Share

KESUCIAN DIRENGGUT PAKSA

Pria itu menatap Ardi penuh kebencian. Dengan kasar dia melepas penutup mata dan mulut kekasihku. Dan tanpa ampun pria itu langsung melayangkan tinju pada wajah Ardi. Lantas menarik kerah kemejanya. Aku menjerit dan tidak tega saat melihat kekasihku di hajar dengan membabi buta oleh pria tak dikenal itu.

“Hentikan! Kau tak punya hak untuk memukuli kekasihku! Apa salahnya padamu?!” teriakku dengan di iringi airmata yang terus mengalir. Hati seperti teriris saat melihat Ardi merintih kesakitan.

“Diam kamu pe***ur!” hardik pria itu kepadaku dan membuatku naik pitam. Belum sempat aku menumpahkan kekesalan, kekasihku sudah terlebih dulu menghardik pria itu.

“Jangan pernah mengatakan hal itu kepada kekasihku! Dia wanita baik-baik!”

‘Wanita baik tak mungkin merebut kekasih adikku!”

“Siapa  adikmu? Aku bahkan tak mengenal dirimu! dan apa salah kami sehingga kau menculikku dan kekasihku?!”

“Kesalahanmu adalah sudah berani mengusik ketenangan keluarga Syailendra! Beraninya kau berurusan dengan keluarga Sultan bima syailendra! Itu artinya kau harus berani menanggung akibatnya! Darah di bayar dengan darah. Nyawa juga harus di bayar nyawa. Dan kesucian yang kau renggut, harus kau bayar dengan kesucian kekasihmu! Aku akan membalas dendam padanya!” telunjuknya mengarah kepadaku. Kalimat yang terlontar dipenuhi oleh amarah yang memuncak.

Degg. Jantungku terasa berhenti berdetak. Tubuh bergetar hebat. Tulang belulang terasa lepas dari raga yang lunglai.

Ucapan pria itu laksana petir yang siap menyambar tubuhku. Jiwa terasa mati. Benarkah dia akan membalaskan dendamnya padaku? Kesucian di balas kesucian. Apa pria mengerikan itu akan menodaiku. Tapi bagaimana mungkin sebuah kesalahan yang dilakukan oleh orang lain harus aku yang menanggungnya.

“Jangan lancang!  Aku takkan membiarkan itu terjadi. Kau tak berhak melakukannya! Aku sudah bilang tak mengenal adikmu! Kau mungkin salah orang.”

Aku terus memperhatikan Ardi yang terus membelaku. Semoga saja Alloh memberi jalan untuk bisa melepaskan dari belenggu. Lingkaran api balas dendam bisa teredam oleh kuasa sang pencipta. Hanya Tuhanlah yang bisa membebaskanku saat ini.

Tubuhku menggigil. Tak bisa membayangkan kalau tubuh ini akan menjadi kotor karena terjamah oleh pria asing yang tak pernah kukenal sebelumnya.

“Sultan bima syailendra tak pernah salah target. Sudah cukup lama aku mengincar kalian!”

“Sebaiknya katakan dulu siapa nama adikmu? Kau mungkin salah orang. Demi Tuhan, aku tak pernah menodai wanita manapun!”

“Jangan bawa-bawa nama Tuhan! Manusia pendosa sepertimu, tak pantas menyebut nama Tuhan! Kau dan wanitamu akan menangis darah setelah kejadian ini! Aku tak sabar untuk melihat kehancuran kalian berdua!” pria itu menyeringai. Sangat mengerikan.

Pria itu mendorong tubuh Ardi hingga terjatuh. Tangannya menekan rahang Ardi dengan kuat hingga kekasihku merintih kesakitan. Sorot matanya kini menatap tajam ke arahku. Membuat diriku benar-benar ketakutan.

“Kau akan saksikan sendiri saat aku menodai wanita yang sudah merebutmu dari adikku! Bagaimana dia akan mengiba dan memohon padaku. Aku akan menikmati setiap rintihan dan jerit ketakutannya! ” pria gila itu melepas rahang Ardi dengan kasar.

“Aku tidak pernah merebut Ardi dari siapapun! Ini cinta pertama kami berdua! Percayalah!” teriakku mencoba untuk mencari peruntungan. Semoga saja pria itu mempercayaiku. Aku tak sudi menyerahkan diriku begitu saja.

“Tolong, jangan lakukan itu. Kau boleh menyiksaku sampai mati. Tapi jangan sentuh Aira kekasihku. Balaskan saja dendammu kepadaku. Aku mohon.”

Ardi berlutut di hadapan pria sinting itu. Aku sangat paham diai bukan orang yang mudah menyerah. Apalagi untuk sebuah kesalahan yang tidak di lakukannya. Jangankan berlutut, meminta maaf saja dia takkan mau. Egonya cukup tinggi. Namun kali ini, dia rela merendahkan harga dirinya demi menolongku. Aku benar-benar salut dan tak meragukan cintanya kepadaku. Ikatan cinta yang ada pada diri kami sangat kuat dan tak mudah terpatahkan.

Bukannya memenuhi keinginan kekasihku, pria itu malah menendang tubuh Ardi. Tak pantang menyerah, Ardi kembali berusaha meraih kakinya. Dan pria itu kembali melakukan hal yang sama. Tubuh Ardi kembali terpental karena tendangan yang begitu kuat.

“Apapun yang kau lakukan, takkan bisa membatalkan niatku yang sudah bulat. Aku baru bisa hidup tenang kalau balas dendamku sudah terbalaskan!”

Setelah itu dia bergegas melangkah ke arahku. Sorot matanya yang berapi-api sangat mengerikan seolah siap membakar tubuhku.

‘Ardi. Tolong aku.” Nada suaraku bergetar. Tenggorokan terasa ada yang mengganjal. Bahkan untuk menelan ludah saja terasa sakit. Airmata yang mengalir tak mampu membuat pria itu mengurungkan niatnya. Dia semakin dekat. Lelaki itu bahkan tak peduli dengan teriakan dan makian kekasihku.

“Pergi kamu! jangan menyentuhku!” menggelengkan kepala dan mencoba mengusirnya saat pria itu mulai naik ke atas ranjang. Mencoba menggeser tubuh yang masih terikat. Pria itu tak peduli dengan perlawananku. Bahkan tak menghiaraukan saat aku memohon pengampunan. Sekuat tenaga mencoba bertahan, tetap saja tenagaku kalah oleh kekuatan pria berperawakan tinggi besar..

Dalam hitungan menit kehormatanku telah di renggut paksa oleh pria bej*t itu. Aku menangis histeris di iringi dengan suara teriakan Ardi yang memaki pria yang menodaiku.

Hatiku hancur berkeping-keping. Seolah gulungan ombak di samudera luas menghantam dan memecah dadaku. Rasanya tak ingin hidup lebih lama lagi. Denyutan jantungku terasa begitu nyeri. Namun lebih kalah nyeri oleh harga diriku yang tercabik-cabik.

Langit seperti runtuh. Bumi seolah berhenti berputar. Kilat menyambar di iringi oleh suara petir yang menggelegar. Langitpun ikut menangis dan mengabarkan kepada dunia bahwa ada ketidak adilan sedang terjadi di muka bumi. Derasnya air hujan yang mengguyur takkan bisa mengembalikan kehormatanku yang sudah direnggut paksa.. Alam tak terima dan turut merasakan sedih atas kejadian yang aku alami.

Sebegitu rendahkah arti kesucian bagi seorang lelaki kaya seperti dia. Tak adakah belas kasih dalam hati saat melihatku yang ketakutan oleh keberingasannya. Kalau dia merasa marah karena adiknya yang harus kehilangan kehormatan, kenapa juga dia harus merenggut kesucianku. Akan kukemanakan pertanyaan ini ya Tuhan. Aku hanya wanita tak berdaya dan butuh perlindungan. Namun justru diperlakukan secara tidak adil oleh mahluk yang bernama lelaki. Lebih tepatnya lelaki jahanam yang tak punya belas kasih.

Aku menarik selimut untuk menutupi tubuhku yang tanpa sehelai benangpun. Diriku kini kotor dan menjijikkan. Kesucian yang selama ini aku pertahankan telah terkoyak oleh lelaki jahanam dan tak berperasaan. Dan lebih menyedihkan lagi, kejadian itu terekam jelas oleh mata kekasihku. Ya Tuhan, apa salahku padaMu. Dosa apa yang telah kuperbuat hingga mendapat cobaan sebesar ini.

Apa yang akan terjadi dengan nasibku setelah ini. Akankah impian kami untuk menautkan tali kasih dalam mahligai pernikahan menjadi kandas. Ini bukan salahku. Bukan pula keinginanku. Namun takdir yang harus kujalani kenapa harus sepahit ini.

Ya Alloh. Seandainya kau ambil nyawaku saat ini, aku ikhlas. Daripada harus menanggung beban malu sepanjang hidup. Garis keturunan ayah akan ternoda sepanjang hidup oleh nasibku. Aku tak mau itu terjadi.

“Ya Tuhan. Tolonglah hambaMu. Dengarlah rintihan perih dari hambamu yang meragukan keagunganMu. Kenapa hal seburuk ini menimpaku. Kenapa harus aku yang kau pilihuntuk menanggung beban seberat ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status