Share

Part 6. KEDATANGAN NENEK ALFA

Setelah kepergian Anne, Alfa mulai menatap kamar Vellza. Hatinya merasa berkecamuk karena wanita yang menjadi istrinya tidak bisa bersikap tegas seperti dirinya. Tidak mau berpikiran aneh-aneh, Alfa langsung berinisiatif naik.

"Kenapa aku memiliki perasaan rumit?"

"Ada apa dengan hatiku?"

Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku, tanpa sadar kedua kakinya menuntun ke kamar Vellza.

Beberapa saat kemudian, Alfa terdiam tepat di depan kamar, "Vellza, bisa kita bicara sebentar?"

Vellza yang sedang menunggu kabar dari Alfa segera bangkit dan berlari menuju pintu. Dengan cepat ia membuka pintu. "Iya, Alfa masuklah!"

Bukannya menatap wajah tampan suami, Vellza justru menunduk sambil memundurkan langkahnya.

"Kenapa kamu terlihat ketakutan? Apakah wajahku semenakutkan itu? Sampai kau tidak berani menatapku?"

Reflek Vellza menggeleng, "Tentu saja tidak. Masuklah!"

Alfa tersenyum menyeringai, "Dengan senang hati."

Akhirnya Vellza menatap wajah Alfa. Tatapan Vellza benar-benar terlihat gugup, dari sana Alfa bisa menyimpulkan jika istrinya dalam keadaan cemas dan ketakutan. Akan tetapi, ia justru ingin menjahilinya.

Tanpa ragu Alfa menyentuhkan tangannya ke kening Vellza dan hal itu membuat gadis itu hampir saja terjingkat. “Hei!”

“Maaf!”

Vellza belum pernah kontak fisik dengan lelaki sebelumnya. Maka dari itu reflek tadi adalah hal yang sangat wajar baginya. Hal itu pulalah yang membuat Alfa menyetujui pernikahannya dengan Vellza. Meskipun dengan embel-embel membeli gadis itu, tapi Alfa tidak pernah menyesal.

"Kamu sakit? Kenapa demam?"

"Ehm, itu ... a-anu ...."

"Terima kasih," cicit Vellza setelahnya.

“Untuk?”

“Kamu sudah membantu ibu tiriku.”

Alfa tergelak, “Bagaimana bisa kamu menyimpulkan hal itu? Padahal aku belum mengatakan apapun.”

Meski gugup, Vellza mulai mengatakan alasannya. Alfa mendengarkan dengan seksama semua hal yang dijelaskan oleh Vellza. Merasa jika istrinya baik-baik saja, Alfa pun pamit keluar. Sampai dimana Vellza siap, maka Alfa tidak akan pernah meminta haknya.

Di sisi lain, Anne merasa puas karena dia mendapatkan uang yang begitu banyak dari Alfa tanpa perlu melibatkan siapapun. Dia bahkan lupa jika ada Vellza yang berkorban di setiap keinginannya. Akan tetapi, Anne tidak pernah puas dengan uang. Baginya bersenang-senang adalah sebuah kebahagiaan untuknya. Persetan dengan nasib putri tirinya itu.

Keesokan hari, Alfa meminta Devon mengatasi masalah ibu tiri Vellza yang selalu saja mengganggu. Namun, rupanya ada kabar lain yang membuat Alfa hampir tersedak saat sarapan pagi. Rupanya nenek Alfa telah kembali dan saat ini bersama dengan cinta pertama Alfa yaitu Isabella.

“Apa kamu tidak bisa mengatasi hal ini? Kenapa wanita tua itu ingin mengacau hidupku lagi?”

Kedua tangan Alfa mengepal sempurna. Otot-otot di tangannya tercetak jelas di sana. Vellza yang kebetulan baru saja turun begitu terkejut melihat Alfa mendengus kasar.

‘Ya, Tuhan. Apakah aku salah tempat? Kenapa Alfa begitu menakutkan?”

Ketidakfokusan Vellza membuat ia hampir tergelincir kalau saja Alfa tidak menopang tubuhnya. Tatapan keduanya kembali bertemu, dan untuk pertama kali Vellza terkena serangan jantung.

Mata tajam Alfa seolah mengunci pergerakan tubuh Vellza yang semakin mematung. Aroma mint menguar memenuhi rongga dada Vellza dan membuat gadis itu terhipnotis dalam beberapa detik.

“Bernafas, bodoh!”

Reflek Vellza tersadar dan dia pun membetulkan posisi tubuhnya.

“Kau mau mati!”

“Enggak.”

“Tapi kenapa tadi nggak bernafas? Atau kamu sudah mulai jatuh cinta padaku?”

Vellza tersenyum kecut. Baginya itu adalah sebuah penghinaan. Akan tetapi, wajah Alfa memang telah mencuri hati polos Vellza.

Ketegangan itu terhenti, ketika tiba-tiba saja suara mobil berhenti di depan mansion. Alfa bisa memastikan jika itu adalah kedatangan sang nenek.

Tidak mau kecolongan, Alfa segera mengukung tubuh Vellza seraya berbisik, “Bersikaplah manis kepadaku dan seolah kamu sangat mencintaiku. Jangan sekalipun terlihat celah jika kita hanya menikah sebatas kontrak! Mengerti!”

Vellza pun mengangguk setuju. Tidak mau bertanya lebih, Vellza mengikuti langkah kaki Alfa menuju ruang makan. Keduanya tampak mesra dan saling menyuapi satu sama lain. Sikap sepasang pengantin baru itu sejak beberapa detik lalu telah mencuri perhatian seorang wanita tua bersama seorang gadis.

Tangan gadis muda itu terlihat mengepal, dan seolah merasa cemburu karena Alfa bersama wanita asing. Bahkan keduanya tampak sangat mesra. Nenek Alfa yang melihat itu tidak bisa mentolerir dan langsung menegur.

“Alfa! Tidak bisakah kau bersikap sopan padaku!”

Vellza mematung di tempat, tapi usapan lembut di punggung tangannya seolah memberikan arti jika ini adalah hal yang ingin diperlihatkan pada Vellza sejak tadi. “Itu nenekku,” bisik Alfa.

Alfa pun bangun dan tersenyum, begitu pula dengan Vellza yang ikut menoleh. Derap langkah tegas itu seolah membuat Vellza berada di atmosfer yang berbeda.

Isabella yang semula memasang wajah masam kini menampilkan senyuman indah yang selalu saja mampu meluluhkan tembok es milik Alfa. Seolah bersikap wajar, Isabella langsung maju dan hendak memeluk Alfa. Akan tetapi, Vellza maju lebih dulu dan menghalangi keinginan Isabella. Alfa sedikit terkejut, tetapi suka dengan apa yang dilakukan oleh istrinya.

Nenek Alfa tentu saja geram dengan sikap Vellza dan langsung menegurnya, “Kamu siapa? Beraninya menghalangi calon istri Alfa Mahendra!”

“Saya istri sah Alfa Mahendra.”

Vellza menatap tajam nenek Alfa, tidak gentar meskipun mendapat teguran. Dia memiliki keyakinan dalam posisinya sebagai istri sah Alfa Mahendra.

Meski awalnya ketus, tapi Vellza sadar lalu melembutkan ucapannya, "Saya adalah Vellza, nenek. Alfa dan saya telah menikah dan saya adalah istrinya yang sah."

Nenek Alfa terkejut mendengar kata-kata Vellza. Dia tidak pernah menduga bahwa Alfa akan menikahi wanita lain setelah berita kebohongan tentang kematian cucunya yang pertama, yaitu Isabella.

"Tidak mungkin! Alfa adalah cucuku yang seharusnya menikah dengan Isabella!"

Vellza tetap tenang dan berusaha menjelaskan situasi dengan baik.

"Nenek, saya mengerti bahwa Anda mencintai cucu Anda yang pertama dan ingin melihatnya menikah dengan Isabella. Namun, setelah kematian cucu Anda, Alfa dan saya menemukan kenyamanan dan cinta satu sama lain. Kami telah memutuskan untuk menikah dan membangun kehidupan bersama."

Isabella, yang sebelumnya diam, mencoba ikut berbicara untuk memediasi situasi. Lagi pula ia mempunyai cara tersendiri untuk nantinya merebut Alfa dari Vellza.

"Nenek, saya juga mengerti perasaan Anda. Tapi kita harus menghormati keputusan Alfa dan Vellza. Mereka telah menemukan kebahagiaan bersama dan kita harus mendukung mereka."

Nenek Alfa masih sulit menerima kenyataan ini, tetapi melihat kebahagiaan di wajah Alfa dan Vellza, dia mulai melunak. Nenek bisa membaca situasi dan kode yang diberikan oleh Isabella.

"Baiklah, jika ini adalah kebahagiaan yang kalian temukan bersama, maka aku akan mencoba menerima. Tapi ingatlah, Vellza, kamu harus menjaga Alfa dengan baik dan membuatnya bahagia."

Vellza mengangguk dengan penuh hormat. Akan tetapi, Alfa bisa mencium ketidakberesan di sana. Dia sangat paham bagaimana sikap Isabella dan neneknya, jadi untuk menghormati Vellza dia pun ikut berpura-pura biasa.

"Terima kasih, nenek. Saya akan berusaha yang terbaik untuk membuat Alfa bahagia dan menjaganya dengan baik."

Dengan pemahaman yang tercapai, kini atmosfer di ruangan itu menjadi lebih tenang. Alfa, Vellza, Isabella, dan nenek Alfa duduk bersama, berbagi cerita dan tawa. Meskipun awalnya ada ketegangan, mereka semua bersatu dalam keinginan untuk menciptakan keluarga yang bahagia dan harmonis.

“Ingatlah Alfa, aku kembali kesini bukan berarti untuk menerima berita pernikahanmu, dan ingatlah bahwa mulai detik ini setiap tindak tandukmu akan aku awasi!” Ucap Nenek Alfa di dalam hatinya.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status