Setelah kepergian Anne, Alfa mulai menatap kamar Vellza. Hatinya merasa berkecamuk karena wanita yang menjadi istrinya tidak bisa bersikap tegas seperti dirinya. Tidak mau berpikiran aneh-aneh, Alfa langsung berinisiatif naik.
"Kenapa aku memiliki perasaan rumit?""Ada apa dengan hatiku?"Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku, tanpa sadar kedua kakinya menuntun ke kamar Vellza.Beberapa saat kemudian, Alfa terdiam tepat di depan kamar, "Vellza, bisa kita bicara sebentar?"Vellza yang sedang menunggu kabar dari Alfa segera bangkit dan berlari menuju pintu. Dengan cepat ia membuka pintu. "Iya, Alfa masuklah!"Bukannya menatap wajah tampan suami, Vellza justru menunduk sambil memundurkan langkahnya."Kenapa kamu terlihat ketakutan? Apakah wajahku semenakutkan itu? Sampai kau tidak berani menatapku?"Reflek Vellza menggeleng, "Tentu saja tidak. Masuklah!"Alfa tersenyum menyeringai, "Dengan senang hati."Akhirnya Vellza menatap wajah Alfa. Tatapan Vellza benar-benar terlihat gugup, dari sana Alfa bisa menyimpulkan jika istrinya dalam keadaan cemas dan ketakutan. Akan tetapi, ia justru ingin menjahilinya.Tanpa ragu Alfa menyentuhkan tangannya ke kening Vellza dan hal itu membuat gadis itu hampir saja terjingkat. “Hei!”“Maaf!”Vellza belum pernah kontak fisik dengan lelaki sebelumnya. Maka dari itu reflek tadi adalah hal yang sangat wajar baginya. Hal itu pulalah yang membuat Alfa menyetujui pernikahannya dengan Vellza. Meskipun dengan embel-embel membeli gadis itu, tapi Alfa tidak pernah menyesal."Kamu sakit? Kenapa demam?""Ehm, itu ... a-anu ....""Terima kasih," cicit Vellza setelahnya.“Untuk?”“Kamu sudah membantu ibu tiriku.”Alfa tergelak, “Bagaimana bisa kamu menyimpulkan hal itu? Padahal aku belum mengatakan apapun.”Meski gugup, Vellza mulai mengatakan alasannya. Alfa mendengarkan dengan seksama semua hal yang dijelaskan oleh Vellza. Merasa jika istrinya baik-baik saja, Alfa pun pamit keluar. Sampai dimana Vellza siap, maka Alfa tidak akan pernah meminta haknya.Di sisi lain, Anne merasa puas karena dia mendapatkan uang yang begitu banyak dari Alfa tanpa perlu melibatkan siapapun. Dia bahkan lupa jika ada Vellza yang berkorban di setiap keinginannya. Akan tetapi, Anne tidak pernah puas dengan uang. Baginya bersenang-senang adalah sebuah kebahagiaan untuknya. Persetan dengan nasib putri tirinya itu.Keesokan hari, Alfa meminta Devon mengatasi masalah ibu tiri Vellza yang selalu saja mengganggu. Namun, rupanya ada kabar lain yang membuat Alfa hampir tersedak saat sarapan pagi. Rupanya nenek Alfa telah kembali dan saat ini bersama dengan cinta pertama Alfa yaitu Isabella.“Apa kamu tidak bisa mengatasi hal ini? Kenapa wanita tua itu ingin mengacau hidupku lagi?”Kedua tangan Alfa mengepal sempurna. Otot-otot di tangannya tercetak jelas di sana. Vellza yang kebetulan baru saja turun begitu terkejut melihat Alfa mendengus kasar.‘Ya, Tuhan. Apakah aku salah tempat? Kenapa Alfa begitu menakutkan?”Ketidakfokusan Vellza membuat ia hampir tergelincir kalau saja Alfa tidak menopang tubuhnya. Tatapan keduanya kembali bertemu, dan untuk pertama kali Vellza terkena serangan jantung.Mata tajam Alfa seolah mengunci pergerakan tubuh Vellza yang semakin mematung. Aroma mint menguar memenuhi rongga dada Vellza dan membuat gadis itu terhipnotis dalam beberapa detik.“Bernafas, bodoh!”Reflek Vellza tersadar dan dia pun membetulkan posisi tubuhnya.“Kau mau mati!”“Enggak.”“Tapi kenapa tadi nggak bernafas? Atau kamu sudah mulai jatuh cinta padaku?”Vellza tersenyum kecut. Baginya itu adalah sebuah penghinaan. Akan tetapi, wajah Alfa memang telah mencuri hati polos Vellza.Ketegangan itu terhenti, ketika tiba-tiba saja suara mobil berhenti di depan mansion. Alfa bisa memastikan jika itu adalah kedatangan sang nenek.Tidak mau kecolongan, Alfa segera mengukung tubuh Vellza seraya berbisik, “Bersikaplah manis kepadaku dan seolah kamu sangat mencintaiku. Jangan sekalipun terlihat celah jika kita hanya menikah sebatas kontrak! Mengerti!”Vellza pun mengangguk setuju. Tidak mau bertanya lebih, Vellza mengikuti langkah kaki Alfa menuju ruang makan. Keduanya tampak mesra dan saling menyuapi satu sama lain. Sikap sepasang pengantin baru itu sejak beberapa detik lalu telah mencuri perhatian seorang wanita tua bersama seorang gadis.Tangan gadis muda itu terlihat mengepal, dan seolah merasa cemburu karena Alfa bersama wanita asing. Bahkan keduanya tampak sangat mesra. Nenek Alfa yang melihat itu tidak bisa mentolerir dan langsung menegur.“Alfa! Tidak bisakah kau bersikap sopan padaku!”Vellza mematung di tempat, tapi usapan lembut di punggung tangannya seolah memberikan arti jika ini adalah hal yang ingin diperlihatkan pada Vellza sejak tadi. “Itu nenekku,” bisik Alfa.Alfa pun bangun dan tersenyum, begitu pula dengan Vellza yang ikut menoleh. Derap langkah tegas itu seolah membuat Vellza berada di atmosfer yang berbeda.Isabella yang semula memasang wajah masam kini menampilkan senyuman indah yang selalu saja mampu meluluhkan tembok es milik Alfa. Seolah bersikap wajar, Isabella langsung maju dan hendak memeluk Alfa. Akan tetapi, Vellza maju lebih dulu dan menghalangi keinginan Isabella. Alfa sedikit terkejut, tetapi suka dengan apa yang dilakukan oleh istrinya.Nenek Alfa tentu saja geram dengan sikap Vellza dan langsung menegurnya, “Kamu siapa? Beraninya menghalangi calon istri Alfa Mahendra!”“Saya istri sah Alfa Mahendra.”Vellza menatap tajam nenek Alfa, tidak gentar meskipun mendapat teguran. Dia memiliki keyakinan dalam posisinya sebagai istri sah Alfa Mahendra.Meski awalnya ketus, tapi Vellza sadar lalu melembutkan ucapannya, "Saya adalah Vellza, nenek. Alfa dan saya telah menikah dan saya adalah istrinya yang sah."Nenek Alfa terkejut mendengar kata-kata Vellza. Dia tidak pernah menduga bahwa Alfa akan menikahi wanita lain setelah berita kebohongan tentang kematian cucunya yang pertama, yaitu Isabella."Tidak mungkin! Alfa adalah cucuku yang seharusnya menikah dengan Isabella!"Vellza tetap tenang dan berusaha menjelaskan situasi dengan baik."Nenek, saya mengerti bahwa Anda mencintai cucu Anda yang pertama dan ingin melihatnya menikah dengan Isabella. Namun, setelah kematian cucu Anda, Alfa dan saya menemukan kenyamanan dan cinta satu sama lain. Kami telah memutuskan untuk menikah dan membangun kehidupan bersama."Isabella, yang sebelumnya diam, mencoba ikut berbicara untuk memediasi situasi. Lagi pula ia mempunyai cara tersendiri untuk nantinya merebut Alfa dari Vellza."Nenek, saya juga mengerti perasaan Anda. Tapi kita harus menghormati keputusan Alfa dan Vellza. Mereka telah menemukan kebahagiaan bersama dan kita harus mendukung mereka."Nenek Alfa masih sulit menerima kenyataan ini, tetapi melihat kebahagiaan di wajah Alfa dan Vellza, dia mulai melunak. Nenek bisa membaca situasi dan kode yang diberikan oleh Isabella."Baiklah, jika ini adalah kebahagiaan yang kalian temukan bersama, maka aku akan mencoba menerima. Tapi ingatlah, Vellza, kamu harus menjaga Alfa dengan baik dan membuatnya bahagia."Vellza mengangguk dengan penuh hormat. Akan tetapi, Alfa bisa mencium ketidakberesan di sana. Dia sangat paham bagaimana sikap Isabella dan neneknya, jadi untuk menghormati Vellza dia pun ikut berpura-pura biasa."Terima kasih, nenek. Saya akan berusaha yang terbaik untuk membuat Alfa bahagia dan menjaganya dengan baik."Dengan pemahaman yang tercapai, kini atmosfer di ruangan itu menjadi lebih tenang. Alfa, Vellza, Isabella, dan nenek Alfa duduk bersama, berbagi cerita dan tawa. Meskipun awalnya ada ketegangan, mereka semua bersatu dalam keinginan untuk menciptakan keluarga yang bahagia dan harmonis.“Ingatlah Alfa, aku kembali kesini bukan berarti untuk menerima berita pernikahanmu, dan ingatlah bahwa mulai detik ini setiap tindak tandukmu akan aku awasi!” Ucap Nenek Alfa di dalam hatinya.Apa yang ditakutkan Alfa sepertinya akan menjadi kenyataan. Meski dari luar nenek dan Isabella tampak bisa menerima kehadiran Vellza, tapi instingnya berkata lain.“Kenapa Tuan terlihat murung? Apakah karena kedatangan nenek lampir itu?”“Ck, kau tau sekali jalan pikiranku,” ucap Alfa spontan.Dia bahkan sedang membenarkan posisi duduknya. “Sebenarnya ketakutan itu bukan untukku, tapi untuk wanita itu!” Ucap Alfa sambil menunjuk kamera yang mengarah tepat ke bilik tempat Vellza bekerja.Meski saat ini Vellza terlihat biasa saja, tapi ketakutan Alfa cukup beralasan. Pasalnya dulu saat mereka merekayasa kematian Isabella, Alfa benar-benar masuk dalam perangkap nenek. Dia bahkan hampir depresi karena cinta pertamanya itu dikabarkan meninggal. Akan tetapi, semua hanyalah kebohongan karena ternyata itu hanyalah bagian dari skenario Nenek Alfa agar dapat membantu mewujudkan keinginan Isabella agar bisa menjadi model profesional. Isabella tidak sepolos penampilannya. Di lua
Ternyata orang itu adalah Kakek Alfa. Dia sengaja bersembunyi dan selalu mengawasi Alfa dari kejauhan. Akan tetapi, dia pula yang memilihkan Vellza sebagai calon istri Alfa tanpa sepengetahuan dirinya.Hal ini dilakukan untuk menjaga semua aset yang akan menjadi milik Alfa pada akhirnya. Dia begitu senang melihat perubahan signifikan yang ditujukan pada Vellza. Ternyata, diam-diam Alfa mulai perhatian pada Vellza.Saat ini, Kakek Alfa sangat tahu jika Vellza tidak akan mungkin bisa menyelesaikan masa lalu Alfa bersama Isabella. Maka dari itu dia memutuskan untuk ikut campur.“Kenapa lama sekali?” ucap sang kakek pada asistennya itu.“Maaf, Tuan. Tadi Tuan Alfa memberikannya banyak pekerjaan di kantor sehingga cukup sulit untuk membawanya kemari!”Vellza yang tidak paham dengan kondisi saat itu hanya bisa mematung di tempatnya. Wajahnya menunduk karena ia takut salah dalam bersikap. Apalagi di perjalanan tadi Vellza sudah cukup banyak mendapatkan penjelasan dari a
Vellza yang ketakutan benar-benar menutup kedua matanya dengan rapat. Terlihat dia sangat ketakutan, tapi aroma mint yang ia hirup menyadarkan dirinya jika yang barusan ditabrak adalah Alfa."Astaga, maafkan aku, Alfa. Tadi aku ketakutan dan tidak tau harus bersikap apa ....”DegRupanya Alfa mengecup bibir Vellza yang sedari tadi berbicara tanpa henti. Sorot mata tajam Alfa mampu menghipnotis Vellza dalam beberapa detik.“Bernafas bodoh!”Ucapan Alfa menyadarkan dia untuk tetap bernafas. Dengan bodohnya, Vellza menghirup udara sebanyak-banyaknya seolah takut kehilangan oksigen.‘Gadis nakal, rupanya kamu belum pernah ciuman? Seperti ini saja sudah tidak bernafas.’Dengan tanpa rasa bersalah, Alfa justru meninggalkan Vellza yang masih terbengong. Vellza merutuki sikapnya yang membiarkan Alfa mencuri ciuman pertamanya. Sialnya, Vellza justru mengusap bekas bibir Alfa yang tertinggal di bibirnya.‘Rasanya manis, apakah begini rasanya ciuman?’Sejena
Berbeda dengan Vellza yang merasa canggung, Alfa justru merasa tidak ada orang di dalam ruangan itu. Sehingga ia bebas melakukan apapun, seperti saat mandi yang mengharuskan seseorang tidak memakai pakaian meski sehelai benang. Di luar kamar Alfa, Isabella meraung-raung seperti orang gila. Posisinya masih berada di luar kamar Alfa. Dia merasa kedatangannya sama sekali tidak dihargai dan justru dihalangi oleh Devon sang asisten. Merasa kesal ia pun mencoba berteriak dan bersikap seolah-olah menjadi orang gila di sana. Tentu saja Alfa merasa tidak nyaman buru-buru menyelesaikan ritual mandinya. Sebelum keluar, salah satu tangan Alfa meraih jubah mandi lalu memakainya. Tidak lupa menyuruh Vellza untuk mandi di sana.“Cepatlah mandi! Aku tidak mau sekretarisku sampai telat datang kantor!”“Ck, bukankah kita sudah telat! Dasar bos omes!” Umpat Vellza kesal.Meskipun kesal, Vellza melakukan semua perintah suaminya itu. Lagipula saat ini ia sudah merasa nyaman, setida
“Asem!” Pekik Vellza tak tertahan.Bagaimanapun dia adalah wanita biasa yang punya jantung dan masih bernafas. Sehingga wajar jika Vellza kaget ketika Alfa tiba-tiba muncul di hadapannya. Alfa tergelak melihat mimik wajah Vellza yang sudah seperti bom atom siap meledak. Semerah kepiting rebus yang hendak disantap.“Bisa nggak sih, nggak usah ngagetin kayak gitu! Kayak setan aja!” Omel Vellza tak terkendali.“Wajah kamu lucu banget, tau!”Tanpa sadar Vellza menggembungkan pipinya dan sukses membuat Alfa tertawa lepas. Jika Alfa bahagia, hal yang sama juga dirasakan oleh Devon. Binar kebahagiaan terpancar jelas di wajah Alfa sehingga membuat Devon sangat bersyukur. Pada akhirnya sahabatnya bisa kembali seperti dulu dan memiliki kehidupan yang sewajarnya selayaknya manusia normal.Perubahan sikap dan perilaku Alfa terlihat jauh lebih baik setelah Alfa menikah dengan Vellza. Wanita pilihan sang kakek memang tidak pernah salah. Ditambah lagi latar belakang Vellza bukanlah dari keluarga ka
Saat Alfa dan Vellza melenggang masuk ke dalam perusahaan, mereka melihat neneknya yang murka. Namun, Alfa justru terlihat santai dan tenang dalam menghadapinya. Dia memahami bahwa neneknya mungkin masih merasa kesal dan tidak setuju dengan keputusannya untuk memperbaiki hubungan dengan Vellza.Devon yang berjalan mengekor di belakangnya hanya bisa terpaku, tetapi tidak mau bersikap sok tau sebelum Alfa memberikan perintah padanya. Devon pun mempercepat langkahnya agar tidak tertinggal sambil sesekali menoleh pada Nenek Alfa.Nenek Alfa mengepalkan tangannya, menunjukkan rasa kekesalannya, sementara Alfa tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh reaksi neneknya. Dia tahu bahwa ini adalah langkah yang dia yakini benar untuk dirinya dan Vellza. Dari dalam mobil yang terparkir di dekatnya, seorang lelaki tua tersenyum senang saat melihat kekesalan mantan istrinya. Dia merasa lega bahwa sang cucu tidak mewarisi kebodohan dan kesalahan di masa lalu mereka.
Meskipun Vellza merasa tidak nyaman dengan pandangan orang-orang dan gosip pernikahan antara Alfa dan Isabella, dia tidak membiarkan hal itu merusak kepercayaan dirinya. Dia memilih untuk tetap tenang dan menjaga sikap yang baik.Setelah isu kedekatan antara Vellza dan Alfa, rupanya masih ada gosip terbaru yaitu berita pernikahan antara Alfa dan Isabella yang dibawa oleh neneknya. Vellza semakin merasa tidak nyaman dengan pandangan orang-orang.Alfa sebenarnya merasa geram, Devon pun juga, tapi mereka ingin melihat sampai dimana Nenek Alfa bersikap. Isabella yang kembali populer satu step di atas Vellza begitu senang karena akhirnya bisa menang.Sementara itu, Alfa dan Devon merasa geram dengan sikap nenek Alfa yang terus mempertegas isu pernikahan tersebut. Mereka berdua memutuskan untuk menghadapi situasi ini dengan sabar dan melihat sampai sejauh mana nenek Alfa akan bersikap.Kali ini Isabella meminta Vellza untuk bertemu dan makan siang bersama. Meskipun Vellza ada banyak keraguan
Meskipun Isabella sudah meminta maaf, entah mengapa masih ada yang mengganjal di dalam hati. Rasanya ada sesuatu yang sedang menantinya di depan sana.“Kenapa aku merasa jika Isabella tidak tulus dan masih merencanakan hal buruk lagi?” gumam Vellza sambil berjalan menuju kantin.Vellza yang merasa lapar lebih memilih untuk pergi ke kantin. Sementara Alfa dan neneknya masih berada di ruangan Isabella untuk menunggunya. Mereka masih merasa tidak bisa meninggalkan Isabella karena selama ia berada di Indonesia akan menjadi tanggung jawabnya.Entah mengapa ketika Vellza berada di ruangan Isabella hatinya terasa panas. Terlebih melihat Alfa sangat perhatian pada Isabella membuat jantungnya hampir meledak. Perasaannya menjadi cemas dan seperti ingin marah-marah saat melihat tangan Alfa bersentuhan dengan tangan Isabella. Meskipun begitu Vellza menampik perasaannya karena ia merasa jika itu hanya halusinasinya saja. Padahal kenyataannya Vellza memang cem