Perias itu menatap Meli sebentar lalu fokus merias kembali ia tak mau berdebat dengan orang yang tidak konsisten dengan perjanjian. Sudah di berikan waktu hanya lima menit saja kalau lebih dari itu ya ia akan mengerjakan pekerjaan yang lainnya.
Waktu itu sangat berharga untuk mereka yang pekerja keras. Tidak ada waktu yang terlewat sia-sia itu adalah sebuah motto hidup bagi mereka yang ingin sukses.
"Kenapa kamu marah, bukankah tadi aku bilang kalau waktumu hanya lima menit dan kamu kembali sudah lewat dari lima menit. Waktuku sangat berharga karena aku dibayar untuk bekerja profesional. Aku ini sudah lam bekerja di dunia make-up juga yang aku rias adalah artis-artis ternama dan aku belum pernah melihat seorang artis besar yang begitu sombong sepertimu. Padahal kamu hanya seorang penyanyi yang sangat rendah!" seru perias itu.
"Kamu akan dipecat oleh madam Gisel karena tidak merias wajahku tepat waktu. Peduli amat sama pengalamanmu merias artis terkenal jan
Madam melihat leboh dekat wajah cantik itu. Madam memuji kecantikan dan kelembutan serta kesopanan gadis itu. Meli melihat siapa yang datang dan terkejut."Lisa kenapa bisa kamu ada di sini?" teriak Meli."Kenapa kamu terkejut seperti itu. Terserah aku memilih siapa saja yang akan tampil di panggung vip. Usaha ini milikku kan," balas Madam Gisel.Madam Gisel meminta Marni mengantar Lisa ke panggung. Bahkan memintanya untuk berduet. Karena mungkin Lisa akan canggung menghadapi berandal yang berada di ruang Vip.Lisa dan Marni meninggalkan ruang make-up. Madam Gisel menatap keduanya dengan perasaan puas."Kamu bersiaplah dengan maksimal mungkin. Dan ingat aku tidak mau ada kesalahan apapun. Aku harap kamu tak mengecewakan aku," balas madam Gisel. "Baik madam Gisel aku akan tampil memukau malam ini," ucap Meli gemetaran. Meli meremas gaunnya ia sepertinya tidak suka melihat Lisa juga tampil malam ini di ruang vip. Kenapa dia tidak bercerita sebelumnya
Meli ketakutan ia tak ingin dihukum untuk kedua kalinya oleh madam. Melayani para pengawal yang menurut Meli orang rendahan dan tidak pantas untuk dia layani membuatnya takut jika harus dihukum seperti itu lagi."Tenang saja kamu akan bertemu tamu pertamamu. Layani mereka sampai puas jika ada kegagalan kamu tidak akan pernah bisa tampil di ruang vip lagi," jawab madam Gisel."Melayani tamu madam. tadi siang aku sudah melayani beberapa pengawal," balas Meli.Madam Gisel menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah Meli yang berada di belakangnya, "Apa kamu tidak mau melayani tamu yang menginginkanmu?"Madam menunjukkan wajah garang dan juga tidak suka pada Meli yang banyak pertanyaan. Sungguh gadis yang tidak bisa bersyukur mendapatkan pekerjaan yang tidak semua orang bisa mendapatkannya."Aku bersedia madam, jika besok-besok aku bisa tampil di ruang vip lagi aku bersedia melayani mereka madam," ucap Meli bersemangat."Bagus malam
Sekali lagi Marni mengutarakan isi hatinya kalau ingin juga menemani Meli yang sedang sakit. Sedang sakit jauh dari keluarga pasti akan merasa Meli merindukan semuanya."Madam aku juga ingin menemani Lisa untuk menjaga Meli yang sedang sakit," jawab Marni."Apa kalian yakin. Aku tak yakin anak ini menerima kalian. Dia terlalu egois dan berbahaya setiap gerak-geriknya seperti rubah betina yang ingin menjatuhkan orang yang tak disukainya," balas madam Gisel.Marni dan Lisa mengangguk mereka tetap mau memberikan yang tebaik untuk orang yang sedang ditimpa musibah seperti Meli.Madam tetap tidak mengijinkan mereka menjaga Meli. Lebih baik orang lain yang menjaganya, madam meminta seorang tukang bersih-bersih untuk menjaganya."Kalian tak boleh menjaganya malam ini. Kembali ke kamar kalian masing-masing dan istirahatlah besok kalian semua baru boleh menjenguknya lagi," balas madam Gisel."Ta-tapi madam kasian Meli sendirian sedang sakit jauh dari kelua
Meli tidak bisa menjawab apa yang ditanyakan oleh Marni tapi semenjak kedatanagn Marni seperti semua perhatian tertuju pada Marni itu adalah yang membuat Meli marah dan membenci Marni."Kamu banyak salah padaku. Kamu hanya gadis yang berasal dari kampung tapi merebut semua perhatian yang seharusnya tertuju padaku," jawab Meli."Itu hanya perkiraanmu saja. Berarti tak ada yang salah pada kami, kamu yang berpikir terlalu jauh tentang kami," ucap Marni.Marni mengupas buah dan juga meminta orang yang mengurus Marni tadi membersihkan bekas bubur yang berceceran di lantai. Marni memberikan potongan buah untuk Meli ia tahu kalau perutnya sudah lapar karna pingsan semalaman."Meli makanlah, aku tahu kamu lapar karena belum makan apapun," ucap Marni."Aku tidak sudi makan buah yang kamu kupas dan potong itu. Aku tidak lapar aku takut kamu memberikan aku racun," balas Meli sambil melengos.Krucukkk ... Terdengar suara perut lapar Meli, ia merasa malu
Madam Gisel kesal karena Meli mencoba memanipulasinya agar ia terbebas dari hukuman. Madam yang sudah puluhan tahun berkecimpung d bisnis seperti ini tidak akan mempan dengan siasat yang dilakukan oleh Meli. Madam sudah kenyang dengan trik kotor apa saja yang pernah dilakukan semasa muda. "Kamu jangan coba berkata yang tidak masuk akal. Seandainya itu juga Marni aku tidak akan pilih kasih dalam memberikan hukuman. Orang yang salah harus dihukum," jawab Madam Gisel dengan tegas. "Madam aku tahu madam akan berbaik hati padaku dan meringankan hukuman untukku aku mohon madam," pinta Meli pada madam. Madam memerintahkan pengwal untuk mengawasi kamar Meli. Hukuman yang diberikan padanya adalah tidak akan diberikan jadwal bernyanyi. Atau istilah kerennya di skrors tidak boleh bernyanyi selama satu bulan penuh agar tidak ada pemasukan untuknya. Tak hanya itu Meli juga dikurung dikamar tidak boleh keluar selama sebulan dengan penjagaan yang ketat. "Madam tolong maafk
Marni meyakinkan Lisa kalau Meli tak akan marah karena kedatangan mereka dengan niat baik bukan jahat. Meli harusnya tahu niat baik harus di terima dengan lapang dada."Pasti tak akan marah kita memang mau meracuni dia. Kita justru datang membawakan makanan kesukaannya," jawab Marni sambil merangkul Lisa."Lisa kamu tak usah khawatir Meli seharusnya senang jika kita menjenguknya. Dia bisa punya teman untuk mengobrol," ucap Tania.Lisa mengangguk mengerti mereka bertiga berjalan bersama menuju kamar Meli. Mengantarkan makan siang takut makanan yang diberikan oleh dapur tak cocok dengan lidahnya.Namanya makanan yang dimasak partai mana ada yang menggugah selera."Aku kenapa deg-degan begini ya," gumam Lisa."Tidak usah takut kami siap membelamu jika Meli tidak menerimamu datang," balas Marni.Kriett! Pintu kamar Meli dibuka perlahan oleh pengawal yang berada di depan pintu kamar Meli. Mereka bertiga masuk ke kamar dan menganggetkan Meli yang b
Meli gelagapan atas pertanyaan Marni yang menanyakan darimana ia tahu kalau mereka habis jalan-jalan di pusat perbelanjaan ternama dan juga habis melakukan perawatan tubuh menyeluruh dan serba mewah. "Da-dari mana aku tahu itu bukan urusanmu. Yang jelas aku tahu saja kalian habis melakukan perawatan," ucap Meli terbata tapi judes. "Meli kalau begitu nanti aku akan menaktrirmu perawatan dan mengajakmu jalan-jalan kalau kamu usai menjalani hukuman dari madam," balas Lisa. Meli sebenarnya senang tapi dia tak mau menunjukkan di depan Marni maupun Tania. Ia gengsi setengah mati kalau dia terlihat senang di traktir oleh musuh. Meli masih angkuh dan tidak mau merendah di hadapan mereka semua dan membaut Tania jengkel tidak bisa mengontrol mulutnya. "Sudah aku bilang kan kalau aku tidak mau direndahkan olehmu. Kamu mau pamer sudah jadi penyanyi resmi ruang vip dan honormu naik hah," bentak Meli. "Dasar perempuan hina tak tahu diri dari tadi kamu itu terus mengo
Marni melihat Lisa yang malu menggunakan baju dengan belahan sampai pangkal paha yang memperlihatkan paha mulus milik Lisa. Marni mencoba membuat Lisa percaya diri dengan penampilannya."Lisa kamu terlihat elegan memakai baju itu bukan sexy. Kamu cantik sempurna ayo aku antar ke ruang make-up," ajak Marni yang sangat antusias mengajari Lisa."Marni kamu temani aku ya. Apa malam ini kita akan duet lagi?" tanya Lisa."Tidak kamu akan bernyanyi sendiri malam ini. Tidak apa-apa kamu harus percaya diri banyak yang menyawer ya," balas Marni.Lisa berdegub kencang jantungnya karena akan tampil sendiri di atas panggung besar itu. Entah kenapa Lisa belum terbiasa saja padahal sudah sering bahkan setiap hari manggung di kafe menghibur banyak pengunjung kafe."Aku sungguh takut kalau berada di panggung besar itu. Seolah semua orang menatapku padahal aku sudah terbiasa manggung di kafe," ucap Lisa."Kamu harus percaya diri karena kamu butuh biaya besar untuk ibumu