Share

Menjelang Waktu Kesepakatan

Amanda hanya mengangguk lalu melambaikan tangan sebelum masuk ke dalam rumahnya. Carlos sudah pulang mengendarai mobilnya dengan cepat.

"Akhirnya sudah sampai rumah. Memang tempat paling nyaman adalah rumah sendiri," gumam Amanda.

Ia terlelap karena seharian bermain di pantai bersama Carlos.

Keesokan harinya Amanda bekerja seperti biasa. Ia tak tahu kenapa teman-temannya saling berbisik saat dia masuk ke dalam ruangan kerjanya.

"Amanda aku tak menyangka kamu adalah wanita yang seperti itu," ucap teman Amanda.

"Benar, kamu selalu terlihat polos ternyata kamu seorang yang munafik," imbuh teman yang satu lagi.

Amanda menghela nafas kecil, sebenarnya apa yang mereka ributkan. Ia hanya diam saja dan mencoba mulai bekerja.

Di ruangan lain Carlos yang sudah mendengar desas desus tentang Amanda meminta Angga untuk menekan surat kabar online yang berani membuat berita buruk tentang Amanda.

"Baik, sebentar lagi Anda akan mendapatkan kabarnya, Pak," ucap Angga.

"Satu lagi kamu harus mencari kesalahan orang bernama Diksa dan Herlina itu. Sebarkan skandal mereka di internet sebagai bentuk balasan karena telah mencemarkan nama baik Amanda," imbuh Carlos.

Seharian ini Amanda mendapatkan perlakuan buruk dari teman-temannya. Tapi dia tak melakukan perlawanan karena percuma jika di jelaskan mereka tak akan percaya. Bukti sudah tersebar di internet mana mungkin dia bisa membela dirinya.

"Amanda, kami kecewa padamu. Jangan dekat dengan kami. Kamu wanita munafik," umpat teman Amanda.

"Kecewa? Kalian yang mengajakku ke bar untuk minum waktu itu. Lalu kalian meninggalkan aku sendirian saat mabuk. Saat sadar aku sudah berada di hotel dengan pria yang tak aku kenal," balas Amanda.

"Satu hal lagi. Diksa kekasihku bagaimana bisa tahu kalau aku ada si hotel itu sedangkan aku sendiri tidak tahu aku berada di mana. Aku menjadi curiga kalian terlibat dalam kejadian ini," imbuh Amanda tanpa rasa takut sedikitpun.

Melihat ekspresi mereka mungkin memang terlibat. Tapi bukan pembohong namanya jika tidak melakukan sebuah drama.

"Kamu tidak punya bukti kalau kami terlibat dengan perbuatanmu yang menjijikkan itu. Kamu yang berbuat kenapa kamu menuduh kami menjebakmu!" seru teman Amanda.

"Buktinya ada di sini. Kalian tidak bisa menyangkal lagi, Lihatlah pengakuan dari seseorang yang membayar kalian itu," ucap Laila sembari memperlihatkan ponselnya.

Mereka terkejut dengan kedatangan Laila di ruangan kerja Amanda. Satu ruangan mendengarkan rekaman dari ponsel Laila. Amanda juga ikut seksama mendengarkannya.

"Laila ini bukan urusan perusahaan. Untuk apa kamu sibuk mengurusnya. Posisi sudah enak untuk apa cari muka lagi," bentak teman Amanda.

"Heh tentu saja ini urusan perusahan. Karena kalian telah berani mencelakai teman satu divisi sendiri. Masih saja memfitnahnya, kalian akan mendapat sangsi!" tegas Laila.

Penjelasan Laila membuat ketiga teman Amanda satu divisi itu ketakutan. Mereka tidak menyangka kalau masalahnya akan menjadi serumit ini.

"Tina. Kamu jangan diam saja kamu yang meminta kami meninggalkan Amanda. Kamu otak semua ini, uang yang kamu berikan aku kembalikan!" seru teman Amanda.

"Dasar pengecut!" seru Tina.

Laila mengajak Tina untuk menghadap kepala HRD untuk menerima surat peringatan. Sedangkan Diksa dan Herlina sedang stres menghadapi masalah yang menimpa mereka. Video hot mereka terekspose juga foto dan video Herlina menyuap orang untuk menjebak Amanda terungkap.

Saham Hotel keluarga Diksa merosot, banyak para kerabat bisnis mencabut kerja sama mereka.

"Ini adalah balasan untuk orang yang berani menyinggung orangku!" seru Carlos di ruang kerjanya.

"Kerja bagus Angga. Aku akan memberikan bonus untukmu bulan ini," imbuh Carlos.

"Terima kasih, Pak," balas Angga.

Waktu semakin berjalan. Sudah hampir satu minggu dari perjanjian Carlos dan Amanda. Tapi Amanda tak kunjung menghubungi Carlos. Carlos bisa saja menghubunginya lebih dulu karena semua informasi mengenai Amanda sudah ia ketahui. Bahkan dia juga tahu kalau Amanda bekerja di perusahaannya.

Carlos terlalu gengsi untuk memulai lebih dulu.

"Angga, kenapa bos kita sejak pagi selalu bolak balik melihat ponselnya seperti sedang menunggu pesan dari seseorang?" bisik Laila.

"Aku juga tidak tahu, Laila. Jangan banyak tanya karena sepertinya hari ini akan kita lewati dengan tidak mudah," balas Angga.

Baru juga Angga berucap. Carlos sudah mulai menunjukkan suasana hati yang tidak enak. Seperti biasa kalau sedang dalam suasana hati yang tidak enak Carlos akan marah sepanjang waktu. Terlebih pada mereka yang mempunyai kesalahan dalam pekerjaannya sekecil apapun itu.

"Wanita itu benar-benar keterlalun. Kenapa tidak menghubungiku padahal ada masalah yang sedang menimpanya. Lalu ini sudah hampir satu pekan. Kenapa tidak mencariku!" seru Carlos sambil menggebrak mejanya kesal sendiri.

"Pak Carlos, maafkan saya mengganggu Anda. Tapi sekarang saatnya rapat rutin perusahaan. Semua sudah berkumpul tinggal menunggu Bapak untuk memimpin rapat," ucap Laila hati-hati.

"Lima menit lagi. Kamu bilang ke mereka kalau harus menyiapkan bahan presentasi mereka tanpa kesalahan apapun," balas Carlos karena masih marah.

Beberapa menit kemudian Carlos sudah datang ke ruang rapat. Dia dengan seksama mendengarkan setiap presentasi dari beberapa divisi yang ada di perusahaan. Tapi setiap berdiakusi ia selalu menyalahkan semua orang.

"Laporan macam apa yang kamu buat. Sudah lama bekerja tapi masih saja tidak becus kerja! Apa kalian mau di potong gaji atau aku ganti dengan karyawan baru!" seru Carlos.

"Kami mohon maaf pak, kalau begitu biar kami ganti semua laporan pekerjaan ini dengan yang baru," balas salah satu karyawan.

"Waktu kalian hanya satu menit. Aku tidak mau lama menunggu kalian bekerja," ucap Carlos.

Para karyawan itu segera bergegas menyelesaikan pekerjaan. Laila dan Angga masih tidak berani bertanya apa lagi yang bisa mereka kerjakan. Mereka masih diam menunggu instruksi dari Carlos.

"Angga, bos mulai lagi melihat ponselnya yang tidak menyala. Apakah bos kita sedang jatuh cinta?" bisik Laila sembari menarik-narik kemeja Angga.

"Sssttt lebih baik diam. Kalau bos dengar bisa celaka!" tegas Angga sambil meletakkan jari telunjuk di bibir.

Rapat dimulai kembali tapi raut wajah Carlos masih saja murung seperti sebelumnya. Kali ini Carlos tidak fokus matanya selalu tertuju pada ponselnya.

Presentasi dari beberapa petinggi divisi penting sudah selesai. Mereka sangat was was menunggu komentar dari Carlos.

"Kenapa bos diam saja. Apakah nasib kita sampai di sini saja?" bisik satu karyawannya.

"Diam jangan banyak bertanya. Kalau tidak ingin nasib kita beneran buruk!" seru yang lainnya.

Carlos baru saja akan membuka suaranya. Ia akan mengkritik hasil laporan bagian keuangan. Ponselnya berdering tanda ada pesan masuk. Carlos langsung saja mengecek ponselnya.

"Rapat cukup sampai di sini. Angga kamu pimpin rapat. Laila kamu salin notulen untukku! Atau bubarkan saja rapatnya sampai besok kita mulai lagi!" seru Carlos yang mendadak wajahnya berubah ceria dan langsung meninggalkan ruangan rapat.

"Bo-bos. Anda mau kemana?" tanya Angga.

"Apa aku tidak salah lihat. Baru pertama kali aku melihat bos tersenyum seperti itu?" ucap Laila terkejut.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Ummi Laila Ummi Laila
seru banget ceritanya
goodnovel comment avatar
Ulfah Zaida
seru carita nya
goodnovel comment avatar
pugo pugo
aku yg baca aku yg senyum" sendri. ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status