Evelyn sudah selesai di obati oleh Bibi pelayan. Lalu dia menunggu Bibi pelayan menyelesaikan pekerjaan rumah yang tersisa.
"Nona, setelah ini nona ikut aku untuk belanja keperluan dapur. Aku sudah meminta ijin pada tuan muda Moskov untuk mengajak nona pergi." Evelyn yang dari tadi membantu bibi pelayan menghentikan aktifitasnya. "Apa boleh?" tanya Evelyn ragu. Evelyn hanya takut jika membuat Moskov kembali murka dan dia akan lebih kesusahan untuk bertemu dengan adiknya. Sebisa mungkin dia menjaga sikap agar tak sampai membuat Moskov marah kepadanya. Bibi pelayan itu tersenyum, dia mendekati Evelyn lalu mengusap pundaknya pelan. Menenangkan Evelyn jika semua akan baik baik saja. "Tentu saja boleh, aku hanya mengajakmu berbelanja dan bukan membantumu kabur dari sini. Jadi jangan terlalu berpikir berlebihan,Ev." "Lagi pula kita pergi tetap bersama dengan beberapa anak buah Tuan muda Moskov. Jadi semua yang kita lakukan tetap akan sampai ke tuan. Dia hanya berpesan untuk tak terlalu lama perginya. Sebelum dia pulang dari kantor, kita juga harus sudah kembali ke mansion." Evelyn mengangguk mengerti, dia meminta ijin pada bibi pelayan untuk bersiap. Meksipun dia tak tahu apa yang harus di persiapkan. "Aku akan bersiap sebentar bibi, terima kasih sudah mengajakku." Bibi pelayan mengangguk, dia juga harus bersiap. Semua yang ingin di beli sudah masuk list belanjanya. Bibi pelayan juga sudah memberitahu pada beberapa pengawal untuk bersiap mengantarkannya pergi. Tak lama mereka meninggalkan mansion dan pergi ke sebuah mall terbesar di kota itu. Dengan beberapa pengawal yang menjaga mereka dari kejauhan. Evelyn membantu Bibi Pelayan memilih beberapa bahan makanan yang ada di list yang mereka bawa. "Tuan muda tak pernah mau makan jika ada daun bawangnya. Dia selalu bilang jika daun bawang itu menjijikan karena baunya yang tak sedap." Di saat mereka belanja, bibi pelayan menjelaskan apa saja kesukaan Moskov dan apa saja yang tak pernah Moskov sukai. Dan Evelyn mengingat itu semua agar dia tak sampai salah nanti ketika melayani Moskov dalam hal makanan. Saat mereka berdua tengah asyik memilih beberapa makanan tak sengaja Evelyn menyenggol seseorang di sebelahnya. Bruk ... "Aduh ...." "Ah, ya ampun maaf, maaf aku tidak sengaja. Maaf." Evelyn terus meminta maaf tanpa melihat siapa yang baru saja di senggolnya. Sementara seseorang yang baru saja di tabrak oleh Evelyn pun menarik lengan Evelyn sampai dia hampir saja terjatuh. "Kalau jalan pakai mata, bukan matanya di pindah kemana mana." teriak orang itu marah. Evelyn yang meringis karena lengannya di cekal keras pun mendongak dan melihat orang itu. "Evelyn!!!" pekik orang tadi. "Adeline..." gumam Evelyn lirih. Karena kesal Adeline mendorong Evelyn sampai terjatuh. Adeline melihat ke arah Evelyn dengan marah, pasalnya baju yang di kenakan Evelyn terlihat mahal dan Evelyn baik baik saja. Evelyn yang tak sampai terjatuh ke lantai dan di tolong bibi pelayan melihat ke arah Adeline dengan wajah takutnya. "Adeline, aku minta maaf. Aku tak sengaja." ucap Evelyn lirih. Adeline yang semakin kesal pun menunjuk wajah Evelyn. "Dasar sial, kenapa aku harus bertemu dengan mu disini hah?" "Dan apa itu? Apa kau sanggup bayar semua itu? Apa kau sekarang belaga jadi orang kaya hah? Kau lupa, kau itu di jual untuk jadi budak. Kenapa malah sekarang keluyuran di tempat seperti ini? Apa kau ingin mencari mangsa juga di sini?" teriak Adeline keras. Mereka menjadi pusat perhatian banyak orang saat ini. Evelyn yang kembali di hina oleh Adeline berpegangan kuat pada Bibi pelayan. "Adeline, jaga mulutmu. Aku menemani bibi belanja disini dan tak berniat mencari mangsa atau apapun itu!" balas Evelyn. Tapi semakin Evelyn membela diri semakin Adeline kesal, pasalnya Evelyn terlihat baik baik saja. Di tambah tak ada luka memar atau sejenisnya. Padahal sang ayah memberitahu jika Evelyn di jual kepada Moskov yang terkenal dengan kekejamannya. Adeline berdecak sinis, "Halah, jangan mencari alasan. Kau itu cuma anak buangan, dan kau itu cuma seorang budak jadi bagaimana mungkin kau di ajak belanja disini? Pasti kau sudah menjual tubuhmu jika sampai kau bisa belanja di sini. Iya kan? Di bayar berapa kau hah?" Adeline terus menyerang Evelyn dengan semua hinaan yang semakin membuat Evelyn sakit hati. Plak.... Wajah Adeline tertoleh ke samping karena tamparan keras dari Evelyn. "Cukup Adeline, omonganmu terlalu menghinaku. Setelah semua yang kalian lakukan kepadaku aku masih bisa menahan diri. Tapi semua yang kamu katakan itu tak masuk akal. Dan ingat baik baik Adeline, mulak hari ini dan detik ini kita nggak akan pernah punya hubungan keluarga apapun. Jadi jangan pernah mengusikku!" Setelah mengatakan itu, Evelyn mengajak bibi pelayan pergi dari sana. Bibi pelayan tersenyum tipis melihat apa yang baru saja di lakukan oleh Evelyn. Sedangkan Adeline yang baru saja di tampar tak terima dan ingin mengejar Evelyn. Tapi suara dering ponsel menghentikannya. Adeline berdecak kesal, "Awas saja kau Evelyn, tunggu pembalasanku!" # Evelyn yang merasa sudah jauh dari Adeline segera berhenti. "Bibi, aku baru saja membuat masalah. Apa tuan Moskov akan menghukum ku lagi?" Badan Evelyn sudah gemetar saat sadar jika dia baru saja membuat masalah di tempat umum. "Evelyn, tenanglah. Semua akan baik baik saja." "Apa yang kamu lakukan tadi sudah benar, wanita itu sudah keterlaluan saat menghinamu." Evelyn terdiam, tapi dia masih merasa takut jika sampai Moskov tahu soal masalah tadi. "Ya Tuhan, jangan sampai tuan Moskov marah padaku lagi." batin Evelyn. to be continuedEvelyn mulai terbangun, tapi dia merasa tubuhnya bertambah berat dan baru tersadar jika Moskov sedang memeluknya erat. Lalu dia mulai mengingat apa yang terjadi padanya, melihat pergelangan tangannya yang di perban. Tak hanya itu, Evelyn juga mengingat kembali kematian Gery adiknya. Air matanya kembali luruh, tapi dia langsung mengusapnya cepat. Dia tak mau Moskov terusik dengan nya lalu terbangun. Perlahan Evelyn mengangkat tangan Moskov agar dia bisa pergi dari sana. Tapi suara Moskov yang sedang langsung menghentikannya "Mau kemana kau?" Evelyn melihat Moskov yang ternyata masih memejamkan matanya tapi bisa tahu jika Evelyn akan pergi. Moskov membuka matanya dan matanya langsung bersitubruk dengan mata Evelyn yang bengkak. Sejak kemarin Evelyn menangis karena gagal menjaga sang adik. Dia nekad bunuh diri dengan melukai tangannya. "Aku mau ke kamar mandi." jawab Evelyn lirih. "Dan melakukan perbuatan konyol lagi seperti kemari?" Evelyn menunduk, meremas selimut
Sepeninggalan Bibi pelayan dan yang lain, Moskov menghampiri Evelyn yang masih memejamkan matanya. Moskov mengusap rambut Evelyn pelan, di wajahnya masih ada sisa air mata yang belum kering. "Apa setelah ini kau akan menyerah? Alasanmu untuk tetap disini sudah tak ada. Dan apa yang harus aku lakukan agar tetap menahan mu disini? " Moskov memperhatikan Evelyn yang dalam tidurnya pun tak tenang. Tak lama dari itu, ponsel Moskov berbunyi. Ronald menelfonya untuk memberi tahu jika Mariam sudah sampai di markas. Ronald juga bertanya tentang apa yang akan di lakukan Moskov pada Mariam. "Kau bisa memberinya salam pembuka terlebih dahulu. Aku akan kesana setelah memastikan Evelyn baik baik saja!" Setelah itu, Moskov kembali menatap Evelyn dengan tatapan yang sendu. Gadis itu, gadis yang dulu menolongnya dan terlihat ceria ternyata hidupnya tak lebih baik dari Moskov. Bedanya Moskov tak pernah kekurangan apapun. Sedangkan Evelyn tak mempunyai apa apa sama sekali. Dan saat ini,
Evelyn masih menangis dalam pelukan Moskov. Mereka tak langsung pergi ke rumah sakit sebelum Evelyn benar benar tenang. Ronald yang berada di luar tak hanya diam. Dia terus berjaga dan membantu prosesi pemakaman Gery. Prosedur dari rumah sakit saat ada yang meninggal semua di kawal ketat oleh anak buah Moskov. "Kalau kau tak bisa tenang, aku tak akan mengantarmu ke tempat peristirahatan Gery yang terakhir. Kau harus tenang terlebih dahulu!!" Evelyn mengangguk, dia menurut pada Moskov meskipun dalam hatinya sudah tak mampu lagi. Setelah melihat Evelyn kembali tenang dalam pelukannya barulah Moskov memanggil Ronald untuk membawa mereka pergi ke rumah sakit. Evelyn menggigit bibirnya menahan air mata yang ingin keluar dari matanya. Dia tak ingin membuat Moskov membatalkan kepergian mereka hanya karena Evelyn menangis. "Gery, kenapa? Kenapa tinggalin kakak seperti ini!!!" batin Evelyn menangis. Moskov masih memeluk tubuh Evelyn erat, dia tak akan membiarkan Evelyn menghad
Bugh Bugh.... Berkali kali Moskov memukul tembok di sebelahnya. Tak ada yang berani mendekat ke arah Moskov saat ini. Dia merasa gagal menjaga Gery, apa yang harus dia katakan pada Evelyn nanti ketika tahu keadaan Gery. Semua pengawal yang juga gagal pun sudah berlutut di depan Moskov. "Tuan bisa menghabisi nyawa kami karena gagal dalam menjalankan tugas kami." Moskov tak menjawab karena perhatiannya teralihkan saat para dokter dan tim medis itu keluar dengan kepala yang menunduk. Mereka sungguh sangat takut saat ingin mengatakan apa yang terjadi pada Gery. Apalagi wajah Moskov benar benar ingin membunuh mereka semua. Akhirnya dokter yang paling senior dan paling lama menangani Gery memberanikan diri untuk menyampaikan apa yang memang harus di sampaikan kepada Moskov. "Katakan!" "Tuan, kami sudah berusaha semaksimal mungkin . Tapi kondisi tuan Gery tak bisa di selamatkan. Berbeda fungsi organ dalamnya juga sudah berhenti. Dan sebenarnya sebelum kejadian ini al
Para pengawal pun terkejut saat para dokter masuk ke dalam. "Ada apa?" tanya mereka panik. "Ada penyusup, apa kalian tak tahu?" "Apa???" "Sial, hubungi tuan Ronald!!!" Mereka segera mencari siapa yang melakukan itu pada Gery. Melacak CCTV lalu melihat orang yang mencurigakan itu masuk ke dalam ruangan Gery. "Sial, wanita yang mengaku dokter itu!!" "Cari sampai dapat!!" Para pengawal itu bergerak cepat mencari dimana keberadaan Mariam. Semua di kerahkan demi menangkap Mariam yang tengah kabur. Beberapa tetap memantau CCTV rumah sakit untuk terus mencari keberadaan Mariam saat ini. Sedangkan Mariam sendiri yang panik memilih untuk bersembunyi terlebih dahulu. "Aku harus bisa kabur dari sini, jangan sampai mereka menangkap ku!!" Mariam masih diam di tempatnya untuk mengecoh pengawal Moskov yang terus mencarinya. Sementara itu, tim dokter terus berusaha menangani Gery yang mulai kejang dan napasnya semakin tak beraturan. # "Apa yang kalian katakan?"
Tubuh pelayan itu menegang saat mendengar suara yang sangat dia kenali. Para pengawal menunduk tak berani melihat ke arah Moskov yang tiba tiba kembali ke dalam mansion. Evelyn mundur selangkah, tapi Moskov menarik tangannya lembut. Membuka telapak tangan Evelyn yang menutup pipinya yang baru saja di tampar pelayannya. Rahangnya tentu saja langsung mengeras saat melihat pipi Evelyn merah. "Kenapa diam saja? Kenapa tak membalasnya?" tanya Moskov datar. Pelayan yang baru saja menampar Evelyn sontak membelalakkan matanya mendengar kata kata Moskov. Para pelayan di mansion utama memang tak mengenal siapa Evelyn. Pelayan yang memang sudah lama ada di mansion itu tentu saja tak terima saat melihat Moskov membela Evelyn dan bersikap lembut kepadanya. Selama ini dia mengurus mansion utama, menyiapkan semuanya. Dan hanya karena kedatangan Evelyn membuat Moskov memandang nya lain. "Tuan, tapi dia hanya budak sama seperti yang lain. Kenapa dia harus memasak untuk tuan secara khu