Share

PENYESALAN SULTAN

ARDI

“Aira! Menyingkirlah! Jangan membahayakan dirimu?!”

Aku berusaha menyeberang jalan. Namun kendaraan begitu padat. Tak ada celah sedikitpun untuk bisa menembus padatnya kendaraan. Teriakkanku tak membuatnya menjauh dari badan jalan. Aira tetap bergeming dan menghadang truk yang sudah semakin dekat.

Ini salahku. Kalau saja aku tadi tak menyakiti perasaannya, mungkin kejadiannya takkan seperti ini. Bagaimana kalau terjadi apa-apa dengan Aira. Aku takkan bisa memaafkan diriku sendiri. Nekat menyeberang jalanpun tak mungkin kulakukan. Sama saja dengan bunuh diri.

“Aira! Menyingkirlah! Truknya sudah semaikn dekat. Maafkan aku. Dengarlah, Aku masih mencintaimu dan berjanji akan selalu bersamamu. Kemarilah, sayang!” aku terus mencoba membujuknya. Semoga saja berhasil.

Aira bergeming. Akan tetapi dia menoleh kearahku. Entah apa arti tatapannya kepadaku. Mudah-mudahan saja, dia mendengar ucapanku dan mengurungkan niatnya.

Truk melaju dengan kecepatan tinggi. Jarak dengan Aira sudah semakin dekat. Arus kendaraan masih sangat padat. Bagaimana ini. Apa yang harus ku lakukan. Tak mungkin untuk menembus padatnya arus lalu lintas.

Wuss. Tiba-tiba aku merasa angin bertiup kencang. Ternyata ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dari arah belakang. Mobil melesat begitu cepat. Dalam keadaan begini, masih saja ada pengendara yang merasa punya nyawa double.

Mataku terus mengikuti kemana arah mobil. Dalam hitingan detik mobil   menembus arus jalan raya yang begitu padat. Dia tak peduli dengan kendaraan yang merayap dengan rapat dan bisa membahayakan dirinya.

Sreett. Mobil tadi berhenti persis di depan Aira. Dengan cepat dia keluar dan menggendong tubuh Aira yang hanya bisa menjerit dan menutup mata.

Braakk. Mobil sport mewah di hantam keras oleh truk tronton. Mobil ringsek dan tak berbentuk. Sebenarnya sang sopir truk sudah berusaha untuk menghindar. Namun kendaraan sebesar itu sangat sulit untuk berhenti secara mendadak.

“Aww.” Seluruh mata yang menyaksikan kejadian berteriak ketakutan. Meleset sedikit saja sang pengendara mobil bisa tertabrak truk tonton yang bermuatan penuh. Sedangkan Aira, tak mampu membayangkan seandainya mobil tadi tak menghadang truk yang melaju dengan kencang.

Untung saja tidak ada korban. Sopir truk selamat. Hanya mengalami luka sedikit.

Lalu siapa lelaki yang mau mengorbankan diri juga kendaraan mewahnya demi Aira. Aku tak mengenal pria itu. Mungkinkah ada orang yang benar-benar peduli dengan keadaan orang lain. Tak seperti diriku yang tak berani mengambil resiko demi menyelamatkan Aira.

Lagi-lagi aku kalah. Dua kali sudah aku tak bisa menjaga kekasihku. Apa artinya diriku sebagai seorang lelaki. Saat cinta kami di uji seperti ini, bukannya membantu malah tak bisa berbuat apapun. Aku marah dengan diriku sendiri.

Aku berlari mendekat ke arah Aira yang masih terlihat syok. Memeluk dia dengan penuh kasih sayang. Benar-benar menyesali perbuatanku.

Aira membalas pelukanku. Aku mash merasakan jantungnya yang berdebar sangat kencang. Dia pasti sangat ketakutan.

Belum sempat aku mengucapkan terimakasih kepada pemilik mobil yang menolong Aira, pria yang wajahnya tertutup masker itu sudah berlalu meninggalkan kami. Bahkan saat sopir truk meminta maaf kepadanya, dia hanya mengangkat tangannya dan malah memberi uang kepada sang sopir. Sangat aneh.

Siapa sebenarnya lelaki misterius itu. Aku tak pernah melihat sebelumnya. Sepertinya dia bukan orang sembarangan. Ah sudahlah. Anggap saja dia malaikat yang dikirimkan oleh sang pencipta untuk menolong Aira. Kini aku harus fokus kepada Aira untuk membawanya pulang.

****

Sultan Bima Syailendra.

Aku berusaha untuk bangkit. Sekilas menatap ke arah gadis yang telah kurenggut kesuciannya. Tubuhku gemetar. Tak menyangka diriku bisa berbuat sekeji itu. Setan apa yang telah merasuki pikiran hingga tega berbuat keji padanya.

Rasa sesal kini mendera dada. Seumur hidup pasti akan dihantui oleh rasa bersalah. Aku memang di kenal sebagai orang yang tegas dan tiada ampun bagi orang yang melakukan kesalahan dengan fatal. Namun tidak dengan menodainya. Pantang bagiku untuk menyakiti seorang wanita.

Aku sangat setia kepada istriku. Walau dia tengah mengalami sakit, tak pernah sedikitpun aku menghianatinya. Sekarang apa yang harus kukatakan padanya. Suamimu ini sudah menghianati dengan menyentuh wanita lain. Hanya karena balas dendam aku berani menghancurkan harga diri seorang wanita.

Kalau saja hal buruk tak menimpa adikku, mungkin aku tak harus berbuat sejahat ini.

Melangkah tertatih menuju pintu. Merasakan sakit di sekujur tubuh akibat pukulan lelaki pengecut itu. Aku sengaja membiarkannya menghajarku. Supaya rasa sesal dalam dada menjadi berkurang. Paling tidak ada kepuasan pada gadis itu melihatku babak belur.

Saat anak buahku mendekat karena melihat diriku babak belur, aku hanya mengangkat tangan dan memberi isyarat kepada mereka untuk pergi. Mereka menurut dan menjauh dariku.

Sekilas aku melihat Leo, sahabat sekaligus orang kepercayaanku. Dia memegang peranan penting dalam perusahaan sebagai wakil direktur utama. Wajahnya seperti tersulut emosi saat melihatku. Hanya menatapku sekilas, lalu pergi meninggalkanku. Bergegas aku mengejarnya.

“Leo. Jangan pergi.” aku mencoba meraih bahunya. Namun dia melepas tanganku.

“Jangan menyentuhku dengan tanganmu yang menjijikkan itu!”sentaknya membuatku terkejut.

“Leo jangan seperti itu. Kau boleh memakiku apa saja, asal jangan tinggalkan aku. Aku terpaksa melakukannya. Kau tahu’kan aku ini bukan lelaki yang suka mempermainkan wanita. Aku bukan seorang ba***gan. Aku juga tak mau ini terjadi.” Aku terduduk lemas di lantai. Tanpa terasa airmata membasahi pipiku. Ini bukan airmata buaya. Tapi jujur dari apa yang kurasakan. Aku sangat menyesali perbuatanku.

Leo menarik kerah kemejaku. “Kau memang baj***an! Kau bahkan bukan manusia. Tindakanmu seperti iblis yang menyerupai manusia. Bahkan kau pantas di sebut binatang! Tega sekali kau menghancurkan harga diri seorang gadis yang tak berdosa! Kau tak lebih dari seorang setan yang menjijikkan!”

“Aku juga menyesal Leo. Pukullah aku kalau bisa membuatmu memaafkan diriku.”

“Bukan kepadaku kau meminta maaf. Tapi kepada gadis itu! Dia yang sudah kau hancurkan hidupnya demi ambisi balas dendammu! Sudah aku katakan pikirkan dulu sebelum bertindak! Coba kamu pikir, bagaimana kalau ini terjadi kepada anak perempuanmu. Bagaimana kalau istrimu sampai tahu? Apa tidak pernah sedikitpun kamu memikirkan itu semua? Kau bahkan sudah tahu betapa hancurnya Danisa adikmu saat mengalami hal yang sama seperti gadis itu!” leo benar-benar marah. Dia bahkan tak memikirkan kalau aku adalah bossnya.

“Tolong jangan sampai Marina tahu tentang ini. Aku mohon, jangan beritahu istriku. Aku tidak mau dia terluka.”

‘Apa kau tidak berpikir bagaimana dengan keluarganya? Hubungan dengan kekasihnya akan seperti apa setelah ini! Gunakan sedikit otakmu, Sultan!”

“Lalu apa yang harus kulakukan? Tolong beritahukan kepadaku.”

“Ardi tunggu!”

Terdengar suara gadis yang telah kunodai. Dia sedang berusaha mengejar kekasihnya yang berjalan begitu cepat meninggalkannya. Gadis itu terus mengikutinya walau dengan langkah tertatih. Aku melihat gadis itu meringis kesakitan. Dia pasti sedang sangat menderita akibat perbuatanku. Sungguh apa yang dikatakanleo benar adanya. Aku memang tak pantas di sebut sebagai manusia. Aku bahkan lebih hina dari pada binatang. Aku sangat menyesal. Sungguh sangat menyesal.

Yang aku herankan, kenapa kekasihnya tidak mau mendengar panggilannya. Bukannya membantu gadis itu untuk berjalan malah dia pergi begitu saja.

Aku akan menolong gadis itu. Semoga dia mau menerima bantuanku.

“Mau kemana?!”Leo mencegah dengan memegang pergelangan tanganku.

“Aku akan menolong wanita itu.”

“Untuk apa? Kau menyesal?”

“leo apa kau tak lihat, dia kesulitan berjalan sendiri. Kasihan. Lelaki itu tidak mau membantunya.”

“Tak usah berpura-pura kasihan. Kau juga lelaki. Bayangkan dirimu berada di posisi pria itu. Kau pasti akan melakukan hal yang sama. Wajar saja dia kecewa dengan apa yang terjadi.”

‘Tapi ....”

“Kau pulang saja. Temui istrimu dan mintalah maaf padanya. Kau sudah melakukan dosa besar dan menghianatinya. Biar aku yang membantunya.”

Aku tak ingin membantah ucapan sahabatku itu. Selama ini dialah tempat untuk mencurahkan perasan. Selain pandai membantu dalam berbisnis, dia juga pandai memberi masukan yang berurusan dengan pribadiku. Aku tahu apa yang dia lakukan tadi semata-mata untuk membuka mata bahwa yang kulakukan ini salah. Aku berjanji akan memperbaiki ke depannya.

Ardi, kaulah yang harus membayar mahal semua perbuatanmu. Tunggulah. Aku akan menghakimimu sesuai perintah adikku. Akan segera menyuruh Danisa untuk pulang. Dan akan aku ceritakan bahwa aku sudah membalaskan dendamnya. Bahkan melebihi apa yang di pikirkan olehnya. Danisa, aku tak peduli orang lain. Yang kupedulikan hanyalah kebahagiaanmu,  adik sematawayangku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status