Share

GADIS TERNODA
GADIS TERNODA
Author: YATI CAHAYA HATI

PENCULIKAN

1 PENCULIKAN

“Alhamdulillah ya, kita bisa di terima kerja di sini. Aku sangat bahagia sekali, Ardi. Ibuku pasti senang kalau tahu anaknya bekerja di kantor yang berdiri dengan sangat megah.”

“Iya Aira. Kita jadi bisa tiap hari bertemu. Semoga saja aku bisa mengumpulkan uang untuk menikahimu.”

“Amin.” Aku tersenyum bahagia. Semoga saja rencana indah kami berdua untuk segera menuju pelaminan, akan terwujud.

“Ya, lumayan lah walau hanya jadi CS.” Jawabku sambil senyum-senyum.

“CS?! Customer service maksudmu?” tanya Ardi sembari mengerutkan keningnya.

“Bukan. Cleaning Service.”

“Iih becandanya garing amat.” Jawab Ardi sambil mengacak rambutku.

“Ayo, kita pulang. Besok pagi kita sudah mulai bekerja. Kita harus disiplin waktu. Jangan sampai terlambat.”

“Oke.”

Kami berdua berjalan dengan bergandengan tangan menuju halte bus. Perasaan bahagia yang tak terlukiskan. Sudah tiga tahun kami menjalin cinta. Walau banyak kerikil tajam, tapi kami berhasil melewatinya. Sudah setahun kami melepas seragam putih abu yang menjadi saksi sejarah cinta kami berdua. Aku dan Ardi bukan berasal dari keluarga berada yang bisa meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bekerja menjadi pilihan kami untuk membantu perekonomian keluarga.

Alhamdulillah kami bisa di terima di Syailendra group. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang property yang tengah menggurita. Walau aku dan Ardi hanya di terima sebagai tenaga kebersihan, hal itu sudah membuat kami bahagia.

Sreet. Tiba-tiba mobil berwarna hitam berhenti persisi di depan kami. Jarak yang begitu dekat membuatku hampir saja terserempet. Huch, benar-benar membuat kesal. Dasar orang kaya sombong. Aku mundur beberapa langkah.

Pintu mobil terbuka. Tak terduga, dua orang pria kekar keluar dan menyeret lenganku dan Ardi.

“Apa-apa an ini! Siapa kalian?!” ardi berusaha melepaskan diri. Namun tenaganya kalah oleh pria yang berbadan tinggi besar. Aku juga melakukan hal yang sama. Namun percuma, perlawananku tak sebanding dengan kekuatan mereka. Dengan kasar mereka berhasil menyeretku dan juga Ardi masuk ke dalam mobil. Bahkan mereka tak membiarkan saat tangan kami saling bertautan. Dengan tega mereka memisahkan kami.

Aku tak pernah punya musuh. Lalu siapa mereka dan apa tujuannya. Aku terus berteriak meminta tolong. Salah satu dari mereka menampar wajahku. Sakit sekali. Seumur hidup baru ada orang yang berani menamparku. Sakit dan perih. Mereka mengikat tubuh, lalu menutup mata dan juga menyumpal mulutku.

Kini aku terbelenggu. Entah dosa apa yang sudah dilakukan hingga mereka menculikku. Mungkinkah mereka mengincar tebusan. Jangankan untuk menebus, untuk makan sehari-hari saja susah. Tak mungkin ayah dan ibu memenuhi keinginan para penculik. Atau mereka mau menjualku ke rumah bordil. Tidak aku tak mau hal itu terjadi. Ya Alloh, tolonglah hambaMu ini. Selamatkanlah hamba. Hanya bisa menangis meratapi nasib.

****

Para penculik membawaku entah kemana. Mereka seperti membuka pintu dan membawaku masuk. Tubuhku di dorong dengan kuat hingga terhempas pada...seperti kasur yang empuk. Apa sebenarnya yang mereka inginkan. Biasanya korban penculikan akan disekap ditempat yang pengap. Kenapa aku seperti terbaring di kasur yang empuk.

Salah satu pria membuka kain yang menutup mata dan mulutku.

“Jangan kemana-mana! Tunggu boss kami sebentar lagi!” pria itu melempar kain penutup dengan kasar ke arah wajah lalu meninggalkanku seorang diri.

Menyapu pandangan ke seluruh ruangan. Kamar ini sangat luas dan mewah. Apa aku akan di jual pada lelaki hidung belang. Jika benar siapa yang melakukannya. Merinding mengingat jika harus melayani pria hidung belang menjijikkan. Tidak. Aku harus bisa menyelamatkan diri.

Ardi. Ada di mana dia. Apa dia juga bernasib sama sepertiku. Kenapa tempat kami di pisahkan. Aku merasa seperti di neraka.

Krekk. Pintu terbuka. Masuklah seorang pria memakai stelan jas rapih. Rahangnya yang kokoh dan sorot matanya yang tajam seolah hendak mengulitiku. Wajahnya terlihat tampan tapi sangat menyeramkan bagiku.

Aku beringsut dan memejamkan mata ketakutan. Suara ketukan sepatu kini terdengar begitu dekat. Semakin berusaha melepas ikatan, semakin tubuh terkunci dengan sempurna.

Pria itu sampai di bibir ranjang dan duduk di tepi.

“Siapa kau?! Tolong, lepaskan aku!” pintaku padanya.

“Melepasmu?! Setelah susah payah aku mengincarmu sampai membawamu kemari kau minta aku untuk melepasmu?! Jangan harap itu terjadi!” suara kerasnya membuat telingaku seperti tersengat listrik. Tubuhku menggigul ketakutan mendengarnya.

“Apa salahku? Aku tak pernah mengenalmu!”

‘Kau memang tidak salah! Tapi kekasihmu! Dia sudah menghamili adikku lalu mencampakkannya begitu saja dan malah enak-enakkan bersamamu!”

“Kalau aku tak bersalah, kenapa juga kau menculikku?!”

“Karena aku akan membalaskan dendam kepadamu di depan matanya. Supaya dia bisa merasakan apa yang adikku rasakan!”

“A...apa maksudmu?!”

“Diam! Aku paling tidak suka berdebat dengan wanita rendahan sepertimu!”

Pria itu mengambil ponsel di saku, lalu menelpon seseorang.

“Bawa pria itu sekarang juga!”

Pria itu memutus sambungan telpon. Dia menatapku sekilas lalu membuka pintu yang terkunci dari dalam.

Seorang lelaki berbadan tinggi besar membawa Ardi lalu menghempaskannya ke lantai.

“Keluar!”

“Apa tidak sebaiknya saya tetap di sini untuk menjaga kemungkinan buruk yang terjadi?”

Pria itu terlihat sangat marah. Dia menarik kerah baju anak buahnya.“Apa kau juga mau melihatku menggagahi gadis itu lalu kau akan kuhabisi atau ...”

“Ampun boss.”

“Keluar sekarang! Jangan ada yang menggangguku atau kalian mati! Mengerti?!”

“Siap boss!”

Pria itu mendorong tubuh anak buahnya lalu menutup pintu dengan kasar. Sorot matanya nyalang menatap Ardi.

Tunggu. Dia tadi berkata ‘menggagahi.’ Apa itu artinya dia akan menodaiku. Tidak, aku tak mau jadi korbannya. Tapi apa yang bisa aku lakukan. Aku bahkan tak bisa menggerakan tubuhku sama sekali. Ardipun sama tak berdaya. Tak ada celah sedikitpun datangnya pertolongan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status