Share

Bab 53

"Jika gula tahu akan manisnya cinta, pasti ia tertunduk malu karena manisnya tak seberapa."–Maulana Jalaluddin Rumi.

***

Sehari sebelum ramadan, aku duduk termenung di depan rumah menghadap tanaman yang baru diletakkan ibu dalam pot subuh tadi. Entah itu pot besar atau kecil, yang pasti jumlahnya lumayan banyak.

Mata terpejam menikmati angin sepoi yang tiba-tiba menyapa menyentuh kalbu. Bibir mengukir senyum seolah hidup tanpa beban. Genangan air menjadi saksi bisu bagaimana hujan mengguyur bumi malam tadi.

"Yumna!"

Aku menoleh, lalu menyahut, "iya?"

"Bukankah tanaman bisa menjadi sebab pikiran tenang? Dia mengeluarkan oksigen yang kita butuhkan. Warna hijau pun terlihat begitu damai."

Aku tersenyum menanggapi kalimat Andin. Bukan hanya itu, aku bahkan senang melihat tetes-tetes embun pada daun dan bunga yang mekar.

"Kalau saja cinta seperti itu ...," lirih Andin lagi.

"Cinta seperti apa yang kamu maksud, Ndin?" ta

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status