Share

Part 5. UJIAN DALAM RUMAH TANGGA

Alfa merasa cemburu dan kesal melihat kedekatan antara Vellza dan Devon. Pikirannya dipenuhi dengan kekhawatiran dan rasa tidak aman. Dia meremas pulpen miliknya dengan keras, mencerminkan ketegangan yang dirasakannya.

Namun, di tengah kecemburuan dan kemarahan tersebut, Alfa mencoba untuk mengendalikan emosinya. Dia menyadari bahwa rasa cemburu tidak akan membantu memperbaiki hubungan mereka. Alfa perlu mengevaluasi perasaannya dan berbicara dengan Vellza secara jujur tentang apa yang dia rasakan.

Alfa pun menghirup napas dalam-dalam, "Aku harus tenang. Aku perlu bicara dengan Vellza tentang perasaanku. Mungkin ada penjelasan yang bisa membantu kami memahami situasi ini."

Alfa berusaha untuk meredakan emosinya dan menemukan cara yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya kepada Vellza. Alfa menekankan bahwa komunikasi yang jujur dan terbuka adalah kunci dalam mengatasi rasa cemburu dan memperbaiki hubungan mereka.

Di sisi lain, Vellza merasa lega dan terbantu dengan bantuan Devon. Dia bisa merasakan kerja tim yang kuat antara mereka berdua. Dalam beberapa jam, tugas-tugas yang sebelumnya membebani Vellza berhasil diselesaikan dengan bantuan Devon. Kini Vellza bisa bernafas lega dan menyandarkan punggungnya pada kursi.

Vellza tersenyum pada Devon, "Terima kasih, Devon. Kamu benar-benar membantu saya hari ini. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan tanpa kamu."

"Tidak perlu berterima kasih, Vellza. Aku senang bisa membantu. Kita adalah tim, dan tim saling mendukung."

Vellza merasa sangat beruntung memiliki seorang teman seperti Devon yang begitu berdedikasi dan efisien. Mereka berdua melanjutkan bekerja bersama dengan semangat dan kebersamaan, memastikan semua tugas terlaksana dengan baik.

Vellza tersenyum hangat pada Devon. Secara kebetulan, Devon pun menatapnya dan entah mengapa ada gelenyar aneh menelusup di dalam dada. ‘Kenapa jantungku berdetak sangat cepat?’

....

Hari berikutnya.

Nyonya Anne, ibu tiri Vellza, memang memiliki cara yang tidak biasa untuk membawa putrinya masuk ke dalam rumah tangga Vellza dan Alfa. Dengan menggunakan kebohongan bahwa putrinya sedang dikejar oleh penagih hutang, Nyonya Anne datang ke rumah Alfa dan meminta bantuan.

Vellza merasa bingung dan terkejut ketika ibu tirinya tiba-tiba muncul dengan cerita yang mengejutkan tersebut. Meskipun Vellza merasa tidak nyaman dengan kebohongan yang dilakukan oleh Nyonya Anne, dia merasa bertanggung jawab untuk membantu ibu tirinya.

Vellza memandang Ibunya dengan kebingungan, "Mama, mengapa datang ke sini? Apakah tidak ada cara lain untuk mengatasi masalah dia?"

Nyonya Anne berpura-pura sedih, "Maafkan aku, Vellza. Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi. Aku putus asa dan tidak tahu kemana harus pergi. Aku tahu hanya kamu dan Alfa bisa membantu kami."

Vellza merasa terombang-ambing antara rasa kewajiban untuk membantu keluarganya dan perasaan ketidaknyamanan terhadap kebohongan yang dilakukan oleh ibu tirinya. Dia menyadari bahwa situasi ini memerlukan penyelesaian yang hati-hati dan bijaksana.

Vellza tampak menghela nafas, "Baiklah, Mama tunggu di sini, biar aku memanggil Tuan Alfa.”

Nyonya Anne memandang kepergian putri tirinya dengan wajah sinis. Sebenarnya semua ini bukan karena anak kandungnya saja, melainkan memang ia sedang membutuhkan banyak uang untuk berjudi.

Vellza mengetuk pintu kamar Alfa dengan gemetar. Sebenarnya, ia sangat takut ketika mengetuk pintu kamar suaminya. Namun, mengingat ibu tirinya ada di bawah, Vellza memberanikan diri menemui Alfa. Di dalam hatinya, kekhawatiran dan kecemasan bercampur aduk.

Vellza pun mengetuk pintu dengan gemetar, “Alfa, bolehkah aku masuk sebentar?”

Alfa kebetulan dekat dengan pintu. Ia pun berjalan pelan dan membuka pintu kamarnya, “Tentu, Vellza. Ada yang bisa aku bantu?”

Vellza tersenyum gugup, “Ehm, sebenarnya ibu tiriku datang dan dia meminta bantuanku untuk memanggilmu turun.”

Alfa mengernyitkan kening. Kedua alisnya bertautan satu sama lain, “Bantuan apa yang dia butuhkan, sampai rela jauh-jauh datang kemari?”

Vellza sontak menggelengkan kepalanya. Matanya tidak mampu menatap Alfa dan lebih memilih untuk melihat ke bawah, “A-aku tidak yakin. Dia hanya memberi tahu bahwa dia membutuhkan bantuanmu dan memintaku untuk datang ke sini memanggilmu.”

Alfa mengambil napas dalam-dalam, “Baiklah, mari kita turun dan lihat apa yang terjadi. Kita akan menyelesaikan masalah ini bersama-sama.”

Vellza merasa lega, reflek ia menatap Alfa dengan tersenyum hangat, “Terima kasih, Alfa. Aku sedikit khawatir, tapi aku merasa lebih baik karena kamu mau menemui ibuku.”

Alfa tersenyum lembut, “Kamu tidak perlu khawatir. Kita akan menemui ibu tirimu dan mencari tahu apa yang dia butuhkan. Kita akan menyelesaikan ini sebagai keluarga.”

Vellza merasa sedikit lega setelah berbicara dengan Alfa. Meskipun masih ada kecemasan dalam hatinya, keberadaan Alfa memberikan rasa keamanan. Mereka berdua turun dari kamar dan bersiap untuk menghadapi apa pun yang menanti mereka di bawah.

Nyonya Anne, ibu tirinya Vellza, merasa putrinya harus segera masuk ke dalam rumah tangga Vellza dan Alfa. Dengan pikiran yang kreatif, ia memutuskan untuk menggunakan kebohongan untuk mencapai tujuannya. Dengan berpura-pura bahwa putrinya sedang dikejar oleh penagih hutang, Nyonya Anne datang ke rumah Alfa dengan harapan mendapatkan bantuan.

Melihat Alfa turun bersama Vellza, Nyonya Anne seketika memasang wajah memelas, bahkan ia berakting menangis.

“Oh Tuhan, tolong bantu saya! Saya sedang dalam masalah besar! Penagih hutang sedang mengejar putri saya, dan saya tidak tahu harus berbuat apa!”

Vellza yang mendengar hal itu tentu saja khawatir. Ia mempercepat langkahnya menuju Nyonya Anne duduk. Tangannya reflek menggoyangkan bahu ibunya dengan kencang, “Apa mama bilang? Penagih hutang? Bagaimana bisa, Ma?”

Nyonya Anne terisak, “Mama tidak tahu! Mereka mengancam akan melakukan sesuatu yang mengerikan jika saya tidak membayar hutang itu segera. Saya tidak punya uang, saya tidak tahu harus berbuat apa!”

Nyonya Anne melihat Alfa mendekat, “Tuan Alfa, tolong bantu saya! Saya tidak tahu harus berbuat apa. Penagih hutang itu sangat membahayakan saya dan putri saya.”

“Tenang, Nyonya Anne. Saya akan membantu Anda. Mari kita bicarakan masalah ini dengan tenang.”

Setelah berhasil membuat Alfa berjanji untuk membantunya, Nyonya Anne meminta izin untuk pulang. Namun, sebelum pergi, ia melontarkan tawaran yang tak terduga. Dengan suara licik, Nyonya Anne menawarkan putri kandungnya sebagai penebus hutangnya hari ini. Alfa terkejut mendengar tawaran tersebut, namun dengan tegas menolak.

Nyonya Anne tersenyum sinis, “Baiklah, Tuan Alfa. Jika kamu benar-benar ingin membantu, aku punya tawaran untukmu. Putriku, sebagai penebus hutangku hari ini.”

Alfa tentu melihat Nyonya Anne dengan tatapan tajam, “Nyonya Anne, itu adalah tawaran yang tidak bisa aku terima. Putri Anda tidak bersalah dalam segala hal ini.”

Nyonya Anne terlihat menggertakkan giginya kesal, “Oh, Tuan Alfa, kamu memang selalu menjadi pahlawan, bukan? Tapi kamu tidak akan bisa menolak tawaranku selamanya.”

Alfa mengangkat sebelah alisnya lalu membuang muka. Kedua tangannya tetap berada di dalam saku celana. “Saya tidak takut pada ancamanmu, Nyonya Anne. Saya tahu betapa licik dan kejamnya kamu, tapi aku tidak akan pernah membiarkan kejahatanmu melibatkan orang yang tidak bersalah.’

“Kamu akan menyesal, Tuan Alfa! Aku akan membuatmu menyesal!”

“Tidak ada yang bisa kamu lakukan untuk mengintimidasi saya, Nyonya Anne. Aku akan melindungi putri Anda dan siapa pun yang berada dalam bahaya.”

Meskipun mengetahui betapa licik dan kejamnya Nyonya Anne, Alfa tidak merasa takut sedikitpun. Dia telah memutuskan untuk melindungi putri Nyonya Anne dan siapa pun yang terancam olehnya.

Vellza, yang mendengar perdebatan antara suaminya Alfa dan ibu tirinya, merasa malu dan terbebani dengan situasi tersebut. Tanpa ingin melihat pertengkaran mereka berlanjut, Vellza memilih untuk masuk ke dalam kamar lebih dulu, namun Alfa menahannya.

“Mau kemana kau Vellza?

Vellza menghentikan langkahnya. Perasaannya berkecamuk, merasa malu dan cemas dalam sekali waktu. Tanpa mau menoleh, ia menjawab pertanyaan suaminya, “Maafkan aku, Alfa, tapi aku tidak bisa melihat mereka kamu bertengkar seperti itu. Aku akan masuk ke dalam kamar dulu.”

“Tidak apa-apa, Vellza. Aku mengerti perasaanmu. Silakan masuk dan istirahat sejenak. Aku janji akan menyelesaikan masalah ini dengan secepatnya.”

“Terima kasih.”

Vellza mengangguk dengan wajah penuh kecemasan. Setidaknya ia bersyukur suaminya mau membantu masalah mama tirinya.

Vellza merasa lega setelah mendapatkan pemahaman dari Alfa. Dia memasuki kamar dengan hati yang berat, berusaha mencari ketenangan dalam keadaan yang sulit ini. Dalam pikirannya, dia berharap agar Alfa dapat menemukan solusi yang adil dan mengatasi masalah dengan ibu tirinya tanpa melibatkan dirinya lebih jauh.

‘Semoga kamu baik-baik saja, Ma. Jika sampai Alfa tau seberapa liciknya dirimu, aku harap kamu tidak akan terluka,’ doa Vellza dalam hati.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status