Share

Part 4

Penulis: Manda Azzahra
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-01 20:45:26

Olivia menyandarkan diri di balik pohon untuk waktu yang cukup lama. Hingga beranjak sore, mobil dan orang-orang itu belum beranjak dari tempatnya. Olivia tak tahu sampai kapan mereka berada di sana. Tapi gadis itu tak bisa menunggu lebih lama lagi.

Dengan kaki yang masih terasa pegal, Olivia bergerak menuju restoran tempatnya bekerja. Dengan mengendap-endap Olivia menuju pintu belakang, jalan masuk bagi karyawan.

Namun lagi-lagi pemandangan yang sama berada di sana. Olivia kembali bersandar di bak sampah besar, merasa kalau laki-laki bernama Ronan benar-benar berusaha menemukannya.

Oliva tak jadi masuk untuk mengambil tas yang berisi dompet dan juga ponselnya. Atau mungkin benda-benda pribadinya itu telah berpindah tangan pada pria-pria yang sedang menantikan kehadirannya.

Olivia lalu kembali bergerak ke tujuan terakhirnya. Meski merasa sangat lelah, dia tetap harus mencari tahu apa yang terjadi. David akan menemukan jalan untuknya.

*

"Apa begitu sulit menemukan gadis biasa seperti dia?" Ronan memekik kesal. Keadaannya bertambah pulih, dan dia sudah berada di kediamannya.

"Sepertinya dia tahu kita mencarinya ke semua tempat. Dia jadi lebih berhati-hati. Apa tidak sebaiknya kita biarkan saja dan fokus mencari gadis yang satunya?" Kim memberi usulan. Dia tahu gadis itu bukan masalah besar, namun majikannya berusaha mati-matian mencarinya hingga mengabaikan tujuan utama mereka selama ini.

"Apa kini kau yang mengambil keputusan?" Rahang kokoh Ronan mengeras mendengar kelancangan budak yang selama ini diberinya makan.

Kim tahu diri, lalu bergegas meminta maaf dan menyesali ucapannya. Terkadang dia memang bisa bersikap lancang, karena tahu pasti bagaimana sebenarnya watak dan perilaku majikannya selama ini.

"Keluar dan temukan dia!" 

"Baik, Pak." Kim pamit. 

"Kim__." Pria berwajah oriental itu mengentikan langkahnya saat mendengar Ronan berseru. "Hidup-hidup."

Kim mengangguk. Lalu melangkah pergi. Mengerti bahwa Ronan menginginkan pertemuan selanjutnya dengan gadis itu.

Di tempat lain, Olivia sampai pada kediaman David. Kekasihnya yang belum lama dia kencani. Kawasan kos-kosan itu terlihat aman. Orang-orang itu mungkin tak tahu menahu tentang David. Ternyata tidak semua data dan orang-orang yang berhubungan dengan Olivia mereka tahu.

Pintu kamar David tampak tertutup rapat. Mau menghubunginya pun Olivia sedang tak memegang ponsel. Gadis itu berulang kali mengetuk pintu dan memanggil David berulang. Dia butuh ponsel untuk berbicara pada Silvia.

"David sudah tidak tinggal di situ." Seorang pemuda berusia dua puluhan mendekati Olivia di depan pintu.

Olivia menatapnya heran.

"Aku Heru. Aku tinggal di kamar sebelah." Pemuda itu memperkenalkan diri.

"Apa maksudmu? Dua hari yang lalu aku masih bertemu dengannya." Dahi Olivia mengernyit.

"Dia pergi siang kemarin. Katanya akan menikah. Aku melihat gadis yang bersamanya membawa tas pakaian."

Olivia menelan ludah. Menikah, katanya? Sedang gadis yang diberi tahu Heru adalah kekasih David. Hanya saja Olivia baru beberapa kali berkunjung ke sini. Dia tak ingin berada dalam saru ruangan sempit pada pria yang jelas punya hasrat padanya.

"Me_menikah?" Olivia terbata.

"Itu yang dia katakan."

"Dengan siapa?" Olivia butuh informasi lebih banyak.

"Aku tak mengenalnya. Gadis itu sering datang kemari. Rambutnya dicat berwarna cokelat, sama sepertimu." Heru menjelaskan ciri-cirinya.

Perasaan Olivia mendadak tidak enak. Pikiran buruk kini sedang menyerangnya. Dia bersusah payah membuang prasangka, lalu kembali meyakinkan dirinya bahwa dia salah.

"Apa gadis itu memiliki tahi lalat kecil di samping dagunya?" Keluar juga kata-kata itu dari mulut Olivia. Berharap Heru menjawab 'tidak'.

Pemuda itu berpikir sejenak.

"Kurasa, ya."

Tungkai kaki Olivia mendadak lemas. Hampir terjatuh jika saja Heru tak dengan sigap menangkapnya.

"Kau tidak apa-apa? Kau kenapa?" Heru tampak cemas.

Bola mata Olivia bergerak liar untuk menahan air matanya. Dia tak mau terlihat menangis di hadapan orang yang baru saja bertemu dengannya.

'Silvia. Sejak kapan?'

                                   ~~~

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • GADIS PEMBUAT ONAR TUAN RONAN   Part 98

    "Kenapa baru sampai selarut ini?" Ronan mencegat Olivia saat wanita itu ingin masuk ke kamarnya.Ronan memerintahkan Kim untuk menjemput istrinya pulang dari bekerja. Namun perjalanan yang seharusnya tidak sampai tiga puluh menit menjadi lebih dari satu jam, hingga Kim terlambat membawa istri majikannya kembali ke rumah sesuai perintah Ronan."Maaf, aku mengantar temanku dulu ke rumahnya." Olivia sedikit merasa sungkan.Setelah insiden Ronan memanggil kata 'sayang' terhadap Olivia malam itu, Olivia terpaksa mengakui semuanya. Dia dan Ronan sudah menikah. Ketiganya terperanjat heran. Seperti tak percaya.Olivia memohon agar mereka merahasiakannya. Mau tak mau mereka menuruti permintaan wanita itu. Lagipula kini mereka sudah tahu bahwa suami Olivia adalah seseorang yang berpengaruh. Tentu saja mereka harus menurut jika tidak ingin berurusan dengan Ronan Ellyas. Mereka bahkan telah menyaksikan sendiri bagaimana cara pria itu menghukum orang-orang yang telah berani mengganggu istrinya.La

  • GADIS PEMBUAT ONAR TUAN RONAN   Part 97

    "Kau memberitahu suamiku bahwa sepupu-sepupunya mengerjaiku?" Olivia merasa tak percaya."Tentu saja, Oliv. Siapa lagi yang menyelamatkanmu selain aku, hah?" Silvia membanggakan dirinya.Malam itu Silvia sedang melihat-lihat akun sosial media miliknya. Dia yang kini mulai berteman dengan para kaum bangsawan di sosial media melihat rekaman siaran langsung yang dibuat oleh Elsa. Silvia tersenyum jahat menyaksikan adegan itu. Dia begitu menikmati gadis yang dia benci menjadi bulan-bulanan semua orang di dunia maya. Olivia pasti akan merasa malu sekali jika semua kerabat dan sahabat-sahabat keluarga Ellyas sampai mengetahui latar belakang Olivia yang sebenarnya.Dengan begitu Olivia akan mendapatkan penolakan dan intimidasi hingga akhirnya menyerah dan memutuskan untuk meninggalkan Ronan dan keluarganya.Namun tiba-tiba Silvia teringat. Ronan selalu saja punya cara untuk menyelamatkan istrinya. Bahkan menghukum siapa saja yang berani menyentuh Olivia. Silvia kemudian berbalik arah. Cepa

  • GADIS PEMBUAT ONAR TUAN RONAN   Part 96

    Olivia merasa takjub menatap bangunan besar dan lebar yang baru saja dia masuki. Deru mesin-mesin raksasa membuatnya berdecak kagum dengan produksi massal bahan baku tekstil dengan beraneka macam warna. Kepala Olivia bahkan berputar dan kakinya sampai berjalan mundur demi bisa memperhatikan keadaan sekeliling di pabrik tersebut.Laura tersenyum getir. Namun dia bisa melihat bahwa Olivia tampak peduli dan lebih antusias dibanding Silvia yang hanya bersikap angkuh dengan memamerkan bahwa gadis itu adalah putri pemilik pabrik demi mendapatkan pengakuan dari semua orang.Kemudian Laura menambah sedikit lagi waktu pengawasan agar Olivia bisa melihat-lihat lebih lama bagian produksi sebelum akhirnya memasuki ruangan kantor."Masuklah!" Laura meminta pada Olivia melewati pintu yang baru saja dibukakan oleh Armaya. Tanpa ragu Olivia melewati Laura dan menurut untuk masuk lebih dulu. Namun tiba-tiba Olivia tercengang saat melihat beberapa orang berpakaian rapi sudah duduk seperti menyambut k

  • GADIS PEMBUAT ONAR TUAN RONAN   Part 95

    Mau tak mau Olivia harus menuruti keinginan suaminya. Wanita itu sampai di depan bangunan pabrik milik keluarga Ellyas setelah diantar oleh Kim yang kembali menjemputnya sesudah mengantar Ronan ke kantor pusat perusahaan.Seperti instruksi Ronan, Olivia telah sampai lebih dulu hingga saat dia berdiri di depan gerbang, mobil hitam Laura berhenti di tempatnya menunggu."Selamat pagi, Bu." Olivia langsung menyapa ibu mertuanya begitu wanita itu turun dari kendaraannya.Laura menatapnya dengan dingin. Merasa bahwa dia tak memiliki janji untuk bertemu dengan menantunya itu."Apa yang kau lakukan di sini?""Hum... itu... aku...." Olivia tampak gugup. Dia tahu wanita paruh baya itu tak menyukainya. Namun dia bisa merasakan bahwa Laura tak pernah punya niat untuk berbuat jahat padanya."Ronan yang memintamu datang?" Laura seperti bisa membaca raut wajah gadis itu."Aku... ingin meminta maaf atas kejadian kemarin, Bu. Aku... bersikap lancang dengan meninggalkan meja makan begitu saja."Laura

  • GADIS PEMBUAT ONAR TUAN RONAN   Part 94

    Ronan menarik sudut bibir. Kemudian memberikan kode pada asisten pribadinya. Kim mengerti, lalu mematuhi semua perintah majikannya."Pergi dari sini, dan jangan pernah datang lagi!" Ronan memberi titah dengan tegas.Gadis-gadis itu tampak ketakutan, lalu bergegas hendak keluar."Satu lagi!" Langkah mereka kemudian terhenti mendengar suara dingin itu dari Ronan. "Ucapkan terima kasih di masing-masing akun kalian atas makanan gratis yang kalian makan!"Ketiganya mengangguk dengan cepat. Lalu saling mendorong agar bisa keluar dari tempat itu dengan segera.Ronan melirik arloji mewah di pergelangan tangannya, lalu melirik ke arah istrinya."Selesaikan pekerjaanmu, Sayang. Aku tunggu di luar!"Ronan bergegas meninggalkan tempat itu. Sengaja membiarkan Olivia menjelaskan sendiri pada ke tiga rekannya semua tentang semua yang terjadi."Wanita itu tidak bisa menyangkal lagi bahwa aku ini suaminya, bukan?" Ronan tersenyum penuh percaya diri dari kursi penumpang di mobil mewahnya."Benar, Pak.

  • GADIS PEMBUAT ONAR TUAN RONAN   Part 93

    "Apalagi yang kalian tunggu. Cepat bersihkan sepatunya!"Ketiga gadis itu langsung melotot. Kemudian masing-masing memohon kepada pria itu."Tidak, Ronan. Kenapa kau meminta kami melakukannya?" Anne lebih dulu bersuara."Benar, kakak sepupu. Kami hanya bercanda. Kami tidak sungguh-sungguh ingin mempermalukannya.""Lagipula ini idenya Elsa. Dia yang meminta kami datang dan mengganggu Olivia. Dia juga yang merekam video itu dan menyebarkannya.""Benar. Ini semua salah Elsa. Biarkan kami pulang, Ronan.""Apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian menyalahkanku, hah?""Ini memang salahmu.""Ya. Ini salahmu!""Kalian__."Ketiga gadis itu masing-masing saling melempar kesalahan. Ronan yang sama sekali tidak peduli siapa dalang di balik semua itu terlihat cukup tenang."Tunggu apa lagi? Berlutut dan minta maaflah! Kalian menyukai hiburan? Semakin malam semakin ramai yang akan menonton, bukan?" Ronan menyeringai."Ronan, kami mohon__.""Berlutut! Atau kalian ingin ibu atau ayah kalian yang melaku

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status