Pria dengan wajah kejam dan dingin itu berdiri menatap ke arah seorang gadis bernama Selena tanpa belas kasihan, lalu berkata penuh ancaman.
"Hutang yang harus orangtuamu bayarkan adalah 10 Milyar, jika lusa kalian tidak membayarkan uang itu, orangtuamu harus menerima akibatnya!" "Lusa?" Selena sangat terkejut. "Bagaimana Aku bisa mengumpulkan uang sebanyak itu hanya dalam waktu dua hari?" "Saya tidak peduli bagaimana kamu mendapatkan uang itu! Terpenting bagi saya adalah uang itu kembali!" Selena Eveline, Gadis berusia 20 tahun itu tampak begitu putus asa. Hutang kedua orangtuanya yang dipakai untuk perawatan dirinya yang menderita penyakit jantung sedari kecil. Hutang-hutang itu semakin menumpuk seiring berjalannya waktu hingga membuat kondisi ekonomi keluarga Selena yang tadinya termasuk orang yang berada, kini bangkrut dan malah terjerat hutang berbunga. "Beri saya waktu 3 bulan, Saya pasti akan membayarnya lunas." ucap Selena dengan nada tegas. "Apa saya tidak salah dengar? Kamu meminta waktu lagi untuk melunasi hutang-hutang itu?" Rocky menatap remeh pada Selena, pasalnya hutang-hutang itu sudah bertahun-tahun dan berbunga, memberi tenggat waktu lagi sama saja menambah hutang juga bunganya. "Saya yakin, Hutang itu pasti akan saya bayar lunas!" Kedua orangtua Selena, Ferdy dan Rosmala memegang lengan putri mereka, merasa ragu dengan apa yang di ucapkan oleh putri mereka. Rocky mendekati Selena dengan tatapan tajam. "Baiklah, ini untuk yang terakhir kalinya saya memberikan kalian kesempatan, jika kali ini kalian tidak membayar tidak ada ampun lagi!" "Pegang perkataan saya," tegas Selena tanpa ragu. "3 bulan lagi kamu akan mendapatkan uang itu!" Mendengar Selena yang begitu percaya diri membuat Rocky terkekeh lalu kembali menatap Selena dingin. "Hutang itu akan semakin berbunga selama waktu 3 bulan, jadi kamu harus membayar 10 Milyar 100 juta, Bagaimana?" Bibir Selene menyungging meremehkan Rocky, Lintah darat sepertinya memang tidak pernah kenyang soal uang. "Kamu akan mendapatkan lebih dari itu, sekarang pergilah dari sini, hentikan kekacauan yang kamu timbulkan!" Kembali Rocky terkekeh, dia tidak percaya begitu saja dengan ucapan gadis itu. Rocky lalu memerintahkan anak buahnya untuk menangkap Ferdy, untuk di jadikan sebagai jaminan jika Selena akan menepati janjinya. "Ayah!" "Suamiku!" Selena dan Rosmala terkejut saat Ferdy di bawa oleh orang-orang Rocky untuk menjadi tawanan. "Lepaskan Ayah saya! Apa yang kamu lalukan!" pekik Selena ingin melepaskan Ferdy dari cengkraman anak buah Rocky. Segera Rocky menghalangi Selena dan memberikan peringatan. "Pria tua itu akan jadi sandera sampai kamu membawa uang itu. jika kamu tidak membawa uangnya, Pria tua itu akan saya b u n u h. Mengerti!" Walau bagaimanpun, Rocky tidak ingin mengambil resiko jika keluarga itu akan kabur. Jika Ferdy dijadikan sandera, tentu mereka tidak akan berpikir untuk kabur. Tanpa memperdulikan lagi ucapan Selena, Rocky berserta anak buahnya membawa Ferdy pergi. Selena dan Rosmala hanya bisa menangis dan berpelukan untuk saling menguatkan melihat Ferdy di bawa oleh Rocky dan antek-anteknya. Rosmala menyusut air matanya dan menatap Selena dengan serius. "Bagaimana kamu akan mengumpulkan uang sebanyak itu hanya dalam waktu 3 Bulan, Nak?" Saat ini memang Selena belum tahu akan mencari uang itu kemana, terlebih dia juga baru lulus kuliah. Namun Selena mencoba tersenyum agar membuat hati ibunya yang gusar menjadi tenang. "Selena sudah di tawari pekerjaan di perusahaan asing, Bu. Program dari Universitas yang menyalurkan Mahasiswi berprestasi. Selena terpilih." Terpaksa Selena harus berbohong, agar suasana tidak menjadi semakin menekan ibunya. Rosmala lantas memeluk Selena, ada tangis bahagia mengiringi. Putri semata wayang mereka memang selalu membanggakan orangtuanya. "Syukurlah Nak, Ibu sangat bangga padamu." Rosmala membingkai wajah Selena. "Kita bisa segera membebaskan Bapak dari para lintah darat itu." Selena hanya bisa tersenyum dan menganggukkan kepala untuk menjawab ibunya. "Maafkan Selena sudah membohongi ibu." Batin Selena. Dengan lembut Selena memapah ibunya untuk duduk di sofa. Jika di tanya perasaan, Selena juga sangat menderita dengan keadaan ini. Tapi dia harus bisa bersikap kuat dan tegar di hadapan kedua orangtuanya. Supaya mereka yakin, jika Selena bisa menyelesaikan permasalahan ini. Rosmala tidak berhenti menangis karena memikirkan suaminya. Dia takut jika suaminya akan di siksa terus dan tidak di beri makan dengan layak. Segala upaya Selena lakukan agar ibunya menjadi tenang. Lelah karena menangis, sang ibu akhirnya tertidur sendiri. Perlahan Selena beranjak dari tempat tidur ibunya dan kembali ke kamarnya. Di raihnya gawai yang tergeletak di atas nakas, lalu menghubungi kontak dengan nama Lily. Nada tersambung dan beberapa saat diangkat oleh Lily. "Halo Li, Aku ambil tawaranmu kemarin." >> Di kafe.. "Kamu sudah serius dengan keputusanmu, Sel?" "Ya. Aku sangat serius." Setelah telepon tadi, Selena mengajak Lily untuk bertemu di kafe untuk membicarakan tentang tawaran Lily beberapa hari yang lalu. Lily menatap Selena dengan lekat. "Sekali lagi aku ingatkan, Sel. Sekali kamu terjun 'kedunia' ini, hidupmu akan berubah drastis." Mendengar itu Selena justru tertawa. "Hidupku sudah hancur, Li. Hanya kedua orangtuaku yang menjadi alasanku tetap bertahan." "Oke, berarti kamu sudah setuju untuk menjadi seorang sugar Baby." Lily menjentikkan jarinya. "Aku akan mengenalkanmu pada seseorang yang akan memenuhi syarat darimu." Selena menarik nafas dalam lalu menghembuskan perlahan, dia tidak menyangka bahwa di masa depan akan 'menjual diri' seperti ini. Tapi tidak ada cara lain, cara ini lah yang paling cepat mengumpulkan uang sebanyak itu. "Kalau bisa malam ini juga, Li. Aku sudah siap." "Kamu serius?" Selena hanya mengangguk. Baiklah, Aku akan mencoba menghubungi Sugar Daddy ku, karena dia yang punya kontak Tuan William. "Apapun akan aku lalukan untuk kedua orangtuaku." Ucap Selena dalam hati. >> Lily sudah memberikan alamat sebuah bar kepada Selena untuk dia datangi. Di sana Selena akan bertemu dengan calon Sugar Daddynya yang bernama William Masimmo. Selena mempersiapkan diri dengan baik, gaun berwarna merah muda dengan panjang selutut menjadi pilihannya. Rambut hitam dan panjangnya dia biarkan terurai lalu menyisipkan jepit rambut mutiara di sisi kanan kepalanya. Riasan yang tidak terlalu mencolok menampilkan kecantikan yang natural dari Seorang Selena Eveline. "Kamu harus terlihat ceria di hadapan Tuan William, Sel. Karena Tuan William ingin memiliki Sugar Baby yang membuatnya nyaman saat bersama." Ucapan dari Lily itu yang selalu teringat oleh Selena. Di depan cermin Selena mencoba untuk menunjukkan senyumnya. Bagaimanapun, Selena harus mendapatkan pekerjaan ini agar bisa melunasi hutang-hutang itu. Dengan menggunakan kendaraan yang di siapkan oleh Lily, Selena pergi dengan tekad yang bulat. Bukan lagi tentang harga diri yang Selena pikirkan, saat ini yang terpenting dalam hidupnya adalah kedua orangtuanya. "Jalan Pak." Mobil Mercedes benz itu melaju membelah jalanan ibukota membawa Selena ke tempat tujuan. 30 menit perjalanan, Selena tiba di Bar Starlight. Perasaan Selena tiba-tiba menjadi gugup. "Ayolah Selena, Tenangkan dirimu."William datang dengan terpaksa ke rumah yang sudah di sediakan oleh Mark untuk menjadi tempat tinggal Brenda dan juga dirinya.Awalnya memang William tidak ingin bersama Brenda tetapi Charles terus mendesaknya hingga akhirnya terpaksa William datang. "Aku disini sekarang! Kamu ingin aku melakukan apa lagi, hah?" tanya William. "Apakah kamu harus melaporkan kepada Ayahku jika ingin melakukan malam pertama bersamaku?" Brenda tetap bersikap tenang dengan duduk di sofanya. "Bukankah seharusnya pengantin baru menghabiskan malam pengantinnya bersama? Lagipula kamu sudah bilang kepada Selena akan pergi ke luar kota selama 7 hari." "Tapi aku tidak sanggup walau sehari saja bersamamu, Brenda!" "It's okay. Lama-lama kamu akan terbiasa bersama dengan diriku, Wil." Brenda beranjak berniat untuk mendekati William dengan langkah dan liukan tubuh yang menggoda. Brenda berusaha merayu William dengan membuka kancing baju bagian atasnya. Tetapi William tetap saja datar menatapnya. "Bukankah mala
Seminggu sudah dengan cepat berlalu, kini pernikahan William dan Brendan yang telah di rencanakan oleh keluarga William maupun Brenda akan segera berlangsung. Pernikahan diam-diam tanpa sepengetahuan dari Selena, hati William sebenarnya sangat sakit ketika harus membohongi istrinya seperti ini. Brenda positif hamil, setelah memastikan kehamilannya dengan menggunakan alat tes kehamilan ataupun pemeriksaan kandungan. William tidak bisa mengelak lagi selain menuruti kemauan Brenda untuk menikahinya, desakan orangtuanya pun turut andil dalam keputusan besar ini. "Kamu sudah siap bukan dengan segala konsekuensi menjadi istri kedua! Jangan sekali-kali kamu mengungkapkan hubungan kita kepada istriku, Selena!" Bisikan lirih William di telinga Brenda nampak seperti sebuah ancaman, Brenda tersenyum getir, sedetik yang lalu dia sangat merasakan bahagia karena bisa menikah dengan William.Tetapi pria itu merusak kebahagiaan dengan mengingatkan status yang kan di sandangnya nanti, istri kedua
Mobil hitam itu melaju dengan begitu kencang saat William menginjakkan pedal gas jauh lebih dalam. Pikiran William benar-benar sangat kacau kali ini, situasi yang sama sekali tidak William harapkan ataupun terfikirkan, dia akan menduakan istri tercintanya. "Arrghhh..." pekik William dengan menambah lagi kecepatan laju mobilnya. Muka William memerah, rasanya dia hendak meledak namun harus tetap bertahan. Mobil yang William kendarai entah menuju kemana, tidak tahu arah yang dituju William hanya menuruti perasaannya. Jika bisa kabur, dia akan pergi jauh bersama Selena untuk hidup bahagia bersama hanya berdua saja. Tetapi tanggung jawabnya sebagai pewaris tunggal, membuat William berat mengambil jalan itu, ada nama baik keluarga yang harus dia jaga. Perlahan Mobil hitam Mercedes maybach itu William hentikan di pinggir jalan tol tempat rest area. Memukul kemudi untuk meluapkan kekesalannya dan juga kemarahannya. Masalah demi masalah yang menimpanya membuat hatinya tert
"Aku akan menjadi istri keduamu secara diam-diam tanpa Selena tahu, Wil." Ucapan Brenda yang tiba-tiba membuat semua orang di dalam ruangan itu terkejut dan menatap semua ke arah Brenda. "What? No!" seru Mark sangat tidak setuju dengan pemikiran putrinya. "Tidak! Pemikiran macam apa itu, Brenda?" Celetuk William tak kalah terkejut. "Pikirkan baik-baik Brenda, ini menyangkut masa depanmu," Charles mencoba untuk mengingatkan akan setiap resiko di waktu yang akan datang untuk setiap keputusan yang dia ambil. "Kamu masih menolakku Wil? Ketika aku bahkan meminta untuk menjadi istri simpananmu?" Brenda berkata dengan menatap penuh kesedihan kepada William. "Aku.." Chalres segera memegang tangan William agar tidak mengatakan apapun lagi. Melihat Brenda yang memiliki kelas sosial dan martabat tinggi sudah sangat merendahkan dirinya dengan mau menjadi istri simpanan. Cinta memang buta, akan melakukan apapun untuk mendapatkannya asal bisa bersama orang yang di cintai. "W
Dengan langkah tegap William menuju restoran japanese, tempat dimana dia memiliki janji dengan Brenda. "Tuan William, tamu Anda sudah menunggu di ruangan privat VVIP," sapa pelayan dengan sangat ramah."Baik, terimakasih."William segera masuk begitu pintu terbuka William pun terpaku ketika melihat yang datang ke acara pertemuan itu bukan hanya Brenda melainkan Charles dan juga Mark ada di sana."Ayah? Om Mark?" lirih William dengan keterkejutannya."Surprise!" teriak Brenda sembari merentangkan kedua tangannya.Segera William menutup pintu agar orang lain tidak mendengar percakapan mereka, ruangan itu khusus dan sangat privat, kedap suara sehingga orang dari luar tidak akan tahu apa yang mereka bicarkan."Apa-apaan ini, Brenda? Bukankah hanya kita yang akan bertemu!" cecar William."Kenapa Wil? Kamu tidak suka jika Om dan Ayahmu ada disini?" Mark berkata sinis. "Kamu jadi tidak bisa mengancam atau menekan Brenda seperti tempo hari, hah!"Mark terlihat sangat emosi setelah diceritaka
Selena masih tidak sadarkan diri dan William tetap setia menemani Selena. Radit sudah pergi sejak beberapa waktu yang lalu ketika William memintanya pergi, Ida pun sudah menyiapkan makanan serta minuman untuk Selena di atas nakas. William sangat khawatir, di pegangnya dengan lembut tangan Selena, lalu mengecup kening istrinya. "Bangunlah Baby, kamu harus kuat dalam situasi apapun." Di tengah ke khawatirannya, Ponsel William berdering, segera William ambil dan melihat panggilan dari Brenda. Fokus William menjadi terpecah, kini dia juga kembali mengingat permasalahannya dengan Brenda belum beres benar. Sengaja William membiarkan dering ponselnya berhenti sendiri, hingga panggilan dari Brenda juta berakhir tanpa di jawab. Tak berapa lama, Brenda malah mengiriminya sebuah pesan singkat. [Temui aku, jika tidak Aku akan memberitahukan kepada istrimu sendiri!]Tepatnya pesan ancaman yang mendesak William, kenapa Brenda ikut mendesaknya di situasi yang tidak tepat seperti ini?Tapi ak