Share

Bab 9

"Hei, aku bisa mendengar nada cemburu dari kalimatmu!" ujar Danish. Bianca melengos.

"Cemburu apanya? Aku justru merasa jijik!" sergah Bianca.

Danish meraih bahu gadis itu dan memutar agar menghadapnya.

"Hei, kau menangis?" tanyanya lirih. Jempol kanannya mengusap air yang tanpa sadar berjatuhan di sudut mata Bianca. Gadis berseragam pelayan itu menunduk dalam, merasa malu. Seperti seorang maling yang kepergok sekuriti.

Danish mengangkat dagu gadis itu dengan ujung jarinya.

"Lihat aku!" pintanya. Perlahan dua pasang mata itu bertemu. Danish seolah ingin menyelam ke dalam palung hati gadis di depannya, melalui sorot mata itu.

Tangan Danish meraih tubuh mungil itu ke dalam dekapannya. Dia hirup puncak kepala Bianca dalam-dalam.

"Maaf, jika aku membuatmu terluka," bisik Danish lirih.

Entah mengapa, dekapan itu begitu menenangkan hati Bianca.

Beberapa saat Bianca mulai bisa menguasai diri. Dia dorong tubuh jangkung lelaki yang mendekapnya.

"Hei, kau jangan coba-coba mengambil kesempatan dariku, ya! Enak aja peluk-peluk!" umpat Bianca lalu berlari ke dalam rumah.

"Huh, dasar gadis tidak tau diuntung! Bukannya bersyukur, malah meninggalkanku begitu saja!" Danish ikut-ikutan mengumpat.

.

Saat masuk ke dalam rumah, sekilas Bianca bisa melihat wanita yang tadi ada di ranjang Danish itu sedang duduk menopang kaki di sofa ruang tengah. Wanita cantik dengan make up tebal. Pakaiannya begiti seksi menggoda iman lelaki.

Bianca juga bisa melihat jika wanita itu menyadari kehadirannya.

"Hai, kamu. Bisa bawakan aku segelas jus jeruk? Bercinta membuatku kehausan," ujarnya dengan nada mendesah manja.

Walaupun malas Bianca segera mengangguk.

"Cepatlah! Aku tunggu! Keburu Danish meminta ronde berikutnya" titahnya lagi seolah sengaja memancing amarah Bianca.

Bianca menghela napas kesal. Mulutnya menggerutu.

"Dasar pasangan mesum! Kalian begitu cocok. Tampan dan cantik. Dan yang paling cocok ... kalian sama-sama mesum!"

Bianca mengambil sebuah gelas tinggi dan menuangkan jus jeruk yang dia ambil dari kulkas.

"Rasanya aku ingin menambahkan setetes sianida ke gelas ini," gumamnya lagi.

"Kau kenapa menggerutu?" tanya sang juru masak yang sedang mengolah ikan. Bianca tergagap.

"Ah ... itu ... emh ... ada kucing garong jahat. Rasanya ingin kuberi dia sianida," jawab Bianca gugup. Ardy sang juru masak tampak keningnya berkerut.

"Kucing garong? Sejak kapan di sini ada kucing garong?" Ardy tampak kebingungan. Tak ingin ditelisik lebih jauh Bianca segera membawa gelas di atas nampan itu ke ruangan di mana Barbara sedang menunggu.

Sesampainya di sana, tidak ada siapa pun. Pundak Bianca mengendur.

"Untunglah kucing-kucing garong itu sudah pergi. Atau jangan-jangan ...?" Bianca kemudian membayangkan jika kedua orang itu kembali ke kamar dan melanjutkan pergumulan ronde selanjutnya. Seperti yang dikatakan wanita itu saat meminta jus, tadi.

"Bener-bener si Tuan Mesum!" Bianca menggerutu.

"Hai, Bianca? Kenapa kau mengumpati jus jeruk?" Sebuah suara mengagetkannya. Bianca menoleh.

"Eh, Rey. Ini tadi ada teman kakakmu yang minta dibuatkan jus, tapi orangnya menghilang gak tau ke mana,"

"Oh, apakah seorang wanita seksi?" tanya Rey. Bianca mengangguk cepat.

"Dia sudah diantar pulang sama Kak Danish. Wanita itu terlihat kesal sekali. Ya sudah, biar kamu tidak kesal, sini jusnya buat aku saja."

Rey meraih gelas itu lalu meneguknya hingga tandas.

"Hah, nikmat banget minuman buatanmu," puji Rey. Wajah Bianca masih terlihat sebal.

"Kenapa wajahmu masih ditekuk?" tanya Rey.

"Aku sebal melihat adegan kakakmu sedang bercinta. Hah huh hah huh! Menjijikan!" Bianca menggerutu.

"Owh, tadi kamu melihat Kak Danish bercinta? Bagaimana? Hebat 'kan, dia? Wanita itu pasti mendesaaah manjaaa ...."

"Apanya yang hebat? Mereka kayak kucing garong yang sedang kawin. Ribut banget!" tukas Bianca. Tawa Rey meledak mendengarnya.

"Bianca ... Bianca, kamu benar- benar unik. Kamu ingin membalas kelakuan Kak Danish gak?" tanya Rey. Bianca mendongak menatap lelaki di depannya.

"Caranya?" tanya Bianca polos.

"Sini!" panggil Rey. Bianca segera mendekatkan kupingnya ke wajah lelaki itu.

"Kita bikin adegan yang sama, dan buat Kak Danish melihatnya," bisik Rey.

"Aaww!" Rey berteriak, saat kakinya diinjak Bianca dengan keras.

"Lain kali akan aku jedotin kepala kamu agar otakmu tidak mesum!" umpat Bianca lalu pergi menuju dapur, meninggalkan Rey yang masih meringis mengelus kakinya yang sakit.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status