Mobil hitam itu melaju dengan begitu kencang saat William menginjakkan pedal gas jauh lebih dalam. Pikiran William benar-benar sangat kacau kali ini, situasi yang sama sekali tidak William harapkan ataupun terfikirkan, dia akan menduakan istri tercintanya. "Arrghhh..." pekik William dengan menambah lagi kecepatan laju mobilnya. Muka William memerah, rasanya dia hendak meledak namun harus tetap bertahan. Mobil yang William kendarai entah menuju kemana, tidak tahu arah yang dituju William hanya menuruti perasaannya. Jika bisa kabur, dia akan pergi jauh bersama Selena untuk hidup bahagia bersama hanya berdua saja. Tetapi tanggung jawabnya sebagai pewaris tunggal, membuat William berat mengambil jalan itu, ada nama baik keluarga yang harus dia jaga. Perlahan Mobil hitam Mercedes maybach itu William hentikan di pinggir jalan tol tempat rest area. Memukul kemudi untuk meluapkan kekesalannya dan juga kemarahannya. Masalah demi masalah yang menimpanya membuat hatinya tert
"Aku akan menjadi istri keduamu secara diam-diam tanpa Selena tahu, Wil." Ucapan Brenda yang tiba-tiba membuat semua orang di dalam ruangan itu terkejut dan menatap semua ke arah Brenda. "What? No!" seru Mark sangat tidak setuju dengan pemikiran putrinya. "Tidak! Pemikiran macam apa itu, Brenda?" Celetuk William tak kalah terkejut. "Pikirkan baik-baik Brenda, ini menyangkut masa depanmu," Charles mencoba untuk mengingatkan akan setiap resiko di waktu yang akan datang untuk setiap keputusan yang dia ambil. "Kamu masih menolakku Wil? Ketika aku bahkan meminta untuk menjadi istri simpananmu?" Brenda berkata dengan menatap penuh kesedihan kepada William. "Aku.." Chalres segera memegang tangan William agar tidak mengatakan apapun lagi. Melihat Brenda yang memiliki kelas sosial dan martabat tinggi sudah sangat merendahkan dirinya dengan mau menjadi istri simpanan. Cinta memang buta, akan melakukan apapun untuk mendapatkannya asal bisa bersama orang yang di cintai. "W
Dengan langkah tegap William menuju restoran japanese, tempat dimana dia memiliki janji dengan Brenda. "Tuan William, tamu Anda sudah menunggu di ruangan privat VVIP," sapa pelayan dengan sangat ramah."Baik, terimakasih."William segera masuk begitu pintu terbuka William pun terpaku ketika melihat yang datang ke acara pertemuan itu bukan hanya Brenda melainkan Charles dan juga Mark ada di sana."Ayah? Om Mark?" lirih William dengan keterkejutannya."Surprise!" teriak Brenda sembari merentangkan kedua tangannya.Segera William menutup pintu agar orang lain tidak mendengar percakapan mereka, ruangan itu khusus dan sangat privat, kedap suara sehingga orang dari luar tidak akan tahu apa yang mereka bicarkan."Apa-apaan ini, Brenda? Bukankah hanya kita yang akan bertemu!" cecar William."Kenapa Wil? Kamu tidak suka jika Om dan Ayahmu ada disini?" Mark berkata sinis. "Kamu jadi tidak bisa mengancam atau menekan Brenda seperti tempo hari, hah!"Mark terlihat sangat emosi setelah diceritaka
Selena masih tidak sadarkan diri dan William tetap setia menemani Selena. Radit sudah pergi sejak beberapa waktu yang lalu ketika William memintanya pergi, Ida pun sudah menyiapkan makanan serta minuman untuk Selena di atas nakas. William sangat khawatir, di pegangnya dengan lembut tangan Selena, lalu mengecup kening istrinya. "Bangunlah Baby, kamu harus kuat dalam situasi apapun." Di tengah ke khawatirannya, Ponsel William berdering, segera William ambil dan melihat panggilan dari Brenda. Fokus William menjadi terpecah, kini dia juga kembali mengingat permasalahannya dengan Brenda belum beres benar. Sengaja William membiarkan dering ponselnya berhenti sendiri, hingga panggilan dari Brenda juta berakhir tanpa di jawab. Tak berapa lama, Brenda malah mengiriminya sebuah pesan singkat. [Temui aku, jika tidak Aku akan memberitahukan kepada istrimu sendiri!]Tepatnya pesan ancaman yang mendesak William, kenapa Brenda ikut mendesaknya di situasi yang tidak tepat seperti ini?Tapi ak
William mencoba mengetuk pintu kamar Selena dan bersabar memahami jika istrinya tengah terguncang. Kebenaran jika dia adalah Safeea Naratama, putri tunggal keluarga konglomerat Naratama, Adikku kandung Sofia Naratama mantan istrinya. "Sayang, bukalah pintunya, kau sudah berada di dalam selama 2 jam, kau harus makan dan minum baby," bujuk William dengan lembut. Namun Selena tetap tidak menjawab ataupun membuka pintu, William merasa khawatir. Ida pun mencoba membantu membujuk Selena, namun Selena tetap tidak mau keluar dari kamar. "Apa yang terjadi dengan Non Selena, Tuan? Tidak seperti biasanya Non Selena seperti ini?" Ida bertanya karena khawatir dengan keadaan Selena yang baru keluar dari rumah sakit dan mengunci diri di kamar. "Ada sesuatu yang terjadi dan saya tidak bisa menceritakan kepadamu Ida," Jawab William dengan tatapan menyesal. "Tapi coba bantu aku membujuk istriku untuk keluar dari kamar." "Tentu Tuan, Bi ida juga khawatir kepada Non Selena dari tadi belum ma
Selena duduk di pinggir ranjang dengan tangan menggenggam surat itu dengan begitu erat. Melihat tingkah Selena yang cukup aneh tentu William sangat penasaran isi dari surat rahasia itu yang membuatnya seperti ini. Sebenarnya William sangat penasaran dengan surat yang Selena pegang, tetapi William tetap ingin memberikan privasi kepada Selena, William tidak akan meminta membaca surat itu walaupun dia sangat penasaran. Hingga perlahan meminta Selena untuk menceritakan isi dari surat Sofia. "Baby, tolong jelaskan kepadaku apa isi surat yang Sofia kirimkan kepadamu itu?" William mencoba membujuk Selena. Selena masih terdiam dengan kedua mata mulai ber air. "Aku... Sebenarnya Aku..." Suara Selena tercekat seperti susah untuk keluar. "Kenapa baby? Apakah Sofia menulis hal yang membuatmu bersedih?" William ragu jika Sofia menulis yang menjelek-jelekkan Selena karena sifat Sofia juga sama lembutnya seperti Selena. "Aku adalah adik kandung dari Ibu Sofia, Mas." Sebuah k