From : dr. Angga Pratama To : William Massimo Sebelumnya, Saya ingin meminta maaf kepadamu, Wil. Saya harus berhenti menjadi dokter untuk Selena. Dr. Wahyu Anggoro akan menggantikanku menjadi Dokter untuk Selena. Semoga Kamu, istri serta calon anakmu baik-baik saja. >>>>> William membaca isi Email dari Angga yang sudah menjadi teman sekaligus dokter untuk Selena itu dengan sangat terkejut. Tidak ada angin ataupun hujan, tiba-tiba Angga mengirimkan surat elektronik seperti itu. Bahkan menimbulkan banyak pertanyaan yang mengganjal di hati William. Segera William menghubungi ponsel Angga tetapi ponsel itu sedang berada di luar jangkauan. "Shit!" William sangat kesal dengan sikap Angga. "Bagaimana dengan istriku kedepannya jika seperti ini! Dasar tidak profesional." sungut William. William segera bergegas ke rumah sakit, beruntung masalah Hans dan Stevan sudah dia seleseikan. Tetapi masalah lain muncul lagi secara mendadak, William pun yakin jika ada s
Di kantor W&M Group... Diruang kerjanya, William tengah melihat berkas yang Audrey berikan, kening William mengekerut karena begitu terkejut saat membaca isi laporan itu. Sebuah laporan keuangan yang Audrey rekap secara mendetil, di laporan itu jelas sekali keuangan perusahaan berada di situasi yang krisis karena ulah Paman dan sepupunya. Hans dan Stevan diam-diam melakukan korupsi dan pencucian uang perusahaan tampa sepengetahuannya. Dan hal itu sudah terjadi beberapa tahun, tetapi baru kali ini terbongkar setelah Audrey melakukan audit secara mendetail dan mencurigai transaksi yang janggal. William menggeretakkan giginya rahangnya mengeras. "Dimana Pak Hans dan Stevan sekarang berada?" "Mereka sedang di ruangan pemeriksaan perusahaan, Pak," jelas Audrey pada William. "Kami berjaga-jaga agar mereka tidak kabur menghindari Pak William." Segera William bangkit dan merapihkan jasnya. "Kamu ikut dengan Saya, Saya akan memberikan mereka hukuman yang pantas mereka terima
Di ruangan VVIP, William dengan setia menunggu istrinya yang tengah tertidur pulas. Wajah Selena nampak pucat, tubuhnya juga terlihat lebih kurus daripada sebelumnya. Perjuangan istrinya untuk memberikannya keturunan memang luar biasa. "Maafkan Aku yang tidak bisa menjagamu, Baby." lirih William sambil memegang tangan Selena. Selena tengah tertidur, tubuhnya merasa sangat lemah, hingga sangat membutuhkan istirahat. Panggilan telepon dari kantor terus masuk ke ponselnya karena sejak tadi dia abaikan. Tapi kali ini William jawab karena merasa memiliki tanggung jawab terhadap perusahaan yang selama ini dia pimpin. "Halo, Audrey.. ada apa?" tanya William sesaat menjawab panggilan Audrey yang menjabat sebagai Direktur perusahaan. "Pak Wil, kami membutuhkan kehadiran Bapak saat ini juga, karena Pak Stevan membuat kekacauan kembali." Audrey lalu menceritakan semua detailnya kepada William, walau terlihat tenang sebenarnya William sangat geram kepada saudara sepupun
Di ruang tunggu, William nampak sangat cemas menunggu Angga yang tengah memeriksa kondisi istrinya. Pagi ini, tiba-tiba Selena mengalami flek, setelah kemarin cukup lama menangis setelah pulang dari taman. Begitu Angga berbalik dan berjalan menuju pada William, tentu William segera bertanya. "Bagaimana keadaan istriku? Apa dia baik-baik saja?" Angga sedikit heran atas pertanyaan dari William. "Kamu tanya keadaan istrimu saja, tidak dengan calon bayimu, Wil?" "Bukankah jika ibunya baik, calon anak kami tentu akan baik juga?" "Tidak Wil," Angga menggeleng. "Kondisi calon bayimu terancam!" William sangat terkejut tapi berusaha bersikap tenang. "Maksudmu?" "Selena hampir keguguran, Wil! Jika flek tadi terus terjadi dan tidak berhenti bisa-bisa..." Angga menghentikan ucapannya karena Selena mulai menangis. Hormon hamil dan kejadian akhir-akhir ini memang membuat Selena cukup sensitif. "Bisa-bisa apa, Ga?" William tidak sabar mendengar melanjutkan ucapannya Angga.
Brenda segera mengambil pakaiannya dan memakainya, raut wajah Brenda terlihat biasa saja padahal baru saja dia melakukan hubungan intim yang cukup bergairah bersama Angga. "Istirahatlah dulu disini, kamu pasti lelah," Angga mencoba untuk membujuk Brenda dan memegang lengan Brenda. "Kita berdua bisa bermalam disini." Tanpa ragu Brenda segera menepis tangan Angga dengan begitu ketus. "Jangan sentuh Aku lagi!" Tentu Angga menjadi sangat heran dengan perubahan sikap Brenda yang drastis, padahal baru saja wanita itu menjerit penuh kenikmatan saat mereka berdua mencapai puncak klimaks bersama. "Ada apa denganmu, Brenda? Apa Aku melakukan kesalahan padamu?" Angga mencoba untuk mencaritahu perubahan sikap Brenda yang tiba-tiba seperti itu. Brenda menatap Angga dengan sangat tajam dan begitu terlihat sebuah kebencian di sana. "Jangan Kau pikir kita memiliki hubungan spesial hanya karena kita telah melakukan Sex!"Angga menggeleng karena tidak mengerti maksud Brenda. "Tapi kita melakukan
Ternyata Angga dan Brenda bukannya berangkat menuju restoran, mereka malah mengunjungi sebuah hotel bintang 5 yang mewah. Di tengah perjalanan, tiba-tiba Brenda menghubungi Angga dan memintanya untuk tidur dengannya. "Angga, maukah kamu tidur denganku?" Saat mendengar itu, Angga tercenung, dia tidak tahu harus berkata apa? Tetapi 'jhonny' kecilnya tiba-tiba memberikan respon yang seirama dengan permintaan Brenda. "Kita melakukan ini hanya sekali, one night stand!" ucap Brenda lagi di ujung telepon.Angga kembali meneguk air liurnya dengan susah payah, membayangkan tubuh sexy Brenda yang selama ini menjadi fantasinya. "Baiklah, kita pergi ke hotel Permata di depan sana." "Oke," Brenda menutup teleponnya dan terus mengikuti mobil Angga ke hotel Permata. Seulas senyum penuh misteri menghiasi wajah cantik Brenda. Di hotel permata kini mereka berdua bersama, Brenda tengah duduk di atas lemari kecil sedangkan Angga tengah menikmati liang surgawi milik Brenda. "Aahhh..." Brenda