“Kenapa? Kamu nggak suka lihat aku?” tanya Reta menyelidik.Sudah satu jam dirinya di-make over oleh pegawai salon. Kini Dirga malah terpana dengan pandangan yang sulit untuk diartikan maknanya. Entah Dirga terpesona padanya. Atau sebaliknya, pria itu ilfeel melihat Reta didandani tebal.“Ah, nggak. Ayo,” Dirga menghampiri Reta. Dia kembali menggendong bridal perempuan itu.Tentu saja orang-orang di salon memandangi mereka dengan tatapan iri. Dirga sangat tampan dan memiliki perawakan tubuh ideal seorang pria. Meskipun wajahnya galak, pria itu tetap akan sangat mencolok saat tampil di depan orang-orang.“Pak, ini berlebihan nggak sih?” bisik Reta. “Ada yang fotoin kita lho. Kalau masuk sosmed gimana?”“Ya nggak gimana-gimana,” balas Dirga cuek. Pria itu tetap menatap lurus ke depan dan membawa Reta masuk ke dalam mobil.Reta berdecak. Pria itu sepertinya tidak memiliki rasa cemas jika wajah tampannya tersebar di sosial media.Justru yang lebih cemas saat ini adalah Reta. Dia tak terla
“Mau dibahas secepat ini?” Reta terkaget mendengar ucapan calon ibu mertuanya itu.“Iya,” sahut Rumi penuh semangat. Perempuan itu tersenyum lebar pada Reta. “Reta, Mama udah ada beberapa nomor wedding organizer. Kita bisa mulai hubungi satu per satu malam ini.”“Malam ini? Aku kan harus pulang,” ucap Reta bingung.“Ah, nggak perlu pulang,” timpal Rumi secepat kilat. “Ya, kan, Pa?”“Benar itu. Nginep aja di sini,” tutur Zidan memberikan izin.“Bukannya nggak sopan ya?” Reta menatap malu orang tua Zidan yang tampak menggebu-gebu itu.“Sopan-sopan saja. Kan kami yang bikin aturan,” terang Rumi dengan senyuman lebarnya. “Reta, kamu jangan sungkan-sungkan kalau sama kami ya? Mulai sekarang kamu udah resmi jadi calon menantu kami. Habis ini kamu ikut Mama ke mall. Kita cari cincin lamaran buatmu. Biar ada bukti kalau kamu itu menantu kami.”“Ah, bagus itu. Papa ikut juga deh. Udah lama nggak jalan-jalan,” kekeh Zidan. “Mumpung mau dapat menantu baru ini.”Pandangan Zidan melirik ke Dirga.
“Ikut saja pengobatan,” timpal Dirga. “Katamu kamu ingin bisa jalan, kan? Lakukan saja seperti yang kamu inginkan.”Reta terkesiap sesaat menatap Dirga yang ada di sisinya. Dia pikir Dirga tak akan tertarik dengan obrolan remeh-temeh Reta bersama Rumi dan Zidan. Mengingat sebenarnya Dirga sangat tidak suka dengan konsep pernikahan ini. Nyatanya, Dirga masih bisa menempatkan diri dengan baik. Minimal, pria itu tidak ada niatan untuk menyakiti hati orang tuanya. Tanda bahwa Dirga memang masih memiliki rasa hormat yang besar pada orang tua.“Nah, kan, udah di-ACC tuh sama Mas Suamimu,” celetuk Rumi. “Berarti habis nikahan, langsung ikut pengobatan aja ya, Mama. Nanti Dirga bisa ikut jenguk tiap weekend. Kalian bisa jalan-jalan di Singapura juga.”Celotehan Rumi terus berlanjut. Perempuan itu sungguh-sungguh bersemangat saat membahas tentang pengobatan Reta dan rencana selama tinggal di Singapura.Zidan pun menanggapi ucapan Rumi tak kalah antusias. Keduanya menunjukkan dukungan penuh pad
Jason menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Dirga. Di saat itulah, Reta menunduk dengan rambut panjangnya yang digerai ke depan semua. Reta menggerakkan kursi rodanya dengan kencang ke arah Jason.BRAK!“ADUH!” teriak Jason dan Dirga sama-sama terkaget dan kesakitan. Kaki dua pria dewasa itu tergilas oleh roda kursi yang Reta tumpangi.Reta tetap bergerak lurus dan berbelok ke arah kiri. Dia bergegas pergi kembali ke tempat di mana Rumi berada.Jujur saja hati Reta berdegup tak tenang. Dia takut jika Jason mengenali wajahnya. Pria itu sangat jahat. Dia takut jika Jason nantinya pura-pura baik pada Dirga dan kembali mengganggu Reta. Karena itulah, tadi Reta memutuskan memberikan kesan negatif secara langsung agar Jason ilfeel dan tak mau mendekati Dirga lagi.“Reta, kamu tadi ke mana aja?” tanya Rumi dengan senyuman lembutnya.“Ma, aku tadi lihat-lihat baju buat Pak Dirga,” ucap Reta menjawab pertanyaan Rumi. Dia menata rambutnya yang berantakan.“Kamu kok berantakan. Nggak ada yang gangg
“Ma, aku mau pulang ke rumahku aja,” ucap Reta saat dalam perjalanan pulang.“Nggak jadi nginep?” Rumi menatap sedih ke arah Reta. “Mama pengen banget kamu nginep padahal.”“Besok aja ya, Ma? Aku kan belum izin sama temenku. Kami biasanya berduaan. Kasihan kalau aku tinggal nginep mendadak,” terang Reta.“Ya udah. Temenmu ajak nginep juga aja gimana?” tawar Rumi. Dia masih ingin Reta menginap di rumahnya. Dia ingin mengobrol lebih banyak dengan Reta.“Ma, Reta ada perlu sama temennya. Biarin aja dia pulang,” sela Dirga sambil mengemudi di depan. “Sekalian nanti Mama kan bisa lihat di mana Reta tinggal.”“Ah, ide bagus itu. Kita belum pernah lihat di mana Reta tinggal,” ucap Zidan setuju.Rumi mengangguk paham. “Oke deh. Nanti sekalian beli makanan online ya?” ujar Rumi. “Mama mau cek juga apa Reta udah lengkah obatnya dan isi kulkasnya.”“Sayang, kamu kok kayak ibu-ibu sidak ke kosan anak sih?” timpal Zidan terkekeh.“Biarin aja, Pa,” balas Rumi. “Memang sih setelah menikah, nanti Ret
“Kak Doni?” Reta terkaget melihat kakak laki-laki Ninda yang datang.Dia menggerakakn kursi rodanya ke arah Doni. Dia menatap heran kedatangan Doni yang mendadak.“Kenapa ke sini, Kak? Ninda nggak kasih kabar sama aku kalau Kak Doni ke sini,” tutur Reta dengan sedikit antusias.Dirga menatap jutek ke arah Reta dan Doni. Dia merasa ada hubungan yang tak biasa di antara keduanya.Doni menatap bingung Dirga dan Reta. Dia memang mendengar cerita dari Ninda bahwa Reta akan menikah sebentar lagi. Namun, apa benar pria yang akan dinikahi oleh Reta adalah Dirga?“Kak Doni?” panggil Reta sekali lagi.Doni terbangun dari lamunannya. Dia kembali menatap ke arah Reta. “Ah, tadi Ninda minta tolong padaku untuk membenarkan pipa dapur. Katanya ada masalah. Sama dia minta buat ngecek atap. Katanya sekarang mulai sering hujan. Dia pengen aku ngecek semuanya,” jelas Doni. “Aku baru bisa mampir sekarang karena ada pekerjaan. Rencananya aku bakal menginap di sini.”“Menginap?” Dirga langsung menatap taja
Rumi mengangguk. Dia mencoba mempercayai ucapan Reta.Tak berapa lama, Ninda tiba. Dia langsung menyapa Zidan dan Rumi sambil menjabat tangan keduanya.“Saya Ninda,” ujar Ninda memperkenalkan dirinya. Dia tersenyum manis pada Zidan dan Rumi.“Ah, ini adiknya Doni ya,” balas Rumi.“Oh, Kak Doni udah sampai di sini?” Ninda terkaget. Dia kira kakaknya akan ke rumahnya besok pagi. “Aku kira datengnya bakal besok.”“Iya, udah sejam lalu sampai di sini,” terang Reta. “Sekarang lagi di dapur. Mulai nyicil beresin pipa cucian yang katamu ngadat.”“Iya, tadi ngadat waktu aku pulang bentar, Reta. Ya udah deh. Aku ke dapur duluan,” tutur Ninda. Dia kembali tersenyum pada Rumi dan Zidan. “Tante, Om, aku duluan ya? Mau bantu Kak Doni. Ini silakan dinikmati aja. Nggak usah sungkan di rumahku. Anggap aja rumahnya Reta. Kan kami udah kayak sodara sendiri.”“Iya, Nak Ninda. Makasih ya,” ucap Rumi lega.Ninda berlalu dari ruang tamu. Meninggalkan Reta bersama calon mertuanya itu.“Oh, ternyata beneran
Pagi sekali Dirga menggunakan sepeda kayuhnya pergi ke rumah Ninda. Dia akhirnya memilih menggunakan sepeda kayuhnya agar tidak mudah terdeteksi oleh Reta saat sedang mengintai.Di sana, dia mengintip dari seberang rumah. Pandangannya terus memperhatikan rumah milik Reta dari kejauhan dengan menggunakan teropong jarak jauh.“Jam segini kok belum ada yang keluar sih? Pemalas sekali,” decak Dirga mulai mengomel. Entah mengapa, dia jadi ingin mengomel terus. Padahal, tidak ada sesuatu yang seharusnya bisa membuat dia kesal.Dirga menatap jam tangannya. Sudah pukul setengah 6 pagi.Terdengar suara orang dari depan rumah. Dirga bersembunyi di belakang pohon akasia yang biasanya dijadikan sebagai pohon pelindung di tepian jalan.Dari sana, dia meneropong lagi. Tampak Doni bersama dengan Reta. Keduanya mengobrol dan bertukar tawa.Dirga mendengkus kesal. “Dia itu ya bisa-bisanya ketawa seperti itu dengan pria lain. apa dia nggak ngerasa bersalah sama aku? Harusnya dia itu kan tetap di rumah