ardhi menatap tajam Hani. Dia mendengus dingin “Itu bukan urusanmu! Minggir!” Ardhi bergegas mau maju tetapi terhenti mendengar sebuah suara.

“ Ardhi....Kakak”.

Ketiganya menoleh bersamaan. Dania telah berdiri di pintu ruang Mona dirawat. Dania mengerutkan kening “ Apa yang kalian lakukan?”.

****

Di perusahaan Raymond...

Raka tampak sedang memeriksa dokumen-dokumen penting. Asistennya Roni berdiri di belakangnya. Raka tampak serius menatap dokumen-dokumen lebih dari setengah jam. Roni tersenyum “CEO, sudah waktunya pulang. Apakah anda ingin pergi ke rumah sakit untuk menjenguk nona Mona?”.

Mendengar Roni, Raka langsung berdiri dan merapikan dasinya “Karena kamu mengatakan itu. Ayo kita menjenguknya”.

Hehe...Roni tersenyum.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status